Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Film yang Menyadarkanmu untuk Tidak Menormalisasi Kenakalan Anak

The Here After (dok. New Europe Film Sales/The Here After)

Kenakalan anak sering diabaikan dan dianggap sebagai hal normal. Padahal, kenakalan yang dibiarkan berlarut-larut bisa jadi watak yang susah diubah, lho. Bahkan, tak sedikit yang berakhir fatal dan tak bisa diperbaiki lagi.

Sebelum terlambat, kamu bisa coba tonton lima film tentang kenakalan anak berikut. Harapannya, kita jadi lebih melek dan bisa mengantisipasi kemungkinan terburuknya.

1. The Here After (2015)

The Here After (dok. New European Film Sales/The Here After)

The Here After adalah film debut Magnus von Horn, sutradara film The Girl with the Needle yang baru saja mendapat nominasi Oscar 2025. Film The Here After mengikuti John (Ulrik Munther), seorang remaja yang baru saja keluar dari penjara anak. Alasannya sendiri belum penonton tahu awalnya.

Sembari mengekor kesehariannya setelah bebas dari penjara, pertanyaan tentang riwayat John bakal terjawab. Namun, semuanya harus melalui proses yang amat tak nyaman. Dinamika relasinya dengan keluarga intinya sampai cara orang-orang di sekitar John memandang dan memperlakukannya jauh dari ideal.

2. Play (2011)

film Play (dok. Coproduction Office/Play)

Masih dari Swedia, Play merupakan salah satu film terawal Ruben Östlund sebelum kariernya meroket berkat Force Majeure (2014). Mengusung genre thriller psikologis, film memotret interaksi dua kelompok anak laki-laki dari kelas sosial berbeda. Satu kelompok merundung kelompok lainnya, bahkan mengambil paksa beberapa barang mereka. 

Setelah kejadian tak menyenangkan itu terjadi, Östlund mengajakmu menyelami kehidupan para perundung tadi. Mayoritas dari mereka datang dari keluarga yang tak ideal secara finansial dan emosional. Ini sebuah film yang mengusik hati nurani penontonnya. 

3. A Ciambra (2017)

A Ciambra (dok. IFC Films/A Ciambra)

A Ciambra tak kalah mengusik. Film berlatar Italia ini mengikuti perspektif bocah bernama Pio yang lahir di tengah keluarga beretnik Roma di region Calabria, Italia. Tersisih dari masyarakat, etnik Roma kerap tercebur dalam tindak kriminal. Itu pula yang memengaruhi Pio. Sejak kecil, ia sudah berpikir layaknya orang dewasa. 

Kurang pengawasan dan cekak secara finansial, kebutuhan finansial dan emosionalnya tak pernah tercukupi. Tak heran, saat tahu keluarganya dalam kesulitan finansial, sang bocah mencoba untuk membantu dengan cara-cara yang tidak etis. Ia melakukan penipuan sampai mencuri. 

4. The Tribe (2014)

The Tribe (dok. Ukrainian State Film Agency/The Tribe)

Bila ingin menantang diri sendiri, coba tonton film Ukraina berjudul The Tribe. Filmnya berkutat pada kehidupan anak-anak penghuni sebuah sekolah asrama khusus difabel wicara dan tuli. Terlihat normal dari luar, sekolah itu ternyata dikuasai geng anak-anak bandel yang bahkan menjalankan bisnis prostitusi.

Serhiy (Hryhoriy Fesenko), seorang anak baru yang terlihat lugu awalnya, perlahan merangsek ke hierarki teratas geng itu. Bagaimana caranya? Inilah cerminan bagaimana pembiaran terhadap kenakalan anak bisa berakhir fatal. 

5. Picco (2010)

Picco (dok. Movienet/Picco)

Picco adalah film Jerman garapan Philip Koch yang mengusung genre thriller psikologis. Dirilis pada 2010, film ditulis dari perspektif Kevin (Constantin von Jascheroff), seorang bocah yang karena sebuah kasus dikirim ke penjara anak-anak. Tanpa disadarinya, penjara ini bukan tempat ideal untuk membentuk karakter anak, tetapi justru sebaliknya. 

Di sana, Kevin harus membiasakan diri dengan berbagai ketidaknyamanan, hal-hal yang mengusik kompas moral, dan mengurangi kemampuannya berempati. Seperti The Tribe, film ini bukan tipe tontonan yang menghibur, apalagi melegakan. Sebaliknya, kamu bakal dibuat terusik dengan adegan-adegan mengganggu. 

Dari lima film di atas, bertambahlah satu hal yang bikin kamu makin gelisah. Tak hanya soal gaya asuh dan didikan, hal-hal sepele seperti pembiaran terhadap penyimpangan serta kenakalan anak ternyata berdampak besar. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us