Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pasangan yang mengalami roommate syndrome (pexels.com/Klaus Nielsen)
Ilustrasi pasangan yang mengalami roommate syndrome (pexels.com/Klaus Nielsen)

Hubungan romansa akan selalu melewati banyak fase. Awal hubungan dikenal dengan 'honeymoon period' karena setelah itu, kehidupan sesungguhnya dimulai. Tidak lagi melakukan kencan romantis, maupun memberikan kejutan-kejutan manis, hubungan ini berubah menjadi rutinitas yang stabil, namun monoton. 

Di fase tersebut, percikan asmara mulai memudar, karena menjadi begitu terbiasa dengan orang yang bersamamu, sehingga mulai menganggapnya biasa saja. Bahkan, kamu berhenti berinvestasi dalam hubungan tersebut. Ini yang dikenal dengan fase 'roommate syndrome', yang seringkali melanda suatu hubungan. 

Lalu, bagaimana sebenarnya roommate syndrome ini terjadi pada pasangan, dan apa tanda-tandanya serta cara mengatasinya? Yuk, cari tahu di sini!

1. Apa itu roommate syndrome?

Ilustrasi pasangan yang mengalami roommate syndrome (pexels.com/RDNE Stock project)

Roommate syndrome diartikan sebagai hubungan romantis yang gairah dan romansanya mulai hilang, maka, pasangan hidup hanya terasa sebagai "teman sekamar" (roommate).  Sindrom ini biasanya terjadi dalam hubungan pernikahan.

"Rasanya seperti kamu adalah teman baik atau teman sekamar, bukan kekasih. Kamu mungkin memenuhi kewajiban rumah tangga seperti teman sekamar, tanpa terlibat dalam kasih sayang, dukungan emosional, dan keintiman seksual yang biasanya dikaitkan dengan hubungan romantis," kata psikiater Dr. Sarthak Dave mengutip laman India Today. 

Roommate syndrome mengacu pada situasi dalam hubungan romantis, dimana pasangan mulai berperilaku lebih seperti teman sekamar daripada pasangan intim. Hubungan emosional dan fisik yang pernah menjadi ciri hubungan tersebut berkurang, yang mengakibatkan timbulnya rasa keterpisahan dan rutinitas.

Pasangan dalam kondisi ini kemungkinan merasakan keterputusan emosional yang parah, dan hanya berfungsi sebagai pasangan yang berbagi tanggung jawab tetapi tidak memiliki kedekatan yang mendefinisikan hubungan yang sehat. Alih-alih menjadi kekasih atau sahabat, mereka menjadi dua orang yang berbagi tempat.

2. Mengapa roommate syndrome bisa terjadi pada pasangan?

Ilustrasi pasangan yang mengalami roommate syndrome (pexels.com/Kampus Production)

Ada banyak kemungkinan penyebab roommate syndrome ini terjadi dalam hubungan. Hal ini bisa jadi karena pasangan sudah lama tidak menghabiskan waktu berkualitas bersama, hingga terlalu sibuk untuk berhubungan intim.

Hubungan dapat mengalami pasang surut, dan karena kehidupan serta rutinitas, menjadi sulit untuk terhubung dengan pasangan. Tidak meluangkan waktu untuk terus memupuk suatu hubungan dapat mengarah pada tahap 'roommate' dalam pernikahan.

"Roommate syndrome mengacu pada periode dalam pernikahan, dimana pasangan merasa lebih seperti pasangan yang tinggal serumah daripada pasangan yang benar-benar saling mencintai. Seiring berjalannya waktu, rutinitas dan kemonotonan terjadi, yang mengurangi kegembiraan dalam aspek romantis dalam hubungan," ungkap Rachel Goldberg, LMFT, terapis pernikahan dan keluarga berlisensi, melansir Very Well Health. 

Roommate syndrome biasanya terjadi seiring waktu dan berhubungan dengan saat kegembiraan hubungan baru itu memudar dan hal-hal sepele sehari-hari menguasai diri.

"Dalam sebuah hubungan, kita bisa mendapati diri ini menjalani kehidupan paralel. Menganggap remeh berapa banyak waktu yang kita habiskan bersama, dan kita lupa untuk terus 'berpacaran'," jelas Leanna Stockard, LMFT, terapis pernikahan dan keluarga berlisensi, mengutip laman The Knot.

3. Tanda kamu mengalami roommate syndrome

Ilustrasi pasangan yang mengalami roommate syndrome (pexels.com/Jack Sparrow)

Roommate syndrome bisa terjadi pada siapa saja. Kamu hanya perlu melihat tanda-tandanya pada hubungan. Mark Travers Ph.D. seorang psikolog, membagikan tanda-tanda bahwa hubunganmu sedang mengalami fase roommate syndrome melalui Psychology Today. 

Menjalani kehidupan yang sepenuhnya terpisah
Kamu dan pasangan kemungkinan besar memiliki hobi, rutinitas, dan lingkungan sosial yang sama sekali berbeda. Meskipun hal ini, jika dilihat sekilas, tidak tampak seperti tanda bahaya langsung, masalah nyata dapat muncul ketika kamu menghabiskan sedikit waktu bersama di luar tugas atau tanggung jawab sehari-hari.

Jarang berhubungan intim
Keintiman, baik seksual maupun kasih sayang, sangat penting dalam hubungan yang sehat. Namun, ketika hal itu mulai terasa rutin atau performatif, atau jika hasrat benar-benar hilang, kamu pasti akan merasa terputus. Seks mungkin terasa seperti kewajiban, bukan momen gairah, dan gerakan kecil, seperti berpegangan tangan, berpelukan, atau berciuman, mungkin terasa tidak menyenangkan atau tidak perlu.

Tidak banyak berkomunikasi
Komunikasi adalah kunci hubungan apa pun. Kurangnya komunikasi kemungkinan akan membuat pasangan merasa terpisah jauh. Pasangan dengan roommate syndrome tidak hanya akan menghindari percakapan yang sulit, mereka mungkin tidak akan berbicara satu sama lain tentang apa pun.

4. Cara mengatasi roommate syndrome

Ilustrasi pasangan yang mengalami roommate syndrome (pexels.com/Polina Zimmerman)

Dr. Sarthak Dave menyarankan, jika kamu mencoba menyelamatkan hubungan dari roommate syndrome, mulailah dengan berbicara jujur ​​dan baik tentang bagaimana perasaanmu. Mungkin terasa sedikit canggung, tetapi penting untuk mengungkapkan semuanya. Kamu juga dapat melakukan hal-hal di bawah ini untuk keluar dari roommate syndrome. 

  • Prioritaskan komunikasi: Diskusikan perasaan, keinginan, dan kekhawatiran secara terbuka.
  • Bangkitkan kembali keintiman: Berusahalah untuk mempertahankan kedekatan fisik dan emosional.
  • Suntikkan hal baru: Perkenalkan aktivitas atau pengalaman baru untuk mendobrak rutinitas.
  • Tetapkan tujuan bersama: Tetapkan aspirasi bersama untuk menumbuhkan rasa kemitraan.
  • Cari bantuan profesional: Jika diperlukan, terapi dapat memberikan panduan dan dukungan.
  • Berikan tindakan kecil: Sedikit ucapan terima kasih atau catatan penghargaan dapat sangat berarti.
  • Berikan ruang pribadi: Dorong satu sama lain untuk memiliki hobi atau minat sendiri.

Jadi, kapan pun merasa hubungan tengah mengalami roommate syndrome, kamu harus tahu bahwa ada banyak hal yang dapat kamu lakukan untuk mengubahnya. Pertimbangkan untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama, bersikap intim, dan berbicara dengan terapis jika kamu merasa hal ini dapat membantu. Semoga bermanfaat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team