Kelam, Aktivis Anti Perdagangan Manusia Ini Dulunya Korban Budak Seks AS

Jangan kira sebagai perempuan, kita bisa berbuat bebas tanpa adanya kewaspadaan sejak dini. No, we can not do that.
Jika kalian berpikir bahwa "Wah, AS keren ya. Liburan di sana enak deh, kerja juga pasti gajinya banyak,". Belum tentu. Terbukti dari kisah Shandra Woworuntu, seorang perempuan yang berhasil lepas dari kejamnya dunia perbudakan seks dan perdagangan manusia. Dan itu terjadi di kota metropolitan, Amerika Serikat, kota yang mungkin tidak pernah terpikir akan menyimpan berjuta duka untuk Shandra.
Tidak selamanya apa yang kita pikirkan menarik memiliki makna yang menarik pula. Sebagai perempuan, kita harus berhati-hati menjaga diri. Waspadalah terhadap segala hal, karena mimpi tak selalu indah.
"That night, i prayed to God and asked for His help"
Dilansir dari kisah Sandra melalui bbc.com, semula Shandra merupakan warga Indonesia yang ingin bekerja di AS demi memenuhi kebutuhan keluarga. Namun apa daya, nasib tidak berpihak pada Shandra. Hari pertama kedatangannya ke AS merupakan mimpi buruk yang takkan ia ulangi kembali.
Shandra berada di Amerika Serikat sejak bulan Juni tahun 2001. Awalnya Shandra berpikir bahwa AS memberikan kesempatan untuk meraih gemilang kesuksesan kerja. Namun, semua tak berakhir mulus. Shandra dijemput oleh seorang pria yang tak ia kenal.
Pikirnya ia akan diantar ke hotel. Saat perjalanan, berkali-kali Shandra dan temannya yang lain berpindah-pindah mobil dengan mobil yang berbeda. Terlihat setiap sopir yang mengendarai mobil tersebut menyerahkan uang kepada sopir lain. Kecurigaan mulai terjadi.
Ternyata benar, mobil yang ditumpangi Shandra mengarah pada sebuah rumah di daerah Brooklyn. Ketika masuk ke dalam rumah, yang dilihat Shandra ialah pemandangan seorang gadis kecil tersiksa akibat kekerasan yang diterima, dan Shandra tidak bisa melakukan apapun untuk menolong gadis itu. Hari berganti hari Shandra lalui.
Ia sempat berharap akan ada yang menolong, namun sekali lagi ia terjebak pada lubang yang sama. Setiap hari Shandra harus melayani banyak pria. Jika Shandra menolak, maka ia akan mendapat pukulan dan bentuk kekerasan lain.
Namun Shandra tidak melakukan hal itu, sehingga ia selalu bebas dari pukulan. Tidak ada makanan dan minuman yang layak untuk Shandra dan perempuan-perempuan lain yang juga korban.
Shandra berkata, "Ketika pelanggan sepi, saat itulah penyelundup manusia mempergunakan waktu untuk memperkosa kami,".
Panggilannya berubah menjadi Candy. Mereka yang diperdagangkan dan menjadi budak seks tidak hanya dari Indonesia. Tetapi juga negara lain khususnya Asia. Selain budak seks, pelacur memang ada sendiri.
Apa yang saya alami sungguh berat menyakitkan
Shandra tidak bisa membantah. Untuk menemukan jalan keluar saja susah. Ancaman demi ancaman ia terima, asupan gizi yang ia dapatkan pun sangat tidak layak. Ia lebih sering minum obat-obatan. Kala itu, yang menjadi benda berharga Shandra adalah Alkitab kecil, kamus, bolpoin, dan buku. Dalam kesempatan sekecil apapun itu, Shandra selalu berusaha untuk menuliskan apa saja yang terjadi pada dirinya.
Berkali-kali Shandra berusaha untuk melarikan dri, namun kerap kali gagal. Hingga ia dan temannya memutuskan untuk melarikan diri melalui sebuah celah kecil yaitu jendela kamar mandi. Perjalanan Shandra belum berakhir.
Meski berhasil keluar, ternyata Shandra meminta bantuan pada orang yang salah. Orang tersebut merupakan anggota sindikat yang bekerja sama. Shandra tak putus harapan, ia tetap berusaha untuk kabur. Meski penampilannya tak layak, ia mendatangi kantor polisi dan konsulat Indonesia. Namun, tidak ada seorang pun yang mempercayai Shandra.
Shandra tak memiliki tempat tinggal. Ia terpaksa tidur di stasiun kereta api bawah tanah. Yang bisa Shandra lakukan ialah mengemis pada setiap orang yang lewat, dan ia selalu menggunakan kesempatan untuk bercerita tentang kisah hidupnya pada siapapun.
Hingga apa yang Shandra lakukan membuahkan hasil. Seorang pelaut mendengarkan kisahnya. Hidup Shandra berubah karena pertolongan orang tersebut. Pelaut itu membawa FBI untuk membantu Shandra dan korban lainnya untuk lepas dari jerat budak seks.
Ketika saya melihat perempuan-perempuan itu keluar, meski telanjang dan hanya berbalut handuk. Itulah momen terhebat dalam hidup saya.
Apa yang telah terjadi pada hidup Shandra menorehkan bekas yang sangat dalam. Trauma dan tekanan menjadi beban psikologis dalam hidupnya. Meski 15 tahun telah berlalu, trauma itu masih ada.
"Apa yang terjadi pada saya, itu adalah pelajaran"
Butuh waktu yang lama bagi Shandra untuk bisa berdamai dengan masa lalunya. Karena masa lalu itulah yang membuat kebahagian Shandra menghilang.
Apa yang terjadi adalah sebuah pelajaran agar tidak ada orang lain yang tersiksa dan mengalami kejadian yang menyakitkan seperti itu
Shandra kini semakin aktif menyanyi dalam paduan suara, bahagia membesarkan anak-anaknya yang sudah menginjak usia remaja. Shandra memutuskan untuk melakukan sesuatu yang bisa ia lakukan untuk membantu orang lain. Khususnya mereka yang juga menjadi korban perbudakan seks dan kekerasan.
Sebagai bentuk dari misi barunya, Shandra mendirikan sebuah Yayasan bernama Mentari, yayasan yang akan membantu masyarakat untuk bisa terhubung pada pasar kerja yang baik. Melalui yayasan itu pula Shandra ingin menyampaikan pada banyak orang, bahwa kisahnya bukan kisah yang main-main.
Kesadaran setiap orang akan risiko datang ke AS harus ditingkatkan. Tidak hanya sebagai kota yang indah. Namun juga kota yang bisa membawa petaka. Sebanyak 17 ribu sampai 19 ribu orang telah dibawa ke AS bukan untuk berlibur, namun untuk diperjualbelikan sebagai budak seks.
"Jadi di sinilah panggilan saya untuk menolong"
Yayasan Mentari telah menerbitkan sebuah komik pendidikan tentang perdagangan manusia di Indonesia. Shandra berharap melalui buku ini, masyarakat semakin tersadar akan risiko dan bahaya yang mungkin terjadi. Selain komik, Shandra juga menyumbangkan peternakan ayam dan bibitnya sebagai lahan bisnis, lapangan pekerjaan baru, sehingga tidak ada lagi pemikiran untuk menjual manusia.
Kini hidup Shandra untuk membela mereka yang menjadi korban. Melalui gereja, sekolah, lembaga pemerintahan, Shandra membagikan kisah hidupnya sebagai sebuah pelajaran. Bersaksi di depan Senat AS, Shandra meminta tolong untuk merumuskan undang-undang yang memastikan bahwa tidak akan ada lagi perdagangan manusia. Undang-undang tersebut adalah The Survivors of Human Trafficking Empowerment.
Selain sebagai founder Yayasan Mentari, sejak akhir tahun 2015 Shandra menjadi anggota dewan penasihat pemerintahan AS. Banyak sekali gerakan yang dilakukan oleh Shandra demi menuntas habis kejahatan-kejahatan yang terjadi pada perempuan, karena permasalahan timbul dari cara pandang masyarakat AS yang salah.
Mereka melihat bahwa perempuan yang diperdagangkan bukan korban, tapi penjahat. Sama seperti kisah Shandra, di mana banyak orang melihat Shandra tidak sebagai korban, melainkan sebagai pelacur seks.
Jadilah Agent of Change, ubahlah apa yang bisa kau ubah!