Ibu-ibu ZWC Sari Dewi memamerkan hasil belajar memasak makanan olahan kulit pisang bersama Cookpad. (instagram.com/zwc_saridewi)
Kelola sampah berbasis sumber sebenarnya bukanlah hal baru bagi warga Banjar Tegeh Sari. Mereka sudah teredukasi untuk mengumpulkan dan memilah sampah, serta menabungnya di Bank Sampah Tegeh Sari Lestari (BSTSL).
BSTSL juga pernah memenangkan penghargaan dari Astra sebagai juara 2 dalam kompetisi bank sampah tingkat nasional (BASCOM ASTRA 2020) kategori bank sampah unit.
Namun, COVID-19 membuat BSTSL tutup sementara. Hal ini menyebabkan sampah menumpuk di rumah-rumah warga.
Seiring dengan berkembangnya Kebun Berdaya, kebutuhan pupuk tanaman juga meningkat. Pupuk terbaik untuk tanaman adalah pupuk organik, yang bisa dipenuhi jika sampah rumah tangga dikelola dengan baik mulai dari sumbernya. Ibu-ibu, sebagai penghasil sampah organik terbanyak harus teredukasi dengan baik agar misi program Zero Waste Cities (ZWC) tercapai.
"Apa yang kita bisa lakukan untuk pengurangan-pengurangan sampah di masyarakat ini? Karena karakter banjar kami ini adalah beragam. Akhirnya kita sepakat, mari kita lakukan pengelolaan ini di... Kita pakai sampelnya di Sari Dewi yang ada 85 KK," ungkap Ketua Yayasan Tegeh Sari, I Gede Mantrayasa.
Yayasan Tegeh Sari lalu berkolaborasi dengan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali untuk menjalankan program ZWC agar ada perubahan perilaku warganya, sehingga sampah yang dihasilkan semakin berkurang jumlahnya, dan hanya menyisakan sampah residu saja.
Keberhasilan program ini tentu saja tidak mudah karena dibutuhkan komitmen kuat antara dinas terkait dan desa adat, serta ketersediaan sarana dan prasarana pendukung aktivitas memilah sampah. Selain itu, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) profesional dalam pengelolaan sampah, mulai dari sistem manajemennya, petugas edukasi, dan petugas angkut.
Sejak Oktober 2020, Komang Ariani, memimpin Tim ZWC Sari Dewi mengedukasi warga di Gang Sari Dewi door to door secara masif. Mereka menjelaskan bagaimana pemilahan sampah dari rumah yang benar. Pembagian pamflet bergambar dan berwarna yang eye catching sebagai media edukasi dimaksudkan agar instruksi yang ada di dalamnya lebih menarik untuk dibaca, dipahami, dan dijalankan.
Kemudian dibentuklah Bank Sampah Sari Dewi untuk mengurangi kerumunan di BSTSL dan mempermudah akses warga menabung sampahnya karena lokasinya lebih dekat daripada BSTSL. Selain itu, tabungan sampah yang sudah terintegrasi dengan fitur M-Banking Koperasi Manik Galih juga memudahkan warga untuk melakukan transaksi elektronik seperti pembelian pulsa, token listrik, maupun pembayaran iuran BPJS.
Selain itu, ZWC Sari Dewi juga memperoleh pendampingan dan pelatihan pengembangan UMKM dari PPLH Bali yang berkolaborasi dengan Rikolto dan Cookpad dalam program Food Smart City. Program ini tak hanya menghasilkan makanan olahan sayur, buah, lele, yang berasal dari kebun sendiri, namun juga menghasilkan makanan olahan dari food loss seperti bolu kulit pisang dan selai kulit buah naga.
Setelah proses pendampingan berjalan selama setahun, sudah terjadi perubahan signifikan. Semula 100% sampah masih tercampur, saat ini 100% warganya sudah mau memilah sampah, dengan rincian 79% sampah organik (89% dikomposting dan untuk pakan ternak, 11% untuk budidaya maggot), 2% sampah anorganik, dan 18% residu.
Jika sebelumnya sampah residu diangkut 2-3 kali dalam seminggu dengan volume dua gerobak sekali angkut, saat ini hanya satu kali seminggu dengan volume hanya satu gerobak saja. Tampak bahwa pemilahan sampah sebelumnya tidak berdampak secara signifikan. Sehingga kolaborasi edukasi pengelolaan sampah ini perlu dilakukan secara masif, mulai dari rumah tangga maupun secara komunal.
"Jadi ketika ini dilakukan oleh PPLH, ternyata ini merupakan sebuah solusi untuk daerah urban yang ada di Denpasar, yang tidak mempunyai tempat yang bisa dijadikan untuk TPS 3R," I Gede Mantrayasa tersenyum senang.
ZWC Sari Dewi yang hadir di gang sempit padat penduduk, ternyata berhasil mengubah perilaku warganya lebih peduli lingkungan. Dengan terus menggaungkan program pilah sampah dari rumah, bukan tidak mungkin aksi nyata ini akan lebih mudah diduplikasi ke hub Kebun Berdaya lainnya.
Lingkungan hijau, bersih, sehat, terjalin kebersamaan antarwarga merupakan berkah tak ternilai yang diperoleh dari kelola sampah berbasis sumber. Selain penuhi kebutuhan pangan keluarga, makanan olahan hasil kebun sendiri dan sampahnya juga bisa hasilkan rupiah. Ekonomi kreatif bergerak, UMKM tumbuh.
Berkat prestasinya dalam perubahan positif ini, Bank Sampah Sari Dewi berhasil memperoleh Juara 1 Kategori Bank Sampah Unit Binaan dalam Sampah Innovation&Competition (BASIC ASTRA 2022).