5 Mindset yang Wajib Diterapkan Sandwich Generation agar Tetap Tangguh

Intinya sih...
Sadari akan tanggung jawab dan terima dengan lapang dada
Kelola uang dan waktu seperti aset berharga yang perlu dijaga
Belajar mandiri secara finansial dan emosional
Sandwich generation merupakan istilah bagi mereka yang terhimpit dua generasi. Sering kali menjadi tumpuan harapan bagi orangtua, adik-adiknya, meskipun diri sendiri masih berjuang. Keadaan ini sering kali menuntutnya untuk bekerja keras dan lebih kuat dalam menghadapi situasi karena tidak memiliki banyak pilihan.
Menjadi sandwich generation bukanlah hal yang mudah. Beban keuangan, kesehatan mental dan fisik, serta tanggung jawabnya kepada keluarga menjadi pemicu sandwich generation lebih merasa stres bahkan susah menikmati hidup. Oleh karena itu, sangat diperlukan mindset positif untuk menjaga keseimbangan hidup agar kamu lebih semangat. Berikut ini lima mindset yang wajib diterapkan oleh sandwich generation di usia muda. Let's scrolling!
1. Sadari akan tanggung jawab dan terima dengan lapang dada
Sebagai sandwich generation sering kali memikul tanggung jawab yang cukup berat. Wajar jika kamu merasa lelah bahkan susah menikmati hidup. Kamu harus mengorbankan tenaga dan pikiran untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga. Tidak jarang bagi sandwich generation harus bekerja lebih keras bahkan mencari pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan.
Tetapi, keluarga bukanlah beban hidup, melainkan tanggung jawab yang harus kamu terima. Sebab, bagaimanapun keadaannya, keluarga adalah segalanya. Keluarga menjadi rumah untukmu pulang. Kamu harus tetap mengusahakan yang terbaik dan menerimanya dengan lapang dada. Hal inilah yang akan membantumu untuk lebih tenang dan ikhlas dalam menjalani peran sebagai sandwich generation.
2. Kelola uang dan waktu seperti aset berharga yang perlu dijaga
Kamu harus memiliki mindset berpikir kritis dan menyiapkan strategi dalam mengelola keuangan. Berpikir kritis artinya kamu harus bisa memprioritaskan kebutuhan yang benar-benar penting atau mendesak. Hindari gaya hidup konsumtif agar kondisi keuanganmu tetap stabil. Jangan lupa sisihkan sedikit gajimu sebagai dana darurat.
Selain mengelola keuangan, mengelola waktu juga seperti aset berharga yang perlu dijaga. Kamu harus bisa membagi waktu untuk diri sendiri dan keluarga. Misalnya dengan membuat skala prioritas agar semua tugasmu bisa terselesaikan dengan baik. Jangan sungkan meminta bantuan kepada anggota keluarga apabila kamu sedang kewalahan.
3. Belajar mandiri secara finansial dan emosional
Belajar mandiri secara finansial dan emosional merupakan dua aspek penting. Mandiri secara finansial artinya kamu belajar untuk memenuhi kebutuhanmu sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Dengan mencatat pemasukan dan pengeluaran, itu akan membuatmu memahami kondisi keuanganmu. Kamu bisa belajar mengambil keputusan sendiri dan mengelola uang dengan efektif.
Selain itu, kamu juga bisa belajar mandiri secara emosional. Mandiri secara emosional artinya kamu mampu mengelola emosi tanpa bergantung pada validasi eksternal. Sadari emosi yang muncul misalnya perasaan sedih, marah, atau cemas. Perasaan itu sangat normal dan kamu bisa belajar untuk mengendalikannya. Kamu bisa melakukan journaling atau meditasi untuk menjaga keseimbangan emosi. Dengan mengembangkan kemandirian emosional, hidupmu akan lebih tenang dan rasa percaya diri semakin meningkat.
4. Rawat diri sendiri, bukan hanya merawat orang lain
Sebelum merawat orang lain, kamu harus merawat diri sendiri terlebih dahulu. Self-care sangat penting untuk membantu tubuh dalam mengelola stres dan membangkitkan semangat. Mengingat tanggung jawab yang dipikul cukup besar, maka diperlukan fisik dan mental yang kuat. Mulailah untuk hindari kebiasaan hidup yang kurang sehat seperti begadang berlebihan. Sebab, terlalu sering begadang bisa membuat kesehatanmu melemah.
Kamu harus bisa membangun pola hidup sehat dan rajin berolahraga agar metabolisme tubuh tetap terjaga. Sesibuk apapun kamu, berilah ruang untuk dirimu sendiri. Jangan lupa self reward sebagai apresiasi untuk diri sendiri karena sudah berjuang sekeras ini.
5. Ubah pola pikir negatif menjadi peluang untuk bertumbuh
Terlahir menjadi sandwich generation bukanlah sebuah kutukan. Peran ganda yang kamu jalani itu justru bisa menjadi peluang untuk bertumbuh. Tanpa disadari kamu bisa belajar untuk menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan dewasa dalam menghadapi situasi. Maka, cobalah ubah pikiran negatif yang sering kali membuatmu terdistraksi menjadi word affirmation untuk diri sendiri.
Kamu juga bisa melepaskan pikiran negatif dengan hal-hal positif. Misalnya membaca buku, mencoba hal baru, dan ikut komunitas. Kegiatan tersebut akan membuat hidupmu lebih produktif. Maka dengan begitu kamu bisa mengurangi overthinking yang sering memenuhi isi kepala.
Menjadi sandwich generation bukanlah hal yang mudah, sebab tidak semua orang bisa melaluinya. Dipaksa kuat oleh keadaan, ditekan dari segala sisi, bahkan harus tetap menjaga kewarasan diri untuk bertahan hidup. Namun, cobalah lihat tanggung jawab tersebut sebagai peluang berbakti kepada orangtua, bukan sebagai beban karena hal inilah yang bisa membantumu untuk tetap menikmati hidup. Jika kamu terlahir sebagai sandwich generation, tenang kamu tidak sendirian. Sebab, di luar sana juga banyak orang yang sedang berjuang dengan hidupnya masing-masing. Jadi, tetap semangat, ya!