Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Strategi Menghadapi Bos yang Haus Pujian, Jangan Berlebihan 

ilustrasi bos yang suka dipuji (pexels.com/Anna Shvets)
ilustrasi bos yang suka dipuji (pexels.com/Anna Shvets)

Menghadapi atasan yang haus pujian bisa menjadi tantangan tersendiri, lho. Apalagi jika hal tersebut mempengaruhi dinamika kerja dan komunikasi di kantor. Bagi kamu yang pernah atau sedang berada dalam situasi seperti ini, penting untuk memahami bagaimana kebutuhan atasan tersebut berpengaruh pada suasana kerja dan bagaimana cara terbaik untuk menghadapinya. 

Nah, dalam artikel ini, kamu bisa mengetahui beberapa strategi menghadapi bos yang haus pujian. Awas jangan salah langkah dan malah membuat kamu mengalami blunder!

1. Kenali kebutuhan bos untuk divalidasi

ilustrasi bos yang suka dipuji (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi bos yang suka dipuji (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Sebagian atasan cenderung sangat bergantung pada pujian dan pengakuan dari orang lain untuk merasa dihargai. Mereka sering memakai pujian sebagai alat untuk meningkatkan harga diri mereka dan menciptakan citra yang baik di mata orang lain. Memahami alasan di balik perilaku ini dapat membantumu dalam menghadapi mereka dengan lebih efektif.

Nah, alih-alih melihatnya sebagai sesuatu yang negatif, kamu bisa melihatnya sebagai peluang untuk berkomunikasi lebih baik dan menavigasi situasi dengan lebih bijak. Jangan negative thinking dulu, ya.

2. Evaluasi dampaknya

ilustrasi suasana kerja yang menyenangkan (pexels.com/Rebrand Cities)
ilustrasi suasana kerja yang menyenangkan (pexels.com/Rebrand Cities)

Kebutuhan akan pujian bisa mempunyai dua sisi yang berlawanan. Di satu sisi, itu bisa menciptakan atmosfer kerja yang lebih positif, karena ketika atasan merasa dihargai, mereka mungkin lebih cenderung menciptakan lingkungan kerja yang suportif. Namun, jika kebutuhannya terlalu berlebihan, hal itu dapat menyebabkan hubungan yang dangkal dan menghambat umpan balik yang tulus. Atasan yang haus pujian mungkin lebih tertarik pada pencitraan diri daripada hasil kerja yang sebenarnya, dan ini bisa mempengaruhi budaya kerja secara keseluruhan.

Kalau sudah begini, ada baiknya memberikan umpan balik yang konstruktif dan tepat sasaran. Fokuskan pada kontribusi spesifik yang layak mendapatkan pujian, sehingga kamu gak hanya memenuhi kebutuhan mereka akan pengakuan, tetapi juga memperkuat perilaku positif. Contoh yang bisa digunakan adalah memberikan pujian yang konkret seperti, "Kepemimpinan bapak/ibu dalam proyek ini sangat berpengaruh pada kesuksesan kita." Hal ini bisa memberikan rasa puas bagi mereka, tanpa harus berlebihan atau terlalu berfokus pada hal yang gak relevan.

3. Dorong komunikasi dua arah

ilustrasi bicara baik-baik dengan bos (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi bicara baik-baik dengan bos (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Cara untuk menciptakan hubungan yang lebih sehat dengan atasanmu adalah dengan mendorong komunikasi dua arah. Artinya, gak hanya atasan yang menerima pujian, tetapi kamu juga harus merasa bebas untuk memberikan umpan balik secara terbuka. Komunikasi yang terbuka membantu membangun kepercayaan dan bisa menciptakan suasana yang lebih positif dan produktif. Ini juga dapat mengurangi tekanan untuk terus-menerus memberikan pujian, karena komunikasi yang lebih terbuka memungkinkan interaksi yang lebih seimbang dan bermakna, lho!

4. Tetapkan batasan yang jelas

ilustrasi menjaga hubungan bos dan staf (pexels.com/Christina Morillo)
ilustrasi menjaga hubungan bos dan staf (pexels.com/Christina Morillo)

Saat kebutuhan atasanmu akan pujian sudah mulai berlebihan dan mengganggu, mungkin saatnya kamu perlu menetapkan batasan. Batasan ini dapat berupa seberapa sering atau dalam konteks apa kamu bersedia memberikan pengakuan atau pujian. Contohnya, kamu bisa memilih untuk memberikan pujian hanya ketika benar-benar pantas atau relevan, dan gak setiap kali ada interaksi dengan atasan. Dengan menetapkan batasan ini, kamu bisa melindungi diri dari kelelahan emosional akibat terlalu sering memberikan validasi, sambil tetap menjaga hubungan profesional yang baik.

5. Menjaga keseimbangan dalam memuji

ilustrasi bekerja (pexels.com/divinetechygirl)
ilustrasi bekerja (pexels.com/divinetechygirl)

Jangan sampai, karena bos yang suka dipuji, kamu pun melakukannya secara berlebihan. Bukannya dinilai bagus, hal ini justru membuatmu terkesan sebagai penjilat. Kalau sudah begini, kamu bisa dijauhi oleh rekan kerja hingga bos kamu sendiri, lho! Oleh karena itu, lakukan pujian ini secara seimbang. Jika memang harus dipuji, ya, pujilah. Akan tetapi, kalau memang gak ada yang harus dipuji, ya jangan dipuji. Jangan sampai berlebihan!

6. Fokus pada tujuan bersama

ilustrasi tim yang mempunyai tujuan yang sama (pexels.com/fauxels)
ilustrasi tim yang mempunyai tujuan yang sama (pexels.com/fauxels)

Menghadapi bos yang haus pujian memang menantang, itulah mengapa kamu perlu fokus pada tujuan bersama. Ingat, tujuan dari tempat kerja adalah mencapai hasil yang baik bersama-sama. Jadi, jangan sampai kebutuhan atasan untuk selalu dipuji justru mengalihkan tujuan utama kamu bekerja, yakni produktivitas dan keberhasilan tim. 

Menghadapi bos yang haus pujian membutuhkan kombinasi empati, komunikasi yang strategis, serta kepedulian terhadap diri sendiri. Dengan memahami motivasi di balik kebutuhan mereka untuk dipuji, kamu dapat menciptakan hubungan kerja yang lebih sehat dan seimbang. Jadi, tetap profesional, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lathiva R. Faisol
EditorLathiva R. Faisol
Follow Us