6 Fakta Berdamai dengan Fase Sulit Bukan Proses Instan

- Menerima kenyataan membutuhkan waktu, tidak bisa dipaksa cepat
- Setiap orang memiliki ritme berbeda dalam berdamai dengan fase sulit
- Perubahan membutuhkan konsistensi dan perubahan pola pikir harus dilakukan secara bertahap
Jika kita membahas tentang perjalanan hidup, fase sulit adalah situasi yang pasti pernah menyertai. Menghadapi fase sulit, kita harus melewatinya secara bertahap. Tapi tidak semua orang memahami fakta ini dengan baik.
Karena pada kenyataannya, masih banyak yang menutup diri untuk berdamai dengan fase tersebut secara terburu-buru. Bahkan menekan diri dengan tuntutan berlebihan. Tentu kita harus memahami ulang mengapa berdamai dengan fase sulit bukan sebuah proses instan. Deretan fakta di bawah ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan.
1. Menerima kenyataan membutuhkan waktu

Jika boleh memilih, fase sulit merupakan tahapan yang paling ingin dihindari. Tapi kita juga tidak bisa sepenuhnya lari dari realita. Satu-satunya cara yang perlu dilakukan adalah berdamai dengan fase tersebut. Tapi yang menjadi catatan, berdamai dengan fase sulit bukan proses instan.
Mengapa? Karena menerima kenyataan membutuhkan waktu. Proses menerima realitas pahit, kehilangan, atau kegagalan tidak bisa dipaksa cepat. Pikiran dan emosi membutuhkan jeda untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang sedang dihadapi.
2. Setiap orang memiliki ritme berbeda

Seringkali seseorang memaksa proses berdamai dengan fase sulit berlangsung dalam waktu cepat. Bahkan tidak menerima kehadiran proses yang berlangsung secara bertahap. Di sinilah kita perlu mengetahui fakta bahwa berdamai dengan fase sulit memang bukan proses yang berlangsung secara instan.
Karena setiap orang memiliki ritme berbeda-beda. Antara satu individu dengan yang lainnya memiliki proses yang tidak bisa disamakan. Tidak ada yang salah dengan berproses dalam waktu lama. Justru dengan fase ini kita dapat belajar mengenali diri secara utuh sehingga mampu menemukan pelajaran berharga.
3. Perubahan membutuhkan konsistensi

Siapa yang mau terjebak dalam fase sulit berlarut-larut? Tentu saja ini menjadi pilihan yang paling dihindari oleh setiap orang. Tapi fenomena yang terjadi, seringkali seseorang memaksa berdamai dengan fase sulit secara instan. Dihadapkan situasi demikian, kita perlu memperbaiki pola pikir.
Tentu ini didukung oleh fakta bahwa berdamai dengan fase sulit bukan proses instan. Karena yang namanya perubahan akan membutuhkan konsistensi. Berdamai dengan keadaan sering kali memerlukan kebiasaan baru, pola pikir baru, atau rutinitas berbeda. Semua ini membutuhkan waktu sampai dengan terbentuk secara total.
4. Perubahan pola pikir harus dilakukan secara bertahap

Sudahkah mampu berdamai dengan fase sulit yang sedang dihadapi? Terkadang kita berusaha menuntut diri agar cepat berdamai dengan fase sulit secara instan. Seolah tidak memberi jeda untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang terjadi.
Padahal, berdamai dengan fase sulit merupakan proses yang membutuhkan waktu. Karena perubahan pola pikir harus dilakukan secara bertahap. Menerima kenyataan yang tidak sesuai harapan bukan sesuatu yang otomatis. Perlu latihan mental, refleksi diri, bahkan terkadang bantuan dari orang lain untuk bisa benar-benar menerima.
5. Adaptasi diperlukan saat menghadapi realitas baru

Fase sulit menyadarkan kita bahwa realitas seringkali tidak jalan dengan ekspektasi. Kita akan mendapati hal-hal yang berseberangan dengan rencana. Tidak jarang, suatu rencana harus diubah secara total sehingga kita harus menyesuaikan ulang.
Ternyata ini menjadi fakta bahwa berdamai dengan fase sulit bukan proses instan. Adaptasi sangat diperlukan saat sedang menghadapi rutinitas baru. Fase penyesuaian yang membutuhkan waktu ini memungkinkan seseorang menemukan pola yang paling efektif dan sesuai.
6. Tumbuhnya kekuatan dari fase sulit adalah hasil proses

Fase sulit memang menjadi bagian terpenting dalam menjalani hidup. Karena segala sesuatu yang berlangsung tidak selalu sesuai dengan ekspektasi. Tapi untuk bangkit dari fase sulit, juga tidak bisa mengandalkan cara-cara instan. Justru proses ini membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Kita perlu menyadari bahwa tumbuhnya kekuatan dari fase sulit adalah hasil proses itu sendiri. Ketenangan, kebijaksanaan, dan kekuatan diri biasanya lahir setelah seseorang benar-benar melewati masa sulit, bukan di tengah atau awal. Artinya, berdamai adalah hasil perjalanan, bukan keputusan instan.
Banyak hal menarik yang bisa diamati dari kehadiran fase sulit. Terutama cara pandang bahwa berdamai dengan fase sulit merupakan proses yang dapat dilakukan dalam waktu cepat. Sudah tentu ini menjadi perspektif yang harus diperbaiki. Deretan fakta di atas menyadarkan kita bahwa berdamai dengan fase sulit membutuhkan konsistensi dan ketekunan.