Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Cara Unik Kucing Ajarkan Manusia Tentang Pentingnya Kesehatan Mental

potret kucing di balik selimut
potret kucing di balik selimut (unsplash.com/Mikhail Vasilyev)
Intinya sih...
  • Menetapkan batasan itu sehat: Kucing mengajarkan pentingnya menetapkan batasan dengan orang lain untuk melindungi kesehatan mentalmu.
  • Jangan berhenti mengembangkan rasa penasaran: Mengembangkan rasa penasaran seperti kucing dapat membantumu memiliki ketajaman mental dan keberanian untuk mencoba hal baru.
  • Kenali apa nilai dirimu: Belajar dari kucing bahwa nilai diri tidak perlu diperdebatkan atau dibandingkan dengan orang lain, kamu punya nilai diri yang melekat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kucing adalah hewan yang hidup di sekitar kita. Tingkahnya yang menggemaskan sekaligus sulit untuk ditebak sering kali menjadi daya tarik anabul satu ini. Tak heran, kucing kerap menjadi teman setia manusia di banyak rumah. Tapi, ternyata memiliki kucing tak hanya mencegah kamu dari kesepian atau stres berlebih. Melalui tingkah uniknya, kamu dapat menemukan bahwa sebenarnya hewan ini banyak mengajari manusia mengenai pentingnya memelihara mental health. Gak terduga, ya? Kalau kata psikologi, sikap-sikap ini yang bikin kucing bisa jadi guru kamu untuk belajar lebih aware terhadap mental health!

1. Menetapkan batasan itu sehat

potret seekor kucing
potret seekor kucing di dalam kardus (unsplash.com/ Yaryna Politylo)

Kucing biasanya cenderung menjaga jarak pada orang-orang tertentu. Hewan satu ini suka pilih-pilih manusia yang  membuatnya nyaman. Sebelum memutuskan membuka batasan, biasanya kucing akan meluangkan waktu lebih dahulu untuk mengamati dari kejauhan. Jadi, saat akhirnya gerak-gerik kucing menunjukkan rasa suka terhadapmu, seperti tak ragu menyentuh, menggeliat dengan manja di sekitarmu, hingga tak ragu kamu pangku, semua perlakuan itu terasa istimewa bagimu.

Sikap kucing tersebut menyimpan sebuah pelajaran mengenai mental health. Kamu bisa memahami bahwa tidak semua orang berhak memperoleh akses penuh dari emosi dan energimu. Pasalnya, kepercayaan merupakan sesuatu yang harus diraih melalui sebuah proses, bukannya diberikan secara cuma-cuma. Dengan menetapkan batasan yang jelas mengenai siapa orang yang boleh masuk ke dalam hidupmu lebih jauh, kamu bisa melindungi diri dan kesehatan mentalmu.

2. Jangan berhenti mengembangkan rasa penasaran

potret seekor kucing
potret seekor kucing di atas kursi (unsplash.com/Piotr Musioł)

Kucing suka sekali mengamati sesuatu di sekitar yang dianggapnya menarik untuk waktu yang lama. Misalnya, saat mereka menemukan kotak kardus bekas yang kamu buang ke tempat sampah. Hewan ini bisa menghabiskan waktu 15 menit lamanya hanya untuk “bertarung” dengan kotak kardus tersebut. Kucing mengamati, mencari tahu, hingga akhirnya kotak kardus tersebut koyak. Serupa dengan saat kucing menemukan serangga di sekitarnya yang bergerak cepat.

Kucing, biasanya akan mengejar kecoa, kupu-kupu, hingga lalat. Jika memungkinkan, serangga-serangga ini ia perhatikan sampai akhirnya jatuh. Siapa sangka, rasa penasaran yang ada pada kucing ini membuatnya menjadi hewan yang cenderung memiliki kepekaan tinggi, aktif, dan awas terhadap apa yang ada di sekitarnya. Nah, menurut ahli, mengembangkan rasa penasaran seperti kucing idapat membantumu untuk memiliki ketajaman mental. Kamu jadi lebih berani, melakukan hobi baru yang sudah lama buat penasaran.

3. Kenali apa nilai dirimu

potret seekor kucing
potret seekor kucing dan anak kecil (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Kucing-kucing sering kali menghampiri bukan karena rindu padamu, tetapi ingin segera diberi makan. Sementara banyak manusia terjebak pada permainan untuk berubah demi disukai orang lain. Kucing cenderung bersikap apa adanya, tanpa perlu merasa bersalah. Kamu mungkin langsung dapat memaklumi, jika memberi kucing-kucing ini makan adalah prioritas. Kucing tahu persis apa yang pantas mereka dapatkan dan tidak takut untuk memintanya.

