Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
unsplash.com/Ksenia Makagonova

Mengalami momen kehilangan sesuatu atau terutama seseorang yang sangat disayang pasti menyedihkan sekali. Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menghadapi momen haru seperti ini. Karena harus diakui yang namanya kehilangan bukanlah hal yang bisa dengan mudah untuk kita lalui.

Namun, gak sedikit orang yang ingin buru-buru melanjutkan aktivitas agar bisa melupakan kesedihan yang ada. Parahnya lagi, ada juga orang yang berpura-pura baik-baik saja hanya agar tidak ada kekhawatiran dari orang lain di sekitarnya.

Hal seperti ini bisa memicu gangguan secara psikologis lho. Makanya, saat mengalami momen kehilangan, kita sangat dianjurkan untuk memberikan waktu pada diri sendiri untuk bisa berduka. Selain itu, beberapa alasan di bawah ini juga jadi bahan pertimbangan.

1. Sebagai manusia, wajar sekali jika kamu merasa sedih saat kehilangan

unsplash/Giulia Bertelli

Pahamilah bahwa emosi kesedihan memang sangat wajar dimiliki manusia. Mengelak darinya hanya akan membuat kamu mengalami kerugian. Mentalmu bisa terganggu, jiwamu akan merasa tertekan, dan bukan gak mungkin kegelisahan serta rasa bersalah akan terus menghantuimu.

Manusia berbeda dibanding makhluk lain di muka bumi adalah karena adanya emosi yang bisa kita rasakan. Alih-alih menjadikan diri seperti robot yang tidak punya perasaan, lebih baik biarkan segala kesedihan mengaliri diri kita selama beberapa waktu setelah kehilangan.

2. Saat-saat berduka membuat kamu lebih punya waktu untuk diri sendiri

unsplash/Natalie Grainger

Momen berduka akan membuat kamu memang menjadi penyendiri. Tapi, bukan berarti ini jadi suatu kemunduran. Justru, untuk kamu yang selama ini selalu dikelilingi orang banyak, momen berduka bisa jadi saat yang tepat untuk lebih mengenali diri sendiri. Kamu juga menelisik lebih dalam pada kepribadianmu yang mungkin kamu sendiri tidak pernah mau tahu. Atau kamu akan mengenal betapa berartinya orang atau barang yang sudah pergi tersebut selama ini bagimu.

3. Gak cuma harus mengurung diri di kamar, berduka juga bisa dilakukan sambil berkegiatan

unsplash/ Greta Schölderle Møller

Meski dinamakan sebagai momen berduka, bukan berarti kamu harus mengunci diri di ruang tertutup dan tidak melakukan apa-apa hingga seluruh kesedihan menyelimutimu. Kamu tetap bisa berkegiatan seperti mengunjungi tempat-tempat penuh kenangan, memasak di rumah, atau hal lainnya kok. Hanya saja, mungkin kamu tidak ditemani siapa-siapa. 

4. Melalui momen berduka, kamu bisa kembali memulihkan rasa kehilangan yang ada

unsplash.com/Tom Pumford

Melalui saat berduka memang tidak mudah. Namun, seiring bergantinya hari, ketika terbangun setelah tidur malam beberapa jam, kamu akan bisa menerima kenyataan.

Daripada menjalani hari-hari dengan penuh penolakan bahwa apa yang kamu cintai telah tiada, bukankah lebih mudah jika kamu jujur pada diri sendiri bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini sehingga rasa ikhlas akan kehilangan tersebut bisa kamu terima?

5. Selanjutnya, tugas kita adalah kembali menjalani hari-hari dengan pikiran yang positif

unsplash.com/Ethan Sykes

Setelah semua rasa kehilangan itu kamu terima, maka ketika kembali menjalani hari pasti akan lebih lega, meski mungkin belum bisa seutuhnya.

Kehilangan memang bukan sesuatu yang mudah untuk dijalani. Tapi begitu membiarkan diri untuk berduka barang sesaat, kamu akan bisa menjalani hari baru dengan pikiran yang positif.

Sesekali, rasa kehilangan itu pasti akan kembali ada. Seolah ada ruang kosong di hatimu yang selama ini penuh, tiba-tiba menjadi sangat sepi. Percayalah, semua orang pernah dan pasti akan merasakan perasaan itu. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan menerimanya.

Jadi, kenapa gak membiarkan diri berduka beberapa waktu setelah kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat berarti bagi kita?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team