Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi seorang pria (Pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Menahan emosi bukan tanda kekuatan, melainkan mematikan sisi manusiawi
  • Menghindari ekspresi emosi memperkuat stigma bahwa kepekaan itu aib
  • Perlindungan sehat tidak bersifat mengekang, tapi mendukung dari samping

Di tengah perubahan sosial yang makin progresif, banyak dari kita mulai sadar bahwa tidak semua nilai yang diwariskan dari generasi sebelumnya cocok dipertahankan. Termasuk maskulinitas beracun atau toxic masculinity. Ini bukan berarti menjadi laki-laki adalah hal yang salah, tetapi ada sejumlah sikap dan pola pikir yang sering dianggap “laki banget” padahal justru merugikan diri sendiri dan orang lain. Masalahnya, banyak dari kebiasaan ini berlangsung begitu halus dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita tidak menyadari bahwa kita sedang mendukung sesuatu yang membatasi, bahkan menyakiti.

Kita tumbuh dalam masyarakat yang sering menganggap kejantanan harus ditunjukkan lewat dominasi, kekuatan fisik, atau sikap dingin terhadap emosi. Sayangnya, ini menciptakan tekanan besar, baik bagi laki-laki maupun orang-orang di sekitarnya. Artikel ini akan mengajak kamu melihat lima kebiasaan harian yang mungkin terasa normal, tapi sebenarnya adalah bentuk toxic masculinity yang seharusnya mulai kita sadari dan ubah. Ini bukan soal menyalahkan, tapi soal belajar untuk menjadi lebih sehat secara emosional, sosial, dan mental.

Editorial Team

Tonton lebih seru di