Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan (pexels.com/Antoni Shkraba)

Pernah gak sih kamu merasa ada yang aneh saat menerima pujian dari seseorang? Kadang, pujian itu terasa tulus dan bikin hati hangat, tapi di lain waktu malah terasa seperti "ada udang di balik batu." Nah, perbedaan perasaan ini bisa jadi karena jenis pujian yang kamu terima.

Dalam hubungan sosial, pujian memang penting, tapi gak semuanya tulus, lho. Ada yang disebut pure praise alias pujian murni, dan ada juga manipulative compliment atau pujian yang punya maksud tersembunyi. Kedua jenis pujian ini bisa sangat berbeda, baik dari cara penyampaiannya hingga dampaknya. Yuk, cari tahu lima perbedaannya berikut ini!

1. Motivasi di balik pemberian pujian

ilustrasi teman (pexels.com/RDNE Stock project)

Pure praise lahir dari rasa kagum yang tulus. Pujian ini diberikan tanpa embel-embel, semata-mata karena pemberi pujian ingin mengapresiasi sesuatu yang positif dari orang lain. Gak ada harapan untuk imbalan atau keuntungan tertentu.

Berbeda dengan manipulative compliment, pujian ini biasanya diberikan dengan agenda tersembunyi. Pemberi pujian punya maksud tertentu, misalnya ingin perhatian, bantuan, atau bahkan keuntungan pribadi. Jadi, di balik kata-kata manisnya, ada ekspektasi yang diselipkan.

2. Konsistensi dalam berbagai situasi

ilustrasi teman (pexels.com/Yan Krukau)

Pure praise selalu konsisten. Pemberi pujian akan mengungkapkan hal yang sama, baik secara langsung kepada orang yang dipuji maupun saat membicarakannya dengan orang lain. Gak ada perbedaan sikap atau kata-kata tergantung situasi.

Sebaliknya, manipulative compliment sering berubah tergantung siapa yang mendengar atau situasi yang sedang terjadi. Pujian ini diberikan hanya untuk mendukung tujuan tertentu, jadi gak heran kalau terkadang terasa gak selaras atau bahkan bertolak belakang.

3. Spesifikasi dan detail pujian

ilustrasi bekerja (pexels.com/Yan Krukau)

Pure praise biasanya lebih spesifik dan terkesan "kustom." Pujian ini lahir dari pengamatan yang nyata, sehingga pemberinya bisa menjelaskan dengan rinci apa yang membuat mereka kagum. Contohnya, "Cara kamu mempresentasikan data tadi keren banget, jelas dan gampang dipahami!"

Manipulative compliment cenderung dangkal dan generik. Pujian ini sering terasa seperti template yang bisa diberikan ke siapa saja. Misalnya, "Kamu memang orang terbaik," tanpa ada penjelasan mendalam yang mendukung pernyataan tersebut.

4. Timing dan konteks pemberian pujian

ilustrasi bekerja (pexels.com/MART PRODUCTION)

Pure praise muncul secara natural, sesuai dengan momen. Pujian ini diberikan sebagai respons spontan terhadap sesuatu yang benar-benar layak diapresiasi. Jadi, terasa tulus dan gak dibuat-buat.

Namun, manipulative compliment biasanya muncul di waktu yang strategis untuk mendukung kepentingan pribadi. Misalnya, tiba-tiba memuji atasan pas mau minta kenaikan gaji. Timing-nya terasa terlalu disengaja, ya?

5. Reaksi emosional penerima

ilustrasi bekerja (pexels.com/Mikhail Nilov)

Pure praise bikin penerima merasa nyaman dan dihargai. Pujian ini memberi energi positif tanpa ada beban untuk membalas atau memenuhi ekspektasi tertentu. Rasanya hangat dan tulus.

Sebaliknya, manipulative compliment sering bikin penerima merasa gak nyaman atau bahkan curiga. Ada kesan kalau mereka "berutang" sesuatu kepada pemberi pujian, sehingga menciptakan tekanan atau kewajiban tertentu.

Pujian yang tulus gak cuma bikin penerimanya bahagia, tapi juga memperkuat hubungan dan menciptakan suasana positif. Sebaliknya, pujian manipulatif hanya akan menciptakan ketidakpercayaan dan memperburuk hubungan. Jadi, mulai sekarang, yuk pilih jadi tim pure praise yang jujur dan membangun!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team