Kegiatan ibu-ibu di rumah produksi Kampung Jahit Maharrani. (instagram.com/kampungjahitmaharrani)
Sepak terjang Elsa Maharani dalam merintis bisnis pemberdayaan tentu tidak mudah. Perjalanannya diiringi kendala yang ia anggap sebagai tantangan, baik dari internal maupun eksternal. Alih-alih goyah dan menyerah, Elsa justru makin terpacu untuk menggaet lebih banyak masyarakat yang bisa diberdayakan.
Tantangan terbesar bagi Elsa ialah menyatukan timnya yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Kesenjangan pendidikan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) mengakibatkan pola pikir tidak sama satu dengan yang lainnya. Perempuan kelahiran 1990 tersebut ingin menanamkan mindset kebersamaan untuk kehidupan yang lebih baik.
Tidak berhenti di situ, Elsa dan timnya mengalami kesulitan akses lantaran berada di daerah pinggiran. Peralatan dan bahan di Kota Padang tidak lengkap. Ia terpaksa harus belanja ke Jawa. Pengiriman produk ke konsumen pun sama sulitnya.
"Dari segi SDM, kan, kita penjahitnya ada yang tamatan SD sampai kuliah gitu, kan, jadi mereka punya pakemnya masing-masing. Nah, yang paling susah itu menyatukan mereka dalam satu komando. Dari eksternalnya, dari akses yang lumayan jauh, terus perlengkapan yang tidak selengkap di Jawa, belum lagi dengan keadaan pengiriman. Pengiriman, kan, lumayan jauh juga," tutur Elsa.
Meski begitu, Elsa Maharani tetap kokoh menjembatani masyarakat menuju kesejahteraan ekonomi. Dari hanya satu orang admin dan satu orang penjahit, kini Elsa berhasil memberdayakan puluhan orang yang tergabung. Ia menghidupkan kembali asa masyarakat yang sempat padam.
Kerja keras Elsa itu kemudian diapresiasi Semangat Astra Terpadu (SATU) Indonesia Award pada Oktober 2020. Dengan adanya penghargaan tersebut, ia mengaku mendapat sorotan luar biasa dari media, sehingga brand Maharrani makin dikenal banyak orang. Hadiahnya sendiri dipergunakan untuk membangun workshop.
"Masya Allah, waktu jadi pemenang saya lumayan ini, sih, lumayan terkejut, gak nyangka gitu. Kok bisa menang, karena saya mikirnya waktu itu Maharrani baru 2 tahun berjalan. Ternyata ada apresiasi dari Astra Indonesia. Ternyata Astra gak melihat seberapa besar brand itu, tapi melihat seberapa besar value-nya terhadap orang lain. Karena waktu itu kita juga baru berdiri, penjahit baru 15, sekarang ada 50," kata Elsa saat menceritakan kembali momen jadi salah satu pemenang SATU Indonesia Awards.