kampanye 'Brave Together' dari Maybelline New York (dok. Maybelline)
Kesadaran tentang gentingnya masalah kesehatan mental, semakin meluas setelah situasi pandemik COVID-19. Masyarakat, terutama yang hadir dari kelompok Gen Z, mulai terbuka dengan percakapan yang menyinggung isu mental health.
Beberapa isu yang mendorong kecemasan dan sering dibahas adalah kekhawatiran tentang masa depan, takut menjadi orang dewasa, tekanan, serta perasaan untuk takut dihakimi. Selain itu, hampir 70 persen responden memilih untuk mengatasinya dengan cara berdoa atau bercerita kepada sahabat terkait masalah kesehatan mental yang dialami.
Sayangnya, meski angka kesadarannya sudah cukup tinggi, temuan data mengungkapkan bahwa hanya 15 persen responden yang sudah berkunjung ke bantuan profesional. Menurut Karina, ada dua faktor utama yang menyebabkan situasi ini.
"Pertama-tama, stigma atau asumsi negatif tentang konseling dan kesehatan mental masih ada. Lalu, yang kedua adalah hambatan biaya," tuturnya.
Selain itu, Carla pun mengungkapkan, "Akses untuk konseling profesional di Indonesia masih belum merata. Dari sisi lokasi juga lebih terkonsentrasi di pulau Jawa."