Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Reza selaku perwakilan Yayasan Abhiyya Parama Mavendra dan Duta Pariwisata Indonesia saat berdiskusi dengan Wakil Bupati Berau membahas peluang kolaborasi untuk pengembangan sektor pariwisata daerah
Reza selaku perwakilan Yayasan Abhiyya Parama Mavendra dan Duta Pariwisata Indonesia saat berdiskusi dengan Wakil Bupati Berau membahas peluang kolaborasi untuk pengembangan sektor pariwisata daerah (instagram.com/rezariyadyid)

Di tengah gemerlap pariwisata Bali, masih banyak daerah yang belum tersentuh akses air bersih. Salah satunya adalah Desa Ban di Karangasem, wilayah kering di ujung timur Pulau Dewata. Kondisi geografisnya yang berbukit membuat air sulit dijangkau, sementara masyarakat harus berjalan berjam-jam hanya untuk mendapatkan beberapa ember air.

Kenyataan itu menggugah hati Reza Riyady Pragita, pendiri BaliTersenyum.id, untuk bergerak. Ia percaya, air bukan hanya kebutuhan, tapi juga hak dasar setiap manusia. Dari keyakinan sederhana itu, lahirlah program SAUS (Sumber Air untuk Sesama) yang kini telah mengubah kehidupan banyak warga di Desa Ban, Karangasem.

1. Bermula dari kepedulian terhadap ketimpangan

Reza Riyadi Pragita (instagram.com/rezariyadyid)

“Saya lihat sendiri, turis mandi di kolam hotel, sementara warga di perbukitan belum tentu bisa mandi tiap hari,” ujar Reza mengingat awal mula gerakannya.

Sebagai warga Bali, Reza menyaksikan kontras antara kawasan wisata yang berlimpah air dengan daerah pelosok yang kekeringan. Ketimpangan itu menimbulkan rasa tidak adil yang sulit diabaikan. Ia pun memutuskan untuk melakukan sesuatu yang nyata.

Pada 2021, Reza dan tim kecilnya mulai memetakan wilayah yang paling membutuhkan bantuan air bersih. Mereka mendatangi Desa Ban di Karangasem, berbicara langsung dengan warga dan mencari sumber air potensial yang bisa dimanfaatkan tanpa merusak alam.

2. Melalui SAUS, air bersih jadi pintu perubahan

Reza Riyadi Pragita (kanan) besama dengan bupati Klungkun 2023, I Nyoman Suwirta (kiri) (instagram.com/rezariyadyid)

Program SAUS (Sumber Air untuk Sesama) menjadi solusi sederhana yang berdampak besar. Tim BaliTersenyum.id menggali potensi sumber air alami, lalu membangun pipa dan bak penampungan. Kemudian, mereka menyalurkannya ke rumah-rumah warga.

Berkat kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Astra dan pemerintah daerah, program SAUS ini berhasil mengalirkan air bersih ke beberapa dusun di Karangasem yang sebelumnya kekeringan hampir sepanjang tahun. Air bersih itu bukan hanya mengubah kualitas hidup, tapi juga membuka peluang baru, yakni warga bisa menanam sayur, beternak, bahkan membangun usaha kecil di rumah mereka.

3. Tantangan yang tak menyurutkan semangat

Reza Riyadi Pragita di acara 15th Satu Indonesia Awards 2024 (instagram.com/rezariyadyid)

“Awalnya kami dianggap mimpi, karena banyak yang tidak percaya air bisa sampai ke sana,” kata Reza sambil tersenyum.

Perjalanan Reza tentu tidak mudah. Ia harus menghadapi keterbatasan dana, medan yang sulit, dan skeptisisme masyarakat. Banyak yang ragu karena sebelumnya sudah ada proyek serupa yang gagal.

Namun, Reza dan timnya memilih untuk tidak menyerah. Mereka menggunakan pendekatan partisipatif: warga diajak langsung menggali tanah, memasang pipa, dan menjaga sumber airnya bersama-sama. Dari situ tumbuh rasa memiliki yang kuat. Kini, masyarakat tak lagi hanya menerima bantuan, tapi ikut menjaga keberlanjutan program.

4. Dampak nyata bagi kesehatan dan kehidupan

Reza selaku perwakilan Yayasan Abhiyya Parama Mavendra dan Duta Pariwisata Indonesia saat berdiskusi dengan Wakil Bupati Berau membahas peluang kolaborasi untuk pengembangan sektor pariwisata daerah (instagram.com/rezariyadyid)

“Sekarang ibu-ibu tidak perlu jalan dua jam hanya untuk menimba air,” ujar Reza dengan mata berbinar.

Air bersih membawa perubahan besar di Desa Ban, Karangasem. Kasus penyakit kulit dan diare berkurang drastis. Anak-anak punya waktu lebih banyak belajar karena tak harus membantu orang tua mengambil air.

Keseharian warga kini lebih produktif. Mereka bisa berkebun, memasak, dan menjaga kebersihan rumah dengan layak. Program SAUS bahkan menginspirasi komunitas lain di Bali untuk menjalankan inisiatif serupa di daerahnya masing-masing.

5. Kolaborasi sebagai kunci keberlanjutan

Reza Riyadi Pragita saat bertemu bapak Ketut Sujana, Kadis Pendidikan, Pemuda dan Olahraa Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali (instagram.com/rezariyadyid)

“Kita tidak bisa jalan sendiri. Astra bantu kami lewat pendampingan dan jaringan, masyarakat bantu dengan tenaga dan semangat,” ungkap Reza.

Dukungan dari Astra lewat program SATU Indonesia Awards memperkuat langkah Reza. Pendampingan yang ia terima membuat pengelolaan program jadi lebih terstruktur.

Selain itu, kolaborasi dengan instansi lokal dan komunitas membuat SAUS bisa bertahan tanpa bergantung pada satu pihak. Bagi Reza, kolaborasi bukan hanya strategi, tapi cara untuk menumbuhkan kemandirian bersama.

6. Menyalurkan air, menyalakan harapan

Reza Riyadi Pragita di bootcamp Kebun Literasi, Project Kolaborasi SATU Indonesia Awardee dan Grup Astra Bali untuk penggerak perubahan keberlanjutan (instagram.com/astragroupbali)

“Saya cuma ingin orang di sini bisa hidup layak. Kalau airnya ada, semuanya bisa dimulai,” ucap Reza menutup perbincangan.

Kisah Reza Riyadipragita mengingatkan kita bahwa perubahan besar sering kali lahir dari kepedulian kecil. Melalui program SAUS, ia bukan hanya mengalirkan air bersih, tapi juga mengalirkan harapan bagi ribuan warga Karangasem.

Apa yang dilakukan Reza sejalan dengan semangat Astra, Satukan Gerak, Terus Berdampak, di mana kolaborasi menjadi kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Dari tanah kering di ujung timur Bali, Reza membuktikan bahwa satu tetes air bisa memulai gelombang perubahan yang besar bagi sesama. Kini, Reza menjadi pahlawan yang membangkitkan akses air bersih di Bali.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team