Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Sikap di Awal Karier yang Bisa Jadi Bumerang di Masa Depan

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Mikhail Nilov)
Intinya sih...
  • Terlalu ingin menyenangkan semua orangDi awal karier, belajar berkata “tidak” dengan sopan penting untuk menjaga keseimbangan kerja dan kesehatan mental.
  • Menghindari tantangan karena takut gagalMulailah keluar dari zona nyaman dan ambil tantangan yang menakutkan, karena kegagalan adalah sumber pembelajaran terbaik.
  • Terlalu fokus pada kerja keras, tapi abai membangun personal brandBangun personal brand sejak awal karier dengan cara elegan dan strategis untuk membedakan diri dari profesional lain.

Memulai karier memang penuh semangat, tapi juga penuh jebakan tak terlihat. Banyak profesional muda terjebak dalam pola pikir atau sikap yang tampak baik di awal, namun tanpa disadari justru menjadi penghambat pertumbuhan di kemudian hari. Padahal, fase awal dalam dunia kerja adalah momen krusial untuk membentuk pondasi yang kuat bagi masa depan.

Artikel ini mengajak kamu untuk mengevaluasi empat sikap yang sering dianggap wajar di awal karier, namun berpotensi menjadi bumerang jika tidak dikendalikan sejak dini. Dengan memahami risikonya dan menerapkan solusi yang tepat, kamu bisa melangkah lebih mantap dan strategis menuju jenjang karier yang lebih tinggi.

1. Terlalu ingin menyenangkan semua orang

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Di awal karier, keinginan untuk diterima dan disukai sering kali membuatmu sulit menolak permintaan rekan kerja atau atasan. Kamu mungkin berpikir bahwa mengatakan “ya” pada setiap tugas adalah tanda profesionalisme dan kerja sama. Tapi jika terus dilakukan tanpa batas, kamu akan mudah kelelahan, kehilangan fokus pada tanggung jawab utama, bahkan kehilangan harga diri di mata orang lain.

Belajar berkata “tidak” dengan sopan adalah keterampilan penting yang akan menyelamatkanmu di masa depan. Tidak semua permintaan harus diterima—terutama jika mengganggu keseimbangan kerjamu. Fokuslah pada tugas yang benar-benar jadi tanggung jawabmu, dan jaga kesehatan mental agar tetap bisa bekerja secara optimal. Menyenangkan semua orang bukan tugasmu; bekerja dengan cerdas dan tegas adalah cara terbaik untuk dihargai.

2. Menghindari tantangan karena takut gagal

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/fauxels)

Takut gagal adalah hal yang wajar, apalagi saat baru memasuki dunia kerja. Namun jika rasa takut ini membuatmu hanya mau mengambil tugas-tugas yang aman dan mudah, kamu akan terjebak dalam zona nyaman. Lama-lama, kamu bisa dianggap tidak berani, tidak berkembang, dan tidak siap untuk memegang tanggung jawab lebih besar.

Kamu perlu mulai melatih keberanian untuk keluar dari zona nyaman dan mengambil tantangan yang menakutkan sekalipun. Kegagalan di awal karier bukanlah aib—justru itu sumber pembelajaran terbaik. Orang yang tumbuh cepat dalam karier biasanya adalah mereka yang pernah gagal, belajar dari kesalahan itu, dan bangkit dengan kemampuan yang lebih matang. Jangan tunggu sempurna untuk berani—kariermu dibentuk dari proses, bukan dari rasa aman.

3. Terlalu fokus pada kerja keras, tapi abai membangun personal brand

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/fauxels)

Kerja keras memang penting, tapi sayangnya tidak selalu cukup jika tidak terlihat oleh orang yang tepat. Banyak karyawan rajin yang terjebak bekerja di balik layar, berharap atasan akan “melihat” dan memberi penghargaan. Namun dunia kerja juga berbicara soal persepsi dan positioning. Jika kamu tidak dikenal atas kontribusimu, besar kemungkinan orang lain akan mendapatkan pengakuan atas hasil yang kamu bangun.

Bangun personal brand sejak awal karier dengan cara yang elegan dan strategis. Aktiflah berbicara dalam forum, berbagi ide, atau ambil peran dalam proyek-proyek lintas tim. Tunjukkan bahwa kamu punya perspektif, keahlian, dan kontribusi nyata. Ini bukan soal pamer, tapi tentang memperjelas nilai tambah yang kamu bawa dalam tim. Personal brand yang kuat akan membedakanmu dari ratusan profesional lain yang bekerja keras tapi tak terlihat.

4. Terlalu cepat puas dan merasa “cukup”

ilustrasi suasana kerja di kantor (pexels.com/fauxels)

Begitu mendapatkan gaji pertama atau promosi awal, sebagian orang langsung merasa aman dan cukup. Mereka mulai menurunkan semangat belajar, malas mencoba hal baru, dan nyaman dalam rutinitas harian. Tanpa disadari, sikap ini membunuh potensi mereka untuk berkembang lebih jauh. Dunia kerja yang terus berubah menuntut pembaruan diri yang konstan—dan puas terlalu dini bisa jadi awal dari stagnasi.

Lihat fase awal karier bukan sebagai akhir dari perjuangan, tapi sebagai fondasi untuk langkah yang lebih tinggi. Terus perbarui kemampuanmu dengan belajar hal baru, ikuti pelatihan, atau bergabung dalam komunitas profesional. Cari mentor yang bisa menantang cara berpikirmu dan membawamu keluar dari zona nyaman. Jangan biarkan dirimu jadi "veteran muda" yang sudah lelah terlalu cepat—karier panjang butuh semangat yang terus menyala.

Awal karier adalah waktu yang tepat untuk membentuk sikap dan pola kerja yang sehat. Dengan menghindari empat sikap di atas, kamu bisa membangun fondasi yang lebih kuat dan menghindari jebakan yang bisa menghambat masa depanmu. Karier bukan soal cepat, tapi soal cerdas menata langkah dari awal agar bisa melesat lebih jauh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us