Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi seseorang (unsplash.com/Dollar Gill)
ilustrasi seseorang (unsplash.com/Dollar Gill)

Intinya sih...

  • Apakah kamu jadi pendengar yang baik selama ini? Sahabatmu butuh didengarkan, bukan diabaikan.

  • Apakah kamu pernah berikan candaan yang berlebihan? Luka bisa datang dari hal sepele, seperti candaan yang menyakitkan.

  • Seberapa sering kamu yang menghubunginya lebih dulu? Persahabatan membutuhkan respek dan kepedulian dari kedua belah pihak.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika sahabat mulai menjauh, perasaanmu pasti campur aduk. Entah itu kamu panik, sedih, atau bahkan kesal sama dia. Tapi, sebelum kamu melangkah lebih jauh, seperti menyalahkannya atau membencinya, coba kamu tenangkan diri dulu.

Barangkali, tanpa kamu sadari, ada sikap atau perilaku yang memaksanya untuk pergi tanpa bilang-bilang. Sahabatmu menjauh tentu ada alasannya, dan jawabannya tidak selalu ada sama dia. Olehnya itu, mari tanyakan lima hal ini pada dirimu.

1. Apakah kamu jadi pendengar yang baik selama ini?

ilustrasi seseorang (unsplash.com/laurence la madeleine)

Tanyakan sekarang juga. Apakah selama ini kamu jadi pendengar yang baik? Atau justru pengoceh yang handal? Terkadang, sahabatmu hanya butuh untuk didengarkan. Tapi kalau kamu ternyata hanya fokus sama ceritamu sendiri, kemudian mengabaikannya, bisa jadi itu bikin dia merasa tidak penting lagi.

Coba ingat-ingat kembali, kapan kamu sibuk main ponsel, sementara ia tengah mencurahkan isi hatinya. Kemudian bayangkan apa yang ia rasakan saat itu. Tentu kamu sendiri tidak mau alami itu. Diperlakukan bak figuran, juga dicampakkan. Jadi, jangan heran kalau ia mundur pelan-pelan.

2. Apakah kamu pernah berikan candaan yang berlebihan?

ilustrasi seseorang (unsplash.com/Nijwam Swargiary)

Tidak semua luka hadir dari pertengkaran yang besar. Bahkan ia bisa saja berasal dari hal yang mungkin terlihat sepele. Seperti candaan yang dilontarkan seolah tanpa beban, tapi ternyata menembus hingga ke dalam hati sahabatmu.

Celakanya, sahabatmu justru tidak mau bersuara soal itu. Ia memilih diam, dan kemudian tanpa aba-aba minggat dari kehidupanmu. Padahal, ia sudah berjuang untuk bertahan. Tapi kamu lakukan itu bukan satu dua kali, malah keseringan. Siapa yang mampu bertahan?

3. Seberapa sering kamu yang menghubunginya lebih dulu?

ilustrasi seseorang (unsplash.com/Allef Vinicius)

Persahabatan yang sehat itu dibangun atas dasar respek dan kepedulian . Kalau dua hal itu pudar apalagi sampai menghilang, maka siap-siap saja sebentar lagi hubungan persahabatanmu bubar.

Kalau kamu selalu menunggu dia yang menghubungimu duluan, bisa saja dia beranggapan kalau kamu tidak punya usaha yang sama dengan dirinya. Iya tahu, kamu juga punya kehidupanmu sendiri, tapi setidaknya kamu jangan lupa mengirimi dia pesan singkat meskipun hanya menanyakan kabarnya.

4. Apakah kamu suka mendukungnya atau malah membandingkannya?

ilustrasi seseorang (unsplash.com/Dollar Gill)

Jangan-jangan, kamu suka sekali membandingkan dia dengan orang lain. Entah itu soal pencapaian, prestasi, atau hal-hal yang sebenarnya tidak perlu diperbandingkan. Lebih parahnya, kamu malah remehkan tiap kali dia tengah mengutaran rencana-rencana masa depannya.

Percayalah, ia bakal merasa tidak nyaman berada di sampingmu. Maka langkah penyelamatan yang paling masuk akal baginya dalah kabur. Demi kewarasan dan kesehatan mentalnya.

5. Apakah kamu masih memandangnya berharga?

ilustrasi seseorang (unsplash.com/Kylo)

Pertanyaan ini paling berat. Apakah kamu masih memandangnya sebagai seorang sahabat? Atau justru melihatnya sebagai seorang yang tidak berharga lagi dalam kehidupanmu.

Kalau kamu jujur sama diri sendiri dan ternyata dia masih punya arti, barangkali itu adalah waktu yang tepat untuk menujukkan upayamu. Tapi jika ternyata kalian memang sudah punya arah yang berbeda, maka kamu harus berdamai, bukan dia yang pergi, tapi kondisi yang memaksa kalian untuk mengambil jalan masing-masing.

Kesimpulannya, tidak semua hubungan dapat dipaksakan. Tapi, sebelum kamu menyalahkan keadaan, cobalah untuk intropeksi diri. Kadang sahabat menjauh karena ulahmu sendiri, bukan sebatas keadaan yang memaksa kalian untuk berpisah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team