Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Reza Riyady dan Perjuangan Air Bersih untuk Warga Pedalaman Bali

Reza Riyady Pragita, penerima SATU Indonesia Awards
Reza Riyady Pragita, penerima SATU Indonesia Awards (instagram.com/rezariyadyid)

Kalau ngomongin soal Bali, apa yang pertama kali terlintas di pikiranmu? Mungkin wisata pantai yang indah, resor mewah dengan pemandangan laut, atau bahkan kuliner nikmat yang siap memanjakan perutmu. Gak salah, karena memang semua itu ada di Bali.

Namun, meskipun Bali terlihat baik-baik saja dari luar, ternyata gak semua warganya merasakan kesejahteraan. Reza Riyady Pragita, pemuda asal Kabupaten Klungkung, Bali, menemukan sisi lain dari Bali yang belum banyak orang tahu, yakni krisis air. Tentu bukan di Denpasar, melainkan di Bali Timur, tepatnya di Desa Ban, Karangasem.

Melalui kenyataan pahit yang dilihat, Reza pun tergerak membantu para warga yang susah mendapatkan air bersih. Reza menjadi sosok inspiratif dan bak dewa penyelamat. Ia bersama timnya mendirikan komunitas bernama Komunitas Bali Tersenyum.id dengan program andalannya, yakni SAUS (Sumber Air Untuk Sesama) untuk PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Desa Ban, Karangasem.

Kebaikan Reza mengantarkannya menerima 13th SATU Indonesia Awards 2022 tingkat provinsi di bidang kesehatan. Dedikasinya tak mudah, karena program berkelanjutan ini membutuhkan banyak pihak untuk bergerak bersama.

1. Profesinya sebagai perawat tak menghalangi niat baik Reza membantu sesama

Reza Riyady saat menjadi perawat di RSUD Klungkung, Bali
Reza Riyady saat menjadi perawat di RSUD Klungkung, Bali (instagram.com/rezariyadyid)

Reza Riyady Pragita bukan pemuda biasa yang tiba-tiba tergerak untuk membantu sesamanya. Dalam kesehariannya, Reza adalah seorang perawat di RSUD Klungkung, Bali. Ia selalu bekerja di rumah sakit, bertemu pasiesn dan membantu mereka mendapatkan perawatan terbaik.

Ketika Reza diwawancarai pada Selasa (21/10/2025) malam, ia menjelaskan jika pilihannya terjun ke masyarakat, terlebih di Desa Ban, karena warga di sana tidak mendapatkan kebutuhan dasar manusia yang paling mudah, yakni air bersih.

"Bagaimana mereka (warga Desa Ban) bisa memenuhi pola hidup bersih dan sehatnya, kalau mereka tidak terpenuhi dari segi kebutuhan dasarnya, yaitu airnya. Nah, itulah awal dasar kenapa saya membuat program SAUS. Sebab, di keperawatan itu kita mengenal preventif, promotif, kuratif, dan kolaboratif," kata Reza saat diwawancarai melalui Zoom.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, pada 2022 hanya 8.000 pihak saja yang mendapatkan akses air bersih di kawasan Karangasem, Bali. Berbeda dengan kawasan Denpasar yang tentu lebih mudah, jumlahnya sampai 25.376 pihak. Ketimpangan soal air bersih ini menggerakkan hati Reza untuk membantu mereka yang kesusahan.

2. Demi meringankan beban warga Desa Ban, Reza menginisiasi program SAUS

Program SAUS yang diinisiasi Reza Riyady di Karangasem, Bali
Program SAUS yang diinisiasi Reza Riyady di Karangasem, Bali (instagram.com/rezariyadyid)

Keputusan Reza dalam membuat program SAUS bukan terjadi tanpa adanya realitas. Program yang sudah ada sejak 2019 itu berawal ketika Reza bertualang ke Bali Timur. Di sana, ia mendapat tamparan keras soal susahnya warga dalam mendapatkan air bersih.

Lebih lanjut, Reza menjelaskan jika realitas susahnya air bersih di Desa Ban, Karangasem, itu berbanding terbalik dengan label yang Pulau Bali dapatkan. Selama ini, penduduk dunia tahu kalau Bali adalah tempat berlibur yang indah dengan banyak hiburan menyenangkan. Di balik itu semua, fenomena "sumber air sudekat" masih terjadi di banyak kawasan di Bali.

Awalnya, Reza ingin program SAUS seperti proyek bedah rumah, karena banyak rumah hancur di sana. Namun, ia urung karena masalah air yang ternyata lebih mendesak. "Proyek awalnya kita mau bangun bedah rumah, tapi perjalanan saya di tahun 2019 itu membuat tidak jadi bedah rumah," aku Reza.

Solusi yang SAUS tawarkan pada masalah krisis air di Desa Ban cukup konkret. Semua berawal dari intervensi, kemudian membangun tangki penampungan air lokal alias Cubang, beserta infrastruktur pipa dan pompa. Keduanya diperoleh dari penjual di sekitar untuk mengurangi kendala transportasi.

Reza bersama tim juga memperjuangkan dana untuk memudahkan pelaksanaan proyek SAUS ini. Sayangnya pendanaan bukan hal yang mudah untuk dilakukan.

3. Reza berikan gambaran sulitnya mendapatkan akses air bersih di Bali Timur

Ibu dari Desa Ban, Karangasem, mengambil air di jiriken
Ibu dari Desa Ban, Karangasem, mengambil air di jiriken (dok. Reza Riyady)

Keputusan Reza dalam membantu masyarakat Desa Ban di Karangasem semakin bulat saat ia melihat realitas pahit di sana. Ketika Reza berkunjung ke sana pada 2019, ia sempat mengambil foto dan merasa sedih dengan apa yang ia tangkap.

Melalui kamera mirrorless-nya, Reza melihat perjuangan ibu-ibu di Desa Ban dalam mendapatkan air bersih. Mereka harus berjalan jauh berkilo-kilometer untuk mengambil air bersih, jaraknya sekitar 5 kilo kalau kata Reza.

"Mereka kekurangan air dan saya melihat itu. Saya, tuh, cukup terharu, karena ibu itu harus memasukkan air ke jeriken, berdrum-drum, lalu didorong dengan jarak berkilo-kilometer," kata alumnus PSIK Universitas Jember itu.

Masyarakat Desa Ban tidak bisa merasakan mandi 2-3 kali sehari seperti kebanyakan orang. Kata Reza, masyarakat di sana mandi 3 hari pun belum tentu. Mirisnya lagi, masyarakat di sana sudah tahu cara mencuci tangan, gosok gigi dengan baik, dan lainnya. Namun, akses air bersih membuat hal tersebut terlihat sia-sia.

Lantas, bagaimana dengan peran pemerintah? BPBD memberikan air bersih ketika kemarau, tetapi terbatas. Sedangkan, membeli air satu drum di Desa Ban harganya sangat mahal, yakni Rp100 ribu. Menunggu dari pihak pemerintah memang ada, tetapi butuh waktu lama untuk sampai ke tangan masyarakat Desa Ban.

4. Selain dana, tantangan terbesar menjalankan SAUS adalah komitmen diri

Tim Komunitas Bali Tersenyum.id saat melakukan program SAUS di Desa Ban, Karangasem
Tim Komunitas Bali Tersenyum.id saat melakukan program SAUS di Desa Ban, Karangasem (dok. Reza Riyady)

Menjalankan sebuah program tak hanya bisa mengandalkan tekad. Reza pun sadar kalau program SAUS ini membutuhkan dana yang bisa dibilang gak sedikit. Berbagai cara Reza lakukan, salah satunya dengan menggalang dana di platform Kitabisa.com.

Sayangnya, dana yang terkumpul di platform tersebut mentok di angka 2,8 juta saja. Reza pun kebingungan, karena ia sudah berjanji untuk membantu para warga di Desa Ban. Apa yang bisa ia lakukan dengan dana sedikit tersebut? Beruntungnya, ada orang baik yang membantu.

"Ada seseorang yang kirim pesan ke saya. Dia minta diceritakan (soal SAUS). Mereka dari Medan, Sumatra Utara, dan mau coba donasi," kata Reza. Awalnya menjanjikan Rp6 juta, mereka mengirim ke rekening Reza sebesar Rp30 juta.

Dari dana tersebut, Reza menghubungi pihak desa dan akhirnya bak penampungan bisa dibangun. Proses pencarian sumber air pun dilakukan, yang ternyata juga cukup sulit. Reza bahkan mengaku sempat ikut mencari sumber air dengan menyusuri jalanan setapak.

Namun sebenarnya, tantangan terbesar dalam menjalankan program SAUS ini adalah komitmen diri. Punya ide besar dan liar, tapi enggan menyelesaikannya tentu sangat menyeramkan. Berani punya pemikiran dan ide, tapi gak mampir merealisasikan.

"Saya berpikir, apa yang saya buat itu bukan keluarga saya, dalam hati. Tiba-tiba saya mikir, capek banget, ya. Ya Tuhan capek banget, ya, kayak gini, bantu-bantuin orang," kata Reza dengan nada sedih.

Perasaan sedih dan enggan melanjutkan sempat ada dalam diri Reza. Namun, ia memilih melangkah maju dan terus membantu warga Desa Ban untuk mendapatkan akses air bersih.

5. Berkat Reza, kini warga Bali Timur bisa merasakan mudahnya mengakses air bersih

Tim Komunitas Bali Tersenyum.id saat melakukan program SAUS di Desa Ban, Karangasem
Tim Komunitas Bali Tersenyum.id saat melakukan program SAUS di Desa Ban, Karangasem (dok. Reza Riyady)

Proyek SAUS yang Reza gadang tentu membawa dampak dan hasil baik bagi kehidupan masyarakat Desa Ban. Dampak yang paling terlihat tentu saja akses air yang lebih dekat bagi beberapa dusun. Ini meningkatkan kemudahan praktik kebersihan yang dulunya terasa sulit.

Dampak kesehatan lain yang dirasakan warga Desa Ban adalah terjadi penurunan kasus dehidrasi berat pada anak-anak. Sebelum akses air menjadi mudah, banyak anak-anak yang terkena diare, sehingga harus dirawat di rumah sakit terdekat.

Selain dampak kesehatan yang membaik pada masyarakat Desa Ban, Reza juga merasa makin dekat dengan warga desa. Sampai-sampai, banyak warga yang memberi Reza hasil bumi mereka.

"Saya dibungkusin keladi, ubi rambat yang warna putih itu. Saya masih ingat banget, saya gak suka ketela, tapi saya bawa itu semua dan saya bagikan ke rumah," ujar Reza sembari bernostalgia.

Dari kisah Reza Riyady Pragita, kita pun tahu kalau Bali yang dielu-elukan di sektor pariwisata dunia, ternyata masih mengalami krisis air di beberapa kawasannya. Perjuangan Reza dalam memberikan akses air pada masyarakat Desa Ban di Karangasem, Bali, pun sangat menginspirasi. Yang ia tahu, perjalanan SAUS untuk mengairi Bali pun masih panjang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Kesalahan yang Merusak Personal Branding di Media Sosial

28 Okt 2025, 09:58 WIBLife