Awi Chin dalam Diskusi Virtual 'Remaja dan Kesehatan Mental' oleh Penerbit KPG kolaborasi COMMA Books dan Into the Light. 18 Juli 2020. IDN Times/Fajar Laksmita
Awi Chin, penulis 'Yang Tak Kunjung Usai', mencoba memperlihatkan pergolakan krisis remaja melalui novel perdananya. Awi menunjukkan kehidupan remaja di daerah Kalimantan serta bagaimana budaya mereka memengaruhi tokoh dalam mengambil keputusan.
"Ini adalah novel tentang sexual awakening, hasrat untuk tumbuh dan mencari jati diri. Saya berpikir bahwa banyak orang menganggap hidup itu adalah mencari kebahagiaan. Tapi sebenarnya, hidup itu tak kunjung usai. Akan selalu ada proses di dalamnya, mencari cinta, mencari uang mungkin, sesuatu yang ingin kita dapat. Di mana setelah kita mendapatkan, lalu mencari sesuatu yang lain lagi," tutur Awi.
Ada hal-hal yang harus diajarkan ke generasi muda dan itu adalah kegelisahan Awi yang ingin diceritakan. Ia ingin menekankan pentingnya bercerita.
Ketiga tokoh dalam novel, selalu memiliki teman untuk mengobrol. Lebih dari itu, Awi ingin melawan beberapa stigma yang ada dalam masyarakat. Mulai dari isu suicide, pernikahan, hingga orientasi seksual.
Saat ditanya mengenai pesan setelah menulis novel ini, Awi menuturkan, "Remaja itu indah dan pahit di waktu bersamaan. Ketika kalian mencintai orang, cintai diri terlebih dulu."
Itu tadi beberapa rangkuman dari diskusi singkat mengenai remaja dan kesehatan mental. Seperti bagaimana Benny Prawira menutup diskusi, bahwa di masa pandemik ini, kita tidak hanya harus stay healthy dan jaga jarak, tapi juga jaga jiwa.