Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
kenakalan remaja
ilustrasi kenakalan remaja (pexels.com/Karola G)

Intinya sih...

  • Orang dewasa mematikan pendapat remaja sejak awal, membuat mereka mencari tempat lain untuk mengekspresikan diri.

  • Banyak orang dewasa bersikap keras tetapi ingin dihormati, menyebabkan kebingungan tentang batas perilaku yang diterima.

  • Keluhan remaja sering dianggap berlebihan, membuat mereka merasa tidak punya posisi aman dan mencari jalan pintas untuk mendapatkan pengakuan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kenakalan remaja sering diposisikan sebagai masalah perilaku semata, padahal dalam kehidupan sehari-hari, sikap orang dewasa justru kerap menjadi pemicunya. Banyak kebiasaan yang terlihat wajar di rumah, sekolah, atau lingkungan sekitar ternyata memberi contoh yang keliru bagi remaja.

Tanpa disadari, cara berbicara, mengambil keputusan, hingga bersikap pada hal kecil ikut membentuk arah perilaku mereka. Berikut beberapa kesalahan orang dewasa yang memicu kenakalan remaja. Sayangnya, hal ini jarang disadari oleh orang dewasa.

1. Mematikan pendapat remaja sejak awal

ilustrasi mematikan pendapat (pexels.com/Kindel Media)

Dalam banyak situasi, pendapat remaja kerap dipotong sebelum benar-benar didengar. Orang dewasa sering merasa sudah tahu mana yang terbaik sehingga tidak memberi ruang diskusi. Remaja pun terbiasa diam karena setiap suara dianggap membantah. Lama-kelamaan, berbicara terasa percuma bagi mereka.

Kondisi ini mendorong remaja mencari tempat lain untuk mengekspresikan diri. Pilihan tersebut tidak selalu aman atau tepat karena dilakukan tanpa arahan. Tindakan melanggar aturan lalu muncul sebagai bentuk pembuktian diri. Kenakalan remaja di sini lahir dari kebutuhan diakui, bukan sekadar ingin melawan.

2. Bersikap keras tetapi ingin dihormati

ilustrasi bersikap keras (pexels.com/Julia M Cameron)

Banyak orang dewasa menuntut sikap sopan dan hormat, tetapi menyampaikannya dengan cara kasar. Nada tinggi, sindiran, atau ancaman sering digunakan untuk menunjukkan otoritas. Remaja melihat langsung bahwa kekerasan verbal dianggap wajar saat memiliki kuasa. Pesan yang terserap bukan soal nilai, melainkan soal cara bertindak.

Ketika remaja meniru pola tersebut di luar rumah, mereka justru dicap bermasalah. Ketidaksesuaian ini menciptakan kebingungan tentang batas perilaku yang diterima. Reaksi melawan kemudian muncul sebagai respons atas ketidakadilan. Kenakalan remaja tumbuh dari contoh nyata yang mereka lihat setiap hari.

3. Menganggap masalah remaja selalu berlebihan

ilustrasi masalah remaja (pexels.com/Vitaly Gariev)

Keluhan remaja sering disambut dengan perbandingan hidup orang dewasa. Masalah dianggap ringan karena tidak menyangkut pekerjaan atau tanggung jawab besar. Sikap ini membuat remaja merasa ceritanya tidak layak didengar. Kepercayaan pun perlahan hilang.

Saat kepercayaan hilang, remaja berhenti meminta saran. Mereka mengambil keputusan sendiri dengan informasi terbatas. Kesalahan kecil pun berulang tanpa koreksi. Kenakalan remaja muncul dari proses belajar yang berjalan sendirian tanpa pendampingan.

4. Menilai remaja hanya dari hasil akhir

ilustrasi masalah remaja (pexels.com/Vitaly Gariev)

Prestasi sering dijadikan ukuran tunggal untuk menilai remaja. Proses, usaha, dan kondisi pribadi jarang diperhitungkan. Remaja yang tidak memenuhi ekspektasi diberi cap negatif, meski situasinya berbeda. Label ini menempel lebih lama daripada yang disadari.

Cap negatif membuat remaja merasa tidak punya posisi aman. Untuk keluar dari label tersebut, mereka mencari cara lain agar diperhatikan. Perilaku menyimpang sering memberi hasil instan berupa reaksi lingkungan. Kenakalan remaja menjadi jalan pintas untuk mendapatkan pengakuan.

5. Terlalu mengatur tetapi enggan melepas

ilustrasi terlalu mengatur (pexels.com/RDNE Stock project)

Banyak keputusan remaja diambil sepenuhnya oleh orang dewasa. Pilihan sekolah, pergaulan, hingga aktivitas harian ditentukan tanpa melibatkan mereka. Remaja akhirnya terbiasa mengikuti tanpa memahami alasan. Kesempatan belajar tanggung jawab pun hilang.

Ketika kontrol sedikit longgar, remaja mencoba segala hal sekaligus. Percobaan dilakukan tanpa pertimbangan karena sebelumnya tidak pernah dilatih memilih. Kesalahan pun terjadi berulang. Kenakalan remaja dalam situasi ini muncul dari kurangnya pengalaman mengambil keputusan.

Kenakalan remaja tidak selalu berakar pada niat buruk atau pengaruh luar yang berlebihan. Sering kali, kesalahan orang dewasa yang memicu kenakalan remaja dan hal ini luput dari evaluasi. Jika sikap yang sama terus diulang, apakah adil berharap remaja berubah lebih dulu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team