Melalui sikap kucing yang terdengar “menyebalkan” ini kamu pun bisa belajar. Nilai diri yang kamu miliki tidak perlu diperdebatkan atau bahkan dibandingkan dengan orang lain. Pasalnya, nilai diri tersebut tidak diukur dari seberapa besar kamu berusaha menjadi seseorang yang orang lain sukai. Nilai diri ini juga tidak bisa kamu ukur dari bagaimana kamu menyesuaikan diri dengan kenyamanan orang lain. Keberadaanmu saja sudah menunjukkan bahwa kamu punya nilai diri yang melekat.

4. Pentingnya untuk memelihara self-compassion

potret seekor kucing
potret pasangan bermain dengan kucing (pexels.com/Vlada Karpovich)

Kamu mungkin pernah dibuat jengkel oleh anabul ini saat mereka tidak sengaja menjatuhkan gelas kopi kesayanganmu hingga pecah. Bukannya menunjukkan rasa malu atau bersalah, kucing biasanya hanya pergi dengan percaya diri sambil mengibaskan ekor. Apa yang perlu digaris-bawahi di sini adalah kucing tidak berlarut-larut menyalahkan diri mereka sendiri saat melakukan kesalahan. Bukan maksudnya kamu pun tidak harus minta maaf saat berbuat kesalahan, ya.

Maksudnya, jangan membiarkan dirimu tenggelam dalam perasaan bersalah dan terus menyalahkan diri. Ingat, melakukan kesalahan tidak menjadikamu manusia yang tak berharga. Kamu bisa bertanggung jawab, belajar dari kesalahan, dan tetap terus maju. Mempertahankan self-compassion dan rasa percaya diri bisa berpengaruh besar dalam mengelola stres. Usaha yang tidak hanya akan meningkatkan kesehatan mental, tetapi juga fisik.

5. Belajar lebih memprioritaskan waktu istirahat

potret seekor kucing
potret seekor kucing sedang tidur (unsplash.com/ Manja Vitolic)

Sudah jadi rahasia umum, nih, kalau kucing sangat suka tidur. Baik anak kucing maupun kucing yang sudah sepuh, hewan ini bisa menghabiskan waktu sampai 20 jam sehari, hanya untuk tidur, loh. Intinya, kucing selalu memprioritaskan waktu istirahat, terlepas ada tanggung jawab lain yang harus dilakukan. Kembali lagi, ini bukan berarti kamu bisa lari dari tanggung jawab. Tapi, sebagai manusia kamu bisa belajar untuk lebih bijak menetapkan waktu prioritas untuk istirahat dari seekor kucing.

Jadi, memprioritaskan untuk dapat memperoleh kualitas tidur yang baik sebagai waktu istirahatmu ini penting bagi kesehatan. Tidur merupakan waktu di mana otak kamu istirahat, sementara tumbuhmu pulih. Itulah mengapa, memiliki waktu tidur yang cukup akan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan mental. Tapi, kalau kamu cenderung kurang suka tidur siang, kamu bisa mengambil waktu istirahat dengan memberi jeda saat beraktivitas sehari-hari. Misalnya, luangkan waktu minimal dua menit untuk menepi beristirahat dan menarik nafas.

6. Kamu boleh berubah pikiran

potret seekor kucing
potret seekor kucing sedang makan (unsplash.com/Reno Laithienne)

Pemilik kucing pasti pernah mengalami momen saat hewan satu ini tiba-tiba selera makanannya berubah. Kucing yang tadinya menyukai tuna kaleng, tiba-tiba bisa berubah tidak menyukai jenis makanan ini. Padahal, kamu  sendiri sudah membeli banyak sekali kaleng-kaleng tuna. Lucunya, lagi-lagi kucing pun tak menunjukkan rasa bersalahnya akan ini. Ya, sekali lagi kucing mengajari satu hal mengenai kesehatan mental. Kamu, selalu bisa berubah pikiran atau haluan di tengah jalan.

Kamu mungkin mengalami perubahan dalam hubungan, arah karier, makanan kesukaan, hingga hobi. Situasi ini memperlihatkan pertumbuhan berarti mengevaluasi kembali dan memilih hal-hal yang mungkin dahulu kamu sukai. Namun, seiring berjalannya waktu kamu jadi lebih tahu mana yang lebih baik. Mulanya kamu ingin mencoba menjadi seorang data analyst, namun tiba-tiba jatuh suka dunia tulis-menulis. Kamu bisa mencoba, tanpa mengorbankan kesejahteraan.

Melalui kucing kamu bisa memahami banyak hal tentang kesehatan mental melalui kacamata yang lebih sederhana. Sebagaimana tingkah hewan satu ini yang penuh dengan kejutan, namun tetap bisa membuat manusia jatuh cinta pada pesonanya. Ya, kamu pun bisa memancarkan pesona diri kamu sendiri dengan menerapkan nilai-nilai kesehatan mental seperti yang kucing lakukan. Siapa sangka, kucing tidak hanya jadi teman manusia untuk melepas stres, keberadaan mereka bisa jadi inspirasi dalam praktik menjaga kesehatan mental.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Alasan Mengapa Kamu Wajib Menguasai Skill Digital, Pahami!

16 Okt 2025, 22:32 WIBLife