Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Eri Kuncoro, penggagas gerakan Yuk Tukoni.
Eri Kuncoro, penggagas gerakan Yuk Tukoni. (instagram.com/erikuncoro)

Siapa pun yang ke Jogja pasti pernah membayangkan lembutnya gudeg dengan rasa manisnya yang pelan-pelan meluruh di lidah, empuk dan gurihnya sate klathak dengan tusuk sate besinya yang khas, bakpia pathuk dengan kulit yang rapuh tapi isinya sangat lembut, hingga lengketnya jadah yang bertemu manis gurihnya tempe. Namun, di masa pandemi 5 tahun silam, para penjaja makanan di Yogyakarta harus berjuang lebih keras dalam memasarkan dagangannya. Memperjuangkannya pun tak semudah itu, bahkan tak sedikit pedagang yang memutuskan menutup bisnisnya dan pulang ke kampung halaman karena sulit mendapatkan konsumen.

Ini membuat Eri Kuncoro, pebisnis asal Yogyakarta, merasa prihatin. Dirinya memutar otak agar rekan-rekan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih bisa menjual dagangannya dengan baik. Dari situlah tercetus ide gerakan bernama Yuk Tukoni yang menjadi sebuah marketplace modern untuk memasarkan berbagai produk UMKM di Yogyakarta, agar bisa menjangkau lebih banyak konsumen di masa pandemi. Kisah Eri dalam membangun Yuk Tukoni begitu menarik disimak dan tentunya menginspirasi, sehingga wajib baca artikel ini hingga selesai, ya!

1. Awalnya dibentuk untuk saling membeli dagangan teman yang terdampak pandemi

Eri Kuncoro mengisi workshop. (instagram.com/erikuncoro)

Yuk Tukoni berawal pada 2020, di mana pandemi COVID-19 sedang melanda Indonesia. Pengusaha kuliner dan UMKM mengalami kegelisahan karena isolasi yang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran virus. Bahkan ojek online yang tadinya menjadi harapan agar produk yang dijual tetap laku, pun sempat terhenti karena pembatasan kegiatan masyarakat untuk menghindari virus.

Melihat fenomena ini dan banyaknya pelaku bisnis yang curhat, Eri bersama rekannya, Revo Suladasha, membuat gerakan bernama Yuk Tukoni. Awalnya, gerakan ini bertujuan untuk saling membeli dagangan teman-teman pengusaha kuliner dan UMKM. Yuk tukoni merupakan bahasa Jawa yang artinya 'yuk dibeli', sesuai dengan konsep gerakan ini untuk saling membeli dagangan antar teman.

"Waktu itu saya cuma berpikir kalau kita diam saja, gimana ya nasibnya teman-teman yang tadi curhat ke saya makanannya gak laku, kemudian keluarganya ini mendapat solusi apa waktu itu, karena benar-benar gak ada akses makanan. Pada saat itu saya bersama partner saya mas Revo membentuk gerakan yang namanya Yuk Tukoni," ucap Eri saat menjadi pembicara di Workshop Menulis Online dan Bincang Inspiratif Astra 2025, Rabu (8/10/25).

Inisiasi gerakan ini dilakukan mereka berdua dengan mengumpulkan produk milik teman-teman yang terdampak pandemi. Kemudian memotret ulang produk-produk tersebut agar lebih estetik untuk dipasarkan, menyiapkan merek, hingga dilakukan packing ulang. Eri mengatakan bahwa gerakan ini awalnya adalah langkah sosial untuk menyambung napas pengusaha kuliner dan UMKM yang terdampak pandemi.

2. Awal mula ide berasal dari usaha mi ayam tetangga yang sepi pelanggan

Eri Kuncoro sharing session tentang Yuk Tukoni. (instagram.com/erikuncoro)

Sebenarnya, ide Eri untuk membuat gerakan Yuk Tukoni tak datang hanya dari melihat keadaan saja. Saat itu, tetangga rumah Eri yang merupakan pedagang mi ayam bernama Amin, berpamitan untuk pulang kampung karena daganganya tak ada yang membeli akibat pandemi. Eri yang mengetahui itu menyayangkan bahwa mi ayam langganannya harus tutup karena susah bertahan di era pandemi. Di sana, Eri semakin yakin bahwa gerakan Yuk Tukoni harus dijalankan. Paling tidak, untuk membantu tetangganya agar tidak perlu menutup usahanya.

