Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jangan Dicap Aneh, 5 Alasan Seseorang Masih Melajang pada Usia 30-an

ilustrasi orang nulis (pixabay.com/StarupStockPhotos)
ilustrasi orang nulis (pixabay.com/StarupStockPhotos)

Sudah jadi hal lumrah, lajang yang usianya sudah menyentuh kepala tiga—apalagi di atasnya—rentan dengan julukan negatif dari lingkungan sekitar. Jika tak pandai-pandai menata hati, julukan tersebut bisa saja menjadi salah satu penyebab munculnya ketidakpercayaan diri; menilai rendah pribadi; dan menyalahkan diri sendiri. 

Kerap dicap aneh, berikut ini beberapa alasan mengapa seseorang belum memutuskan mencari pendamping hidup di usia 30-an. 

1. Dia tidak merasa kesepian karena selalu ditemani prinsip-prinsip hidupnya

ilustrasi orang senyum (pixabay.com/StockSnap)
ilustrasi orang senyum (pixabay.com/StockSnap)

Seperti kata Herjunot Ali dalam siniar Denny Sumargo, selama seorang lajang ditemani prinsip-prinsip hidupnya, ia tak akan pernah akan merasa kesepian. Tak peduli anggapan buruk orang lain tentangnya, ia tetap bisa menjalani kehidupan dengan bahagia. 

Karena masalah kehidupan amat kompleks, urusan pernikahan menjadi satu dari sekian banyak hal yang tak selalu jadi prioritas. Keyakinan akan mendapatkan tambatan hati di waktu yang tepat membuat mereka tetap optimis menjalani kehidupan.

2. Dia punya tanggung jawab lebih merawat orangtua

ilustrasi anak dan orangtua (pixabay.com/pyou93)
ilustrasi anak dan orangtua (pixabay.com/pyou93)

Kewajiban merawat orangtua yang sudah renta juga merupakan salah satu penyebab mengapa seseorang belum memutuskan menikah. Terlebih jika ia satu-satunya anak yang belum punya tanggungan, merawat orangtua merupakan pilihan yang tentu saja wajib dilakukan.

Bisa saja ia memutuskan menikah sambil merawat orangtua. Namun karena kesibukan, bisa saja urusan keduanya menjadi terbengkalai. Jadi, daripada tidak fokus, ia lebih memilih hal-hal yang lebih mendesak. 

3. Belum menikah pada usia sekian bukan berarti tidak mau menikah sepanjang hidup

ilustrasi orang berjalan (pixabay.com/Hermann)
ilustrasi orang berjalan (pixabay.com/Hermann)

Saat seorang lajang belum juga menikah pada usia sekian, bukan berarti dia benar-benar ingin hidup sendiri tanpa pasangan sejati. Jauh dari dalam relung hatinya, ia mungkin juga mendambakan sosok penyayang yang bisa menemani hari-harinya hingga masa tua.

Memang, sih, ada segelintir golongan yang memutuskan melajang sepanjang hidup, tetapi tak semua lajang pada usia matang tak ingin menikah selamanya. Hanya masalah waktu, dengan semangat dan usaha yang maksimal, seorang lajang pasti akan menemukan tambatan hatinya suatu hari nanti. 

4. Dia punya riwayat sakit yang membuatnya tidak bisa melakukan salah satu kewajiban dalam berumah tangga

ilustrasi orang melamun (pixabay.com/Pexels)
ilustrasi orang melamun (pixabay.com/Pexels)

Sadar memiliki kekurangan, terlebih menyangkut kesehatan yang berimbas pada langgengnya hubungan, seorang lajang di usia matang bisa saja terpaksa menunda pernikahan. Tak ingin membuat kecewa calon pendamping kelak, ia perlu banyak waktu untuk memikirkan rencana-rencana besar ke depannya.

Karena sifatnya pribadi, seorang lajang di usia sekian juga biasanya akan menutup diri sebelum yakin dengan pilihannya hidupnya nanti. Yang penting sabar, urusan rencana pernikahan cepat atau lambat akan bisa dijalani asal tetap ikhtiar.

5. Menikah bukan satu-satunya jalan menemukan kebahagiaan dan pencapaian hidup

ilustrasi orang senyum (pixabay.com/Pexels)
ilustrasi orang senyum (pixabay.com/Pexels)

Memang benar, akan ada banyak hal-hal positif dan bermanfaat saat seseorang memutuskan untuk menikah. Tak hanya bisa meraih kebahagiaan, bagi beberapa orang, menikah juga merupakan pencapaian hidup yang harus segera ditunaikan. 

Tak ada yang salah dengan pernikahan, tetapi kebahagiaan dan pencapaian hidup tidak serta-merta hanya didapatkan dengan menikah saja. Tanpa melupakan pentingnya menikah, pencapaian hidup dan kebahagiaan bisa didapatkan dengan banyak cara dan perbuatan.

Menjadi lajang di usia sekitar 30—40 tahunan memang punya beban tersendiri karena harus menghadapi anggapan-anggapan tak menyenangkan dari masyarakat. Namun, yakinlah bahwa setiap orang punya jalan dan waktu masing-masing dalam menemukan jodohnya sendiri-sendiri. Tetap semangat, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us