Semangat Bhrisco Jordy Nyalakan Harapan Pendidikan Anak-anak Papua

Jika kita menilik konsep yang diusung dalam Kurikulum Merdeka yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, kelihatannya memang sangat menjanjikan keluaran siswa yang berkompetensi tinggi. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, kurikulum ini memberikan kebebasan belajar bagi siswa untuk mendalami minatnya.
Untuk mengimplementasikannya secara utuh, tentu perlu ada kerja sama dari guru dan sekolah. Tak lepