Hasil penelitian melihat mayoritas millennials lebih memprioritaskan karier daripada cinta. Jumlah ini didominasi oleh mereka dengan kategori usia 20-25 tahun yang memang sedang dalam usia produktif bekerja.
Menariknya, berdasarkan jenis kelamin, 70 persen perempuan lebih memprioritaskan karier daripada cinta. Jumlah ini lebih tinggi daripada laki-laki yang hanya berjumlah 67 persen.
"Karena kontraktor (pihak yang memberi pekerjaan secara kontrak_red) aku merasa belum puas, apalagi di tempatku gak ada kesempatan jadi permanen selain ikut program pusat. Tapi aku bagaimana pun tetap bersyukur dengan umur segini, punya pengalaman di BUMN besar di Indonesia. Aku pengin terus mengembangkan kemampuanku di perusahaan ini dan juga membuat orang percaya untuk mengandalkanku dalam menyelesaikan pekerjaan," ungkap Sonya (23) pegawai BUMN.
Sedangkan millennials yang lebih memprioritaskan cinta, didominasi oleh mereka yang berusia 26-30 tahun. Hal ini sejalan dengan data mayoritas millennials ingin menikah di usia 25-28 tahun (61 persen). Mereka merasa usia tersebut ideal, hingga akhirnya lebih banyak fokus pada aspek cinta daripada karier untuk segera menikah.
"Waktu masih awal 20 tahun, aku masih tenang-tenang aja, mikir toh nanti ketemu jodohnya. Tapi sampai akhirnya sekarang, udah umur 28, aku kayak mulai panik, sih! Mungkin karena umur semakin tua. Aku bahkan sampai merasa hopeless gitu, beneran gak sih aku ada jodohnya. Tapi, ya sudah doa aja terus, pasti Tuhan kasih yang terbaik," kata Jessica (28) pegawai swasta.
Astrid kembali memberi pernyataan terkait usia ideal menikah tersebut. Menurutnya, millennials memilih usia 25-28 tahun sebagai usia ideal karena keinginan mereka untuk menerapkan hidup berkeluarga yang menyenangkan dan penuh tantangan.
"Konsep keluarga yang romantis, suami istri masih muda, menerapkan konsep parenting yang terbaru, urus anak sendiri, liburan bareng keluarga. Untuk millennials hidup yang fun dan penuh tantangan kelihatannya jadi tujuan," ungkapnya.