Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi meditasi di kantor (pexels.com/Vitaly Gariev)
ilustrasi meditasi di kantor (pexels.com/Vitaly Gariev)

Anak muda memang harus bisa menjaga produktivitas. Utamanya dengan bekerja mengingat masa depanmu masih panjang. Kamu juga memikul tanggung jawab penuh atas diri sendiri dan keluarga.

Namun, dirimu gak perlu sampai terjebak dalam toxic productivity. Ini ditandai dengan sikap memaksa diri untuk terus bekerja walaupun kamu sudah dalam kondisi kelelahan. Bukan begini cara buat menjaga produktivitas serta mewujudkan masa depan yang baik.

Memang kadang sulit buat melawan dorongan untuk terus bekerja. Apalagi jika kamu berada di lingkungan anak muda yang gila kerja. Juga seiring beratnya beban finansialmu. Enam kalimat ini membantumu tetap waras dalam bekerja serta menjalani kehidupan dengan lebih seimbang.

1. Ada banyak pekerjaan untuk besok, tapi sekarang sudah cukup

ilustrasi bekerja dengan tenang (pexels.com/Mikhail Nilov)

Selama kamu berada di usia kerja dan memiliki pekerjaan, tugas tidak akan ada habisnya. Bahkan terdapat proyek-proyek yang makan waktu hingga bertahun-tahun mendatang. Apakah dirimu harus selalu mengerjakan tugas esok di hari ini? Tidak.

Kamu harus bisa mengatakan cukup pada diri sendiri. Sama seperti ketika kamu makan. Dirimu tidak perlu menyantap jatah makan siang sekalian saat sarapan. Kalau itu dilakukan malah kamu kekenyangan dan sakit perut.

Cukupkan sarapanmu dan dirimu dapat memulai hari dengan nyaman. Demikian pula terkait pekerjaan. Jika pekerjaan hari ini telah selesai berarti kerjamu cukup sampai di sini. Besok akan menjadi hari baru dengan tugas yang berbeda.

2. Kamu gak cuma butuh uang, tapi juga relasi dengan diri dan orang lain

ilustrasi bekerja sambil mengasuh (pexels.com/Lisa from Pexels)

Uang selalu dibutuhkan oleh manusia. Bahkan anak-anak juga memerlukannya dan dicukupi oleh orangtua. Akan tetapi, tidak tepat apabila kamu menyederhanakan kebutuhan dalam hidup manusia hanya sebatas materi.

Dirimu juga membutuhkan hubungan yang sehat baik dengan diri sendiri maupun orang lain. Relasi yang positif terhadap diri contohnya dengan kamu gak membuat diri sendiri kecapekan. Itu tindakan yang kejam sehingga semestinya dihindari.

Sementara hubungan yang baik dengan orang lain amat luas. Ini meliputi relasimu dengan pasangan atau keluarga kecil, keluarga besar, tetangga, serta kawan-kawan. Kalau kamu bekerja terus serta selalu mementingkannya di atas apa pun, hubunganmu dengan mereka rapuh.

Dirimu gak pernah punya waktu untuk mereka. Bahkan menganggap mereka sebagai gangguan yang menyebalkan. Ingat, pekerjaan tidak selamanya dilakoni. Cepat atau lambat kamu bakal kembali ke keluarga. Jangan merusak fondasi hubungan kalian.

3. Orang tidak mencuri posisi dan keahlianmu dalam sehari

ilustrasi bekerja dengan tenang (pexels.com/Marcus Aurelius)

Apa yang paling dikhawatirkan olehmu dari melambat sejenak dalam pekerjaan? Boleh jadi kamu cemas kalau-kalau teman kerja seketika menjatuhkanmu dari posisimu saat ini. Atau, orang lain lantas lebih cakap daripada dirimu.

Itu hanya ketakutanmu. Kamu tidak ditunjuk untuk menempati suatu posisi semudah membalik telapak tangan. Kedudukan itu diberikan atasan padamu dengan penuh pertimbangan. Artinya, siapa pun gak bakal segampang itu menggantikanmu.

Selama tidak ada kesalahan besar yang dilakukan, posisimu aman. Bekerjalah sesuai tugasmu hari itu dan tidak berlebihan. Pun dengan kemampuan plus pengalamanmu, orang lain gak bisa begitu saja mengunggulimu. Barangkali butuh beberapa tahun lagi untuk mereka menyamai keahlianmu saat ini. Namun, ketika itu pun keahlianmu sudah lebih tinggi.

4. Beberapa tugas dikerjakan sekarang atau besok sama saja

ilustrasi bekerja dengan tenang (pexels.com/Mikhail Nilov)

Deadline-nya longgar. Kenapa kamu seolah-olah memajukan tenggat pekerjaan ketika pemberi tugas juga gak ingin segera menerima hasilnya? Ini berbeda dengan sikap menunda-nunda pekerjaan yang waktunya terbatas.

Untuk tugas yang diselesaikan hari ini atau besok gak ada bedanya, itu bukan penundaan. Malah memburu-buru diri sendiri sama dengan bersikap kejam plus bentuk kesia-siaan. Tentu ada tugas yang kalau dikerjakan hari ini akan lebih baik.

Misalnya, tenggatnya memang masih lusa. Kamu menggarapnya besok pun gak masalah. Akan tetapi, besok dirimu ada tugas luar menemui klien. Kamu ketar-ketir terlambat kembali ke kantor dan bikin tugas itu tak selesai. Bila begini, memajukan pengerjaannya dapat dilakukan.

5. Hemat energi supaya kamu dapat bekerja hingga tahun-tahun mendatang

ilustrasi bekerja dengan tenang (pexels.com/Hồng Thắng Lê)

Kesalahan sebagian anak muda ialah menginjak pedal gas sekuat mungkin dengan harapan cepat sampai. Kamu tidak memperhitungkan bahwa makin tinggi kecepatan, makin besar juga risiko kecelakaan. Pun akibat dari benturannya pasti lebih parah daripada kalau kecepatanmu rendah.

Dalam pekerjaan juga demikian. Dirimu merasa masih muda. Kamu pasti kuat bekerja habis-habisan. Kalau perlu cuma makan sekali dan minum sebanyak mungkin kopi. Hidup bukan lari jarak pendek, melainkan maraton.

Orang yang paling mampu bertahan bekerja hingga usia senja adalah mereka yang bisa mengatur penggunaan energinya sejak muda. Mereka suka bekerja, tapi tidak pernah berlebihan bekerja dalam waktu yang singkat. Bekerja secukupnya dari hari ke hari menghindarkanmu dari bahaya kesehatan dan burnout.

6. Kamu mungkin gak capek, tapi timmu butuh istirahat

ilustrasi stres kerja (pexels.com/Vitaly Gariev)

Untukmu yang bekerja dalam tim apalagi di posisi pemimpin, jangan egois. Kamu tidak bisa memaksa orang lain mengikuti irama kerjamu yang sudah gak sehat. Bila itu dilakukan, mereka menjadi korbannya.

Kamu punya hak untuk sangat keras pada diri sendiri terkait pekerjaan. Akan tetapi, dirimu tidak berhak menghancurkan fisik, mental, dan kehidupan orang lain dengan tekanan kerja yang berlebihan. Malah tugasmu sebagai pimpinan ialah memastikan target tercapai tanpa mengabaikan kesejahteraan anak buah.

Mereka harus bahagia dalam bekerja supaya hasilnya maksimal. Tim kerja ini juga menjadi lebih awet. Terkadang bukan anak buah yang mesti mengikuti atasan, melainkan sebaliknya.

Toxic productivity pada akhirnya juga dapat membuatmu menjadi toxic person. Seperti kamu bersikap buruk pada keluarga dan teman-teman. Cintai pekerjaanmu dengan sikap yang bijaksana. Bukan kamu kehilangan kontrol diri karena pekerjaan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team