Orang sedang berlari (pexels.com/Liliana Drew)
Di era serba cepat ini, kita sering merasa harus segera mencapai sesuatu. Semua orang berlomba-lomba untuk sukses muda, kaya sebelum umur 30, dan mencapai semua impian dalam waktu singkat. Media sosial semakin memperkuat tekanan ini—kita melihat orang lain seumuran sudah berhasil membangun bisnis, membeli rumah, atau bahkan berkeliling dunia, sementara kita masih berjuang mencari arah. Akibatnya, kita sering merasa tertinggal dan berpikir bahwa kalau tidak segera sukses, maka kita gagal.
Tapi kenyataannya, tidak semua hal bisa didapatkan dengan instan. Kesuksesan bukan hanya soal kecepatan, tapi juga soal ketahanan. Banyak orang yang terlalu terburu-buru dalam mengejar sesuatu akhirnya kehilangan arah. Mereka merasa burnout karena terlalu memaksakan diri, kecewa karena ekspektasinya tidak sesuai kenyataan, atau bahkan kehilangan semangat di tengah jalan.
Pitutur Alon-Alon Waton Kelakon mengajarkan bahwa lebih baik berjalan pelan tapi pasti, daripada tergesa-gesa tapi akhirnya gagal. Kesuksesan sejati bukan tentang siapa yang paling cepat mencapainya, tetapi siapa yang bisa bertahan. Daripada sibuk mengejar kecepatan dan membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik kita fokus pada konsistensi. Orang yang sukses bukanlah mereka yang berlari paling cepat di awal, tetapi mereka yang tetap berjalan meski jalannya sulit dan panjang.
Banyak tokoh sukses yang membuktikan bahwa keberhasilan membutuhkan waktu dan proses. Kolonel Sanders, pendiri KFC, baru menemukan resep suksesnya di usia 60-an setelah mengalami banyak kegagalan. Oprah Winfrey dipecat dari pekerjaannya di usia muda sebelum akhirnya menjadi ikon di dunia media. Bahkan dalam budaya Jawa sendiri, para leluhur selalu mengajarkan bahwa sesuatu yang dibangun dengan sabar dan telaten akan lebih kokoh dibandingkan sesuatu yang didapatkan dengan cara instan.
Jadi, kalau kamu merasa tertinggal atau belum mencapai apa yang kamu impikan, jangan berkecil hati. Tidak semua orang memiliki jalur yang sama dalam hidup. Yang penting bukan seberapa cepat kita sampai, tetapi seberapa kuat kita bertahan dan menikmati setiap prosesnya. Karena pada akhirnya, yang berjalan dengan penuh kesabaran dan ketekunanlah yang akan benar-benar sampai pada tujuannya.
Pitutur luhur Jawa ini bukan sekadar nasihat kuno, tapi juga panduan hidup yang masih sangat relevan di era modern. Di tengah tekanan dan perubahan yang cepat, kebijaksanaan ini bisa membantu kita untuk tetap tenang, bersikap bijak, dan menjalani hidup dengan lebih seimbang.
Dari enam pitutur ini, mana yang paling relate dengan kehidupanmu? Yuk, share pendapatmu di kolom komentar!