Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
berpikir
ilustrasi berpikir (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Intinya sih...

  • Merencanakan liburan tanpa hitung-hitungan realistis

  • Menikah tepat saat libur panjang

  • Mengambil cuti panjang sekaligus

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Akhir tahun sering dianggap waktu paling pas untuk menutup banyak urusan sekaligus, seolah semua keputusan besar akan terasa lebih sah jika dilakukan menjelang pergantian kalender. Padahal, secara praktis, akhir tahun justru penuh dengan agenda tumpang tindih, harga yang tidak ramah, serta jadwal publik yang serba padat.

Banyak keputusan hidup akhirnya diambil bukan karena kesiapan, melainkan karena ikut arus momen. Supaya tidak terjebak keputusan impulsif, ada beberapa hal yang baiknya dipikir ulang untuk dilakukan di akhir tahun. Berikut penjelasannya!

1. Merencanakan liburan jauh tanpa hitung-hitungan realistis

ilustrasi itinerary liburan (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Liburan akhir tahun sering dibayangkan menyenangkan karena liburnya panjang, tetapi banyak orang lupa menghitung biaya riil yang harus dikeluarkan. Tiket transportasi naik, penginapan penuh, dan pilihan murah biasanya sudah habis sejak jauh hari. Alhasil, liburan tetap jalan tetapi dengan rasa terpaksa karena anggaran membengkak. Waktu libur yang seharusnya santai justru dihabiskan untuk beradaptasi dengan jadwal yang terlalu padat.

Selain soal biaya, kenyamanan juga sering dikorbankan demi bisa pergi di tanggal favorit. Tempat wisata penuh, antrean panjang, dan waktu tempuh makin tidak masuk akal. Liburan akhirnya lebih terasa sebagai agenda wajib, bukan kebutuhan pribadi. Banyak orang baru sadar liburannya tidak benar-benar dinikmati setelah kembali ke rutinitas. Pada titik ini, menunda liburan ke waktu yang lebih sepi justru lebih masuk akal.

2. Menikah tepat saat libur panjang

ilustrasi menikah (pexels.com/Emma Bauso)

Menikah di akhir tahun sering dianggap praktis karena tamu diasumsikan sedang libur. Kenyataannya, banyak orang sudah mengatur agenda sendiri jauh-jauh hari, mulai dari mudik sampai liburan keluarga. Akibatnya, tamu penting justru tidak bisa hadir meski undangan sudah disebar. Persiapan pernikahan juga lebih rumit karena vendor dan gedung biasanya penuh dengan jadwal.

Di sisi lain, tamu yang datang pun sering terburu-buru karena harus mengejar agenda lain. Waktu bersosialisasi jadi singkat dan suasana acara terasa cepat berlalu. Menikah memang soal komitmen, tetapi kenyamanan banyak pihak tetap perlu dipikirkan apalagi kalau berniat menggelar pesta yang megah. Keputusan ini bukan soal gengsi, melainkan soal kelancaran acara.

3. Mengambil cuti panjang sekaligus

ilustrasi cuti (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Cuti panjang di akhir tahun terlihat menarik karena bisa disambung dengan hari libur nasional. Masalahnya, pekerjaan sebelum cuti biasanya menumpuk karena semua ingin selesai sebelum tutup tahun. Setelah cuti pun, pekerjaan datang berlapis karena banyak hal tertunda. Akibatnya, cuti terasa kurang memberi istirahat yang benar-benar istirahat.

Tidak sedikit orang tetap harus memantau pesan kerja selama libur. Fokus istirahat pun terpecah karena ada tanggung jawab yang tidak bisa ditinggalkan sepenuhnya. Cuti yang diambil tanpa perhitungan sering berakhir setengah-setengah. Memecah cuti di waktu berbeda justru bisa lebih terasa manfaatnya. Istirahat tidak selalu soal durasi, tetapi soal kualitas.

4. Membuat keputusan belanja hanya karena diskon

ilustrasi belanja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Akhir tahun identik dengan promo besar-besaran yang tampak menguntungkan. Banyak orang akhirnya membeli barang mahal hanya karena harganya turun, bukan karena benar-benar dibutuhkan. Keputusan ini sering terasa wajar di awal, tetapi efeknya baru terasa di bulan-bulan berikutnya. Anggaran awal tahun langsung tersedot untuk cicilan atau pengeluaran tak terencana.

Belanja besar seharusnya didasarkan pada kebutuhan jangka panjang, bukan euforia diskon. Banyak promo sebenarnya hanya memajukan waktu belanja, bukan memberi penghematan nyata. Menunda keputusan sering kali memberi sudut pandang yang lebih jernih. Jika setelah beberapa minggu masih terasa perlu, barulah keputusan itu layak diambil. Cara ini lebih aman daripada menyesal belakangan.

5. Menjadwalkan urusan penting yang bergantung pada layanan publik

ilustrasi urusan penting (pexels.com/Edmond Dantès)

Akhir tahun sering dipilih untuk mengurus hal penting karena dianggap waktu luang lebih panjang. Padahal, banyak layanan publik dan profesional bekerja dengan jadwal terbatas. Proses administrasi bisa lebih lambat dan tidak selalu bisa diselesaikan cepat. Hal ini sering membuat rencana awal meleset jauh dari target.

Selain itu, koordinasi dengan banyak pihak menjadi lebih sulit karena jadwal masing-masing sudah padat. Kesalahan kecil bisa memakan waktu lebih lama untuk diperbaiki. Untuk urusan yang butuh kepastian waktu, memilih periode yang lebih lengang jauh lebih aman. Keputusan sederhana ini bisa menghindarkan stres yang tidak perlu. Pada akhirnya, kelancaran lebih penting daripada mengejar tanggal cantik.

Akhir tahun memang sering terasa seperti garis finis, padahal hidup tidak berjalan mengikuti kalender. Dalam kehidupan, ada hal yang baiknya dipikir ulang untuk dilakukan di akhir tahun. Tidak semua hal harus diselesaikan sekarang hanya karena tahunnya akan berganti. Jadi, di akhir tahun ini, keputusan mana yang benar-benar perlu dilakukan sekarang, dan mana yang sebenarnya bisa menunggu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team