"Yuk Tukoni lahir bukan sebagai bisnis awalnya, tapi sebagai gerakan sosial penyambung napas UMKM," ungkap Eri.

Hal yang dilakukan Eri untuk membantu bisnis mi ayam milik Amin adalah dengan mengemas ulang produknya dengan kemasan frozen, agar lebih awet dan mudah didistribusikan. Ide ini memudahkan penikmat mi ayam untuk memasak sendiri di rumah, selama pembatasan akibat pandemi. Berkat gerakan yang dilakukan Eri, Amin selaku pedagang mi ayam sekaligus tetangga Eri, merasakan dampak positifnya. Dia pun berterima kasih kepada Eri dan tidak jadi pulang kampung, karena usaha mi ayamnya kembali berjalan, bahkan kebanjiran pesanan.

3. Gerakan Yuk Tukoni mampu memberi dampak hingga ke makanan khas Yogyakarta yang banyak diminati masyarakat

Eri Kuncoro bersama salah satu produk dari Yuk Tukoni. (instagram.com/erikuncoro)

Usaha Eri untuk menyambung napas UMKM ini berhasil. Tak hanya mi ayam milik Amin, tetangga Eri, yang kembali berjalan dengan konsep frozen food, tapi juga berbagai bisnis lain. Eri bercerita, bahkan gerakannya mampu membantu cheff hotel yang kala itu juga terdampak pandemi, untuk belajar branding dan mengemas ulang masakannya agar mudah didistribusikan ke masyarakat dan jadi lebih dikenal.

Gak hanya itu, Yuk Tukoni juga membantu berbagai UMKM makanan terkenal Yogyakarta untuk menjadi mitra. Misalnya Mie Ayam Bu Tumini, Mangut Lele Mbah Marto, Gudeg Wijilan Bu Lies, Sate Samirono, hingga Jadah Tempe Mbah Carik. Makanan khas Yogyakarta ini tinggi peminatnya semasa pandemi, karena pembeli tidak bisa datang langsung ke lokasi akibat pembatasan aktivitas. Pesanan yang masuk setelah bergabung bersama Yuk Tukoni gak tanggung-tanggung banyaknya. Menurut Eri, Mie Ayam Bu Tumini setelah dikemas ulang dengan kemasan frozen, dan dipasarkan bersama Yuk Tukoni, bisa laku hingga 200-an porsi setiap harinya lho.

"Kita juga menggandeng ada satu khas di Jogja namanya Mie Ayam Tumini itu dulu permintaannya sehari hampir 100 sampai 200-an porsi lho pada saat pandemi itu. Kenapa? Karena orang mau datang kan gak mungkin, dilarang, mereka juga ada satu barrier kesehatan pada saat itu," kenang Eri.

Menurut Eri, konsep memasarkan makanan menjadi frozen yang dilakukan Yuk Tukoni menjadi pertolongan untuk dua belah pihak saat pandemi. Yakni UMKM yang terbantu penjualannya. Serta keluarga yang terbantu karena makanan yang dikonsumsi higienis, sebab bisa dimasak sendiri di rumah.

4. Konsep frozen food menjadi pilihan untuk memudahkan pelanggan memasak makanannya sendiri di rumah

Mie Ayam Bu Tumini frozen dari Yuk Tukoni. (instagram.com/yuktukoni)

Untuk menjangkau berbagai konsumen yang berada di rumah, produk UMKM yang bekerja sama dengan Yuk Tukoni dikemas dalam bentuk frozen food. Karena frozen food mudah disajikan di rumah, serta bisa disimpan jika tidak ingin langsung disantap. Selain itu, frozen food juga memudahkan proses pengiriman. Apalagi peminat produk-produk dari Yuk Tukoni juga sudah tersebar hingga ke luar Yogyakarta.

Yuk Tukoni mengklaim, produk-produk frozen food milik mereka dapat bertahan di suhu ruang selama 8 jam, di lemari es maksimal 3 hari, dan disimpan di freezer hingga 1 bulan. Sehingga memperpanjang keawetan jika tidak ingin langsung dikonsumsi. Selain frozen food, Yuk Tukoni juga memiliki produk dengan kemasan kaleng yang makin memudahkan untuk proses pengiriman dan penyimpanan.

5. UMKM yang masuk Yuk Tukoni diseleksi ketat dengan kriteria khusus

Gudeg Wijilan Bu Lies dari Yuk Tukoni. (instagram.com/yuktukoni)

Meski Yuk Tukoni adalah gerakan untuk membantu UMKM bernapas kembali semasa pandemi, Eri berusaha menjaga agar UMKM yang bekerja sama dengannya memiliki standar kualitas. Eri menerapkan kriteria UMKM yang bisa menjadi mitra Yuk Tukoni agar konsumen juga mendapat kualitas yang layak. Bahkan jika kriteria belum tercapai, Yuk Tukoni membantu dengan memberi masukan agar produk lebih sesuai dengan kriteria.

"Mereka mengrimkan produk, kami akan membeli produknya, kami akan memberi masukan kalau memang dari sisi packaging dan dari sisi brand ternyata masih kurang, kita akan memberi masukan mereka. Setelah itu lolos kurasi, kita akan melakukan pemotretan foto dan menjualnya," kata Eri menerangkan.

Selain itu, Eri juga memaparkan bahwa kemasan produk dapat memengaruhi penilaian untuk menjadi mitra Yuk Tukoni. Faktor kebersihan tempat produksi, serta lokasi juga memengaruhi proses seleksi. Proses seleksi ini juga menantang bagi Eri, karena semakin banyak merek yang ingin bekerja sama dengan Yuk Tukoni dengan berbagai macam jenis produknya.

6. Cara UMKM bergabung dengan Yuk Tukoni mudah, hanya perlu mengisi form dan mengirimkan sampel produk

Sate Bakoh Klatak dari Yuk Tukoni. (instagram.com/yuktukoni)

Jika saat awal terbentuk Yuk Tukoni menggaet teman-teman UMKM untuk memasarkan produknya, setelah semakin berkembang, semakin banyak juga UMKM yang ingin ikut bekerja sama dengan Yuk Tukoni untuk memasarkan produknya. Demi mewadahi permintaan ini, Yuk Tukoni menyiapkan formulir yang bisa diisi secara daring melalui linktree yang ada di akun Instagram @yuktukoni.

Calon mitra Yuk Tukoni dapat mengirimkan formulir yang telah diisi. Lalu pihak Yuk Tukoni akan menghubungi calon mitra untuk mengirimkan sampel produk beserta informasi tentang produk ke Yuk Tukoni. Kemudian sampel produk akan dikurasi oleh tim quality control (QC) Yuk Tukoni. Jika sudah lolos QC, maka produk akan dimasukkan ke katalog atau feed Instagram Yuk Tukoni untuk mengikuti antrean produk yang akan dipasarkan. Selanjutnya, mitra akan menerima draft perjanjian kerja sama dari Yuk Tukoni. Sistem kerja sama yang diberlakukan Yuk Tukoni kepada mitra adalah titip jual.

7. Eri memanfaatkan sosial media dan marketplace untuk memasarkan produk agar lebih mudah dijangkau

Eri Kuncoro dan Revo Suladasha, pendiri Yuk Tukoni. (instagram.com/erikuncoro)

Pada awal berdiri, Yuk Tukoni memanfaatkan Instagram, WhatsApp, dan web untuk memasarkan produknya. Saat penulis cek, ternyata web Yuk Tukoni saat ini sudah tidak aktif. Namun, saat ini Yuk Tukoni sudah memasarkan produknya di marketplace lokal seperti Tokopedia, Shopee, dan PaxelMarket, sehingga semakin memudahkan konsumen untuk membeli berbagai produknya. Selain itu, jangkauan calon konsumen untuk mengetahui produk juga semakin luas.

Konsep yang ditawarkan Yuk Tukoni benar-benar menguntungkan konsumen. Karena konsumen bisa membeli produk dari berbagai merek sekaligus dalam satu kali pesanan dan satu kali pengiriman. Dibanding harus membeli satu per satu produk yang berbeda produsen jika tanpa Yuk Tukoni.

Jika tidak ingin repot membuka marketplace, konsumen juga bisa langsung mengirim pesan WhatsApp melalui nomor yang tertera di akun Instagram Yuk Tukoni, atau tinggal mengirim direct message (DM) ke akun Instagram Yuk Tukoni. Jika berada di Yogyakarta, konsumen juga bisa langsung mengunjungi offline store yang beralamatkan di Jl. K.H. Muhdi No. 140, Nayan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.

8. Yuk Tukoni tak hanya berdampak untuk UMKM, tapi juga pegawai yang sempat dirumahkan karena pandemi

Eri Kuncoro, penggagas gerakan Yuk Tukoni. (instagram.com/erikuncoro)

Dampak pandemi tak hanya dirasakan oleh pelaku bisnis dan UMKM, tapi juga para pegawai yang harus dirumahkan karena perusahaan tempat mereka bekerja harus mengurangi pegawai. Karena ide solutifnya yang memberi jawaban tentang masalah sepinya bisnis kuliner di Yogyakarta akibat pandemi, Yuk Tukoni sempat kebanjiran orderan. Ribuat chat bisa masuk setiap hari untuk memesan produk-produk yang ditawarkan Yuk Tukoni.

Tak ingin mengecewakan pelanggan, Eri pun perlu tim untuk menangani orderan yang membludak. Akhirnya mereka merekrut karyawan untuk admin chat, kurir, hingga pengemasan produk. Karyawan yang direkrut kebanyakan berasal dari pegawai yang sebelumnya dirumahkan akibat pandemi. Sehingga tak hanya menyambung napas pebisnis dan UMKM saja, tapi juga Yuk Tukoni bisa membuat karyawan kembali menyambung hidupnya.

9. Usaha Eri membawa Yuk Tukoni menerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2020

Yuk Tukoni mendapat apresiasi SATU Indonesia Awards 2020. (instagram.com/yuktukoni)

SATU Indonesia Awards merupakan program tahunan yang diadakan PT Astra International Tbk untuk memberi apresiasi kepada anak muda Indonesia yang memiliki kontribusi positif untuk masyarakat di berbagai bidang. Yuk Tukoni menjadi salah satu penerima Satu Indonesia Awards 2020 di bidang kewirausahaan kategori Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19. Usaha keras Eri menyambung napas UMKM di Yogyakarta menarik perhatian dewan juri SATU Indonesia Awards 2020.

Menariknya, Eri mengaku bahwa Yuk Tukoni tidak didaftarkan oleh dirinya sendiri untuk mengikuti program ini, tapi Yuk Tukoni didaftarkan oleh salah satu media. Bersyukur, inisiatif ini berujung pada terpilihnya Yuk Tukoni untuk menerima apresiasi.

"Saya tidak pernah membayangkan sebenarnya, gerakan kecil ini didaftarkan oleh sebuah media waktu itu. Jadi bukan kami yang mendaftarkan. Dan alhamdulillah kemudian malah mendapatkan apresiasi besar dari Astra melalui SATU Indonesia Awards tahun 2020," ucap Eri.

Tak hanya rasa bangga yang didapat Eri melalui terpilihnya Yuk Tukoni, tapi juga mendapat pelatihan dan networking yang sangat penting ke depannya. Menurut Eri, tujuan jangka panjang menjadi konsen utama sebuah gerakan bermanfaat seperti Yuk Tukoni. Apalagi semangat gotong royong yang ternyata selalu relevan untuk menghadapi masa kritis seperti pandemi.

"Buat saya ini bukan soal penghargaan, tapi bentuk pengakuan bahwa gotong royong masih relevan dan sangat kuat di masa krisis itu," ungkap Eri.

Eri melalui Yuk Tukoni menjadi salah satu contoh, bahwa gerakan yang dimulai dari proses melihat sekitar dengan hati terbuka, bisa memunculkan rasa ingin berdampak bagi sekitar. Sehingga setiap masalah bisa dijadikan cerita yang dapat menggerakkan diri untuk bersama-sama bangkit dari krisis. Sekaligus membuktikan, bahwa satu gerakan yang tulus, bisa terus berdampak untuk menyelesaikan masalah bersama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team