Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Konsekuensi Punya Rumah Nuansa Alam, Risiko Ada Ular!

rumah bernuansa alam
ilustrasi rumah bernuansa alam (pexels.com/IslandHopper X)
Intinya sih...
  • Banyak binatang dan risiko masuk ke rumah
  • Menyeramkan saat hujan disertai petir dan angin kencang
  • Kemarau, banyak daun gugur dan perlu ekstra membersihkannya
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sumpek dengan suasana kota yang selalu ramai dan gersang, sekarang banyak orang mendambakan tinggal di lingkungan yang lebih tenang. Bukan cuma sepi yang dicari. Namun, juga suasana sealami mungkin.

Ini sebabnya tak sedikit orang sampai berjuang untuk mutasi ke daerah yang masih sejuk dan banyak pohon. Tinggal di rumah yang masih banyak pohonnya memang membantu tubuh serta pikiran lebih fresh. Namun, bukan berarti tidak ada tantangannya.

Ada sejumlah konsekuensi punya rumah nuansa alam. Selain itu, ada biaya perawatan yang barangkali belum diperhitungkan olehmu. Kamu juga kudu siap tenaga buat melakukan sejumlah pekerjaan yang gak ditemui di rumah di kawasan perkotaan. Penakut kurang cocok tinggal di rumah bernuansa alam.

1. Banyak binatang dan bisa masuk ke rumah

rumah bernuansa alam
ilustrasi rumah bernuansa alam (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Ketika kamu memutuskan untuk tinggal di rumah yang lingkungannya masih alami, dirimu tidak bisa memilih-milih ragam kehidupan yang ada di sana. Kamu mungkin cuma ingin lingkungannya masih hijau. Banyak tanaman baik kecil, sedang, maupun besar.

Namun, bukan cuma dirimu yang menyukai kondisi alami seperti itu. Banyak binatang akan secara otomatis hidup di sana. Dari hewan kecil seperti ulat dan cacing sampai tokek, bajing, bahkan ular berbisa.

Tidak terbayangkan seandainya kamu seorang penakut. Padahal, kapan saja binatang-binatang itu dapat memasuki rumahmu melalui celah sekecil apa pun. Apakah kamu bakal sedikit-sedikit menelepon damkar atau minta bantuan tetangga untuk mengusirnya?

2. Menyeramkan saat hujan disertai petir dan angin kencang

rumah bernuansa alam
ilustrasi rumah bernuansa alam (pexels.com/Vladimir Srajber)

Bila intensitas hujannya ringan hingga sedang, kamu masih tenang. Justru inilah momen yang paling ditunggu-tunggu. Dirimu dapat menikmati minuman hangat sambil memandangi hujan membasahi daun-daun dan menguarkan aroma khas.

Rumah menjadi terasa sangat sejuk bahkan dingin. Kamu sama sekali tak membutuhkan AC lagi. Namun, kalau hujannya lebat dibarengi angin kencang dan badai petir mungkin dirimu ngeri. Suara gesekan daun serta ranting terdengar mengancam.

Dirimu juga melihat angin membuat pohon-pohon tinggi meliuk ke sana kemari. Ada risiko pohon tumbang atau tersambar petir. Makin mencekam apabila hujan badai turun di malam hari, listrik padam, dan kamu sendirian.

3. Kemarau, banyak daun gugur dan kamu ekstra dalam membersihkannya

rumah bernuansa alam
ilustrasi rumah bernuansa alam (pexels.com/urtimud.89)

Ketika musim hujan, daun juga bisa gugur oleh kencangnya angin. Akan tetapi, jumlahnya biasanya tak terlalu banyak. Daun-daun yang belum tua masih kuat bertahan di pucuk-pucuk ranting.

Beda dengan ketika musim kemarau. Daun-daun mengering dan rapuh. Walaupun kamu gak tinggal di negara empat musim, guguran daun di sekitar rumah banyak sekali. Tidak mungkin dirimu cuek dengan membiarkannya saja.

Daun-daun juga mengotori halaman rumahmu. Kamu mesti meluangkan lebih banyak waktu serta tenaga buat membersihkannya. Pagi sudah disapu pun, sore barangkali kotor lagi.

Terus begitu selama pohon-pohon meranggas. Jika dirimu terlalu malas melakukannya, penampakan rumah serta halamanmu buruk sekali sepanjang musim kemarau. Sementara daun rontok sebanyak itu juga gak gampang hancur saat hujan akhirnya turun.

4. Dinding mudah retak oleh akar pohon atau berlumut

rumah bernuansa alam
ilustrasi rumah bernuansa alam (pexels.com/Ron Lach)

Jika kamu tidak menanam sendiri setiap pohonnya, mungkin ada beberapa jenis tanaman yang cukup ganas. Akarnya tumbuh cepat dan merusak dinding bahkan lantai yang ada di sekitarnya. Dirimu baru menyadarinya setelah retakan di tembok makin besar.

Lantai dekat pohon juga tiba-tiba pecah atau terangkat. Artinya, kamu perlu menyiapkan dana ekstra guna mengantisipasi perbaikannya. Selain kerusakan tembok akibat akar, lumut pun tumbuh dengan pesat.

Selain di dinding, lumut biasanya tumbuh di batu-batu taman. Awalnya memang terlihat estetik, tapi lama-lama lumut tetap harus dibersihkan. Batu taman yang berfungsi sebagai jalan bakal licin. Lumut juga akan membuat batuan lekas lapuk.

5. Harus rajin memangkas agar tak seperti hutan

rumah bernuansa alam
ilustrasi rumah bernuansa alam (pexels.com/Peter Vercoelen)

Usaha mempertahankan nuansa alami di rumah tidak berarti semua tanaman dibiarkan tumbuh begitu saja. Kamu tetap harus melakukan perawatan secara berkala. Utamanya pemangkasan dahan dan ranting.

Ini penting guna mengendalikan pertumbuhannya. Kalau pohon di dekat rumah dibiarkan terlalu tinggi, risiko patah dan menimpa rumahmu menjadi lebih besar. Walaupun kamu gak bermaksud merusak ekosistem, tetap penting mencegah binatang berbahaya mudah masuk ke rumah.

Dengan pemangkasan secara berkala, hewan berbahaya seperti ular bakal menyingkir. Ia mencari tempat lain yang agak jauh dari rumahmu. Bahkan sesederhana rumput saja, kalau tidak rajin dipotong membuat rumahmu seperti gak terawat. Malah aura rumahmu seolah-olah mati.

Walau menjadi impian untuk sebagian orang, namun ada beberapa konsekuensi punya rumah nuansa alam. Jangan sampai kamu menyesal setelah pindah ke sana.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Bahaya Memendam Stres Sendirian, Jangan Dianggap Sepele!

28 Des 2025, 23:15 WIBLife