Dokumentasi Ita Muswita, relawan bidan MER-C saat bertugas di Gaza (dok. Pribadi/Ita Muswita)
Ita terbang ke Mesir sebelum masuk ke Wilayah Gaza pada bulan Maret. Ia dan rombongan tak bisa langsung masuk ke wilayah Gaza, perlu menunggu izin dan berbagai pengecekan keamanan.
Setelah berhasil masuk ke Palestina melalui Mesir, Ita ditempatkan di guest house yang ditandai sebagai area hijau atau area yang aman, tidak boleh dijatuhi bom. Selama bertugas sebagai sukarelawan, Ita membantu tenaga medis lokal di salah satu rumah sakit persalinan sebab ia telah menempuh pendidikan kebidanan.
"Karena itu rumah sakit persalinan, dua minggu pertama saya di kamar bedah. Asistensi, operasi kebidanan, seksio sesarea, kemudian setelah minggu ketiga, saya mulai di kamar bersalin yang masyaallah overload. Bisa dibayangin, orang se-Gaza itu lahirannya di situ semua. Jadi pada saat kami dinas, sehari itu 50-60 persalinan normal di situ," tutur Ita.
Kondisinya serba sulit dan terbatas. Saking ramainya rumah sakit tersebut, setiap ibu yang baru melahirkan hanya diperkenankan beristirahat selama 2 jam untuk kemudian kembali diarahkan ke tenda pengungsian.
Sementara, ibu hamil yang masih dalam proses pembukaan lima dan belum mengalami pecah ketuban diminta untuk menunggu di luar ruang persalinan sambil bersiap. Sebab, fasilitas terbatas sementara pasien membludak.