Mariga Regina, Penggerak Pendidikan Indonesia Timur. (insatgram.com/reginainjajagalazarus)
Prestasi membanggakan ditorehkan Inja yang baru saja lulus dari Auburn University, di Alabama, Amerika Serikat dengan IPK sempurna, yakni 4.00 untuk jurusan Early Childhood Education (Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD). Pencapaian yang membanggakan ini tak menggoyahkan niat Inja untuk kembali ke kampung halaman dan membantu anak-anak di NTT mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
"Saya mendapatkan tawaran pekerjaan di sana, dengan gaji yang fantastis, tapi saya sudah punya tekad sejak saya pergi adalah ilmu saya bukan untuk diri saya. Saya melihat kekurangan yang saya alami dan saya rasakan untuk pergi dan mempelajari dan mencari solusi, untuk pulang. Mata saya melihat dunia, tapi hati saya di Indonesia," ujar Inja.
Tak hanya itu, Inja melihat masih banyak tantangan yang perlu dihadapi dalam meningkatkan pendidikan di daerah Timur. Salah satunya stigma atau pemikiran mengenai anak perempuan yang tidak wajib mengenyam pendidikan tinggi.
Inja menuturkan, "Saya masih ada di kultur di mana anak perempuan itu masih dianggap bahwa kalau ke sekolah itu tidak terlalu merupakan sebuah keharusan karena ujung-ujungnya ke sekolah, pulangnya juga akan menjadi seorang ibu rumah tangga atau akan menjadi istri."
Tak hanya stigma terhadap perempuan, namun pemikiran lain yang kerap jadi rintangan adalah pemahaman bahwa lebih baik langsung bekerja tanpa perlu duduk di bangku sekolah. Padahal, menurut Inja, pendidikan akan membuka peluang dan kesempatan yang lebih luas untuk kebaikan anak-anak di masa depan.
"Kesempatan untuk mengubah nasib dan kesempatan untuk memperbaiki pendidikan karena jika kita dapat menjadi agen yang membawa perubahan dalam pendidikan, maka itu akan menjadi langkah baik untuk anak-anak di masa depan kita," tambah Inja.