Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi laki-laki belajar diam saat marah
ilustrasi laki-laki belajar diam saat marah (pexels.com/AlphaTradeZone)

Intinya sih...

  • Sabar bukan berarti lemah, melainkan bentuk kekuatan untuk mengelola emosi biar gak bikin masalah makin runyam.

  • Ada garis tipis antara sabar dan membiarkan diri dimanfaatkan. Tegas artinya menghargai diri sendiri dan waktumu.

  • Ambil waktu untuk tenang dulu. Kamu bisa tarik napas, keluar sebentar, atau tidur 1 malam. Keputusan yang dibuat dalam keadaan tenang jauh lebih bijak dan akurat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kadang, hidup seperti ujian kesabaran tanpa batas, mulai dari orang menyebalkan, situasi gak adil, atau pekerjaan yang terus menumpuk. Ada saja hal yang selalu bikin kita ngelus dada. Kita diajari untuk bersabar. Namun, kalau terlalu sabar, kamu malah bisa diinjak. Karena itu, kita juga harus bisa bersikap tegas saat dibutuhkan.

Sabar dan tegas ibarat 2 sisi dari 1 koin yang sama. Sabar bukan berarti diam terus dan tegas bukan berarti marah-marah. Keduanya penting, tapi harus tahu waktu dan tempatnya. Yuk, bahas gimana cara membedakan momen saat kamu perlu sabar dan menahan diri dan kapan kamu harus tegas!

1. Kalau masih bisa diperbaiki tanpa drama, pilih sabar

ilustrasi dua orang sedang berbicara (unsplash.com/Yuvraj Singh)

Sabar bukan berarti lemah, melainkan bentuk kekuatan untuk mengelola emosi biar gak bikin masalah makin runyam. Kalau ada hal yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan komunikasi tenang atau waktu untuk mendinginkan kepala, itu tandanya kamu masih perlu bersabar.

Sebagai contoh, teman kamu lupa bayar patungan makan. Sekali dua kali, kamu masih bisa ngomong baik-baik tanpa perlu emosi. Contoh lain, kalau pasanganmu lagi capek dan ngomongnya agak ngegas, kamu bisa pilih buat gak langsung baper. Sabar di sini artinya kamu tahu prioritas. Menjaga hubungan tetap sehat lebih penting daripada menang debat kecil.

2. Kalau terus mengulang kesalahan yang sama, saatnya tegas

ilustrasi orangtua bersikap tegas pada anak (pexels.com/August de Richelieu)

Ada garis tipis antara sabar dan membiarkan diri dimanfaatkan. Kalau seseorang atau situasi terus mengulang kesalahan yang sama, padahal kamu sudah memberikan kesempatan berkali-kali, itu sinyal kuat untuk tegas. Sebagai contoh, rekan kerja selalu menyerahkan tanggung jawab padamu dengan alasan “gak sempat”. Kalau kamu diam terus, dia akan menganggapmu bisa terus dimanfaatkan.

Tegas di sini bukan berarti marah, tapi jelas dalam batasan. Kamu bisa bilang, “Aku bantu kali ini aja, tapi selanjutnya kamu kerjain sendiri, ya.” Tegas artinya menghargai diri sendiri dan waktumu. Karena kalau kamu gak bikin batas yang jelas, orang lain juga gak akan belajar menghargai kamu.

3. Kalau emosi lagi naik, jangan langsung bertindak

ilustrasi perempuan emosi (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Gak jarang orang salah mengambil keputusan karena salah waktu. Saat emosi lagi tinggi, semua hal rasanya pengen dilawan. Padahal, kadang yang dibutuhkan hanyalah pause sebentar.

Kalau kamu merasa marah, kecewa, atau capek banget, jangan buru-buru ambil tindakan. Ambil waktu untuk tenang dulu. Kamu bisa tarik napas, keluar sebentar, atau tidur 1 malam. Keputusan yang dibuat dalam keadaan tenang jauh lebih bijak dan akurat daripada yang dibuat pas darah masih mendidih.

4. Kalau nilai diri mulai diusik, harus tegas

ilustrasi lingkungan kerja yang tidak sehat (pexels.com/Yan Krukau)

Kamu harus mulai tegas begitu merasa harga dirimu mulai dilanggar. Sebagai contoh, kamu selalu mengalah agar hubungan tetap adem, tapi akhirnya kamu jadi kehilangan suara sendiri. Kalau di kantor, misalnya, kamu terus nurut, padahal keputusan itu bikin kamu tertekan.

Tegas bukan tentang ego, tapi tentang integritas. Kamu berhak ngomong gak, bilang gak nyaman, dan menolak hal yang gak sejalan dengan nilaimu. Jadi, kalau kesabaranmu malah bikin kamu kehilangan diri sendiri, itu waktunya untuk berdiri dan bersuara.

5. Belajar dari pola, bukan sekali kejadian

ilustrasi bertengkar dengan saudara (pexels.com/Liza Summer)

Kamu gak harus langsung tahu mana yang benar setiap kali ada masalah. Kadang, butuh waktu dan pengalaman untuk mengerti kapan harus sabar dan kapan harus tegas. Coba kamu perhatikan polanya. Kalau setiap kali kamu sabar hasilnya malah bikin makin lelah, berarti waktunya ubah strategi. Namun, kalau kesabaranmu bikin hubungan makin kuat, berarti kamu di jalur yang tepat.

Keseimbangan antara sabar dan tegas itu seperti seni hidup. Gak ada rumus pasti, tapi itu bisa dilatih. Sabar bikin kamu tetap tenang di tengah badai, sementara tegas bikin kamu tetap berdiri saat dunia pengen kamu jatuh. Jadi, dengarkan intuisimu, pahami konteksnya, dan jangan takut untuk berubah sikap sesuai situasi. Kadang, diam adalah kekuatan. Namun, pada lain waktu, suara tegasmu adalah bentuk cinta pada diri sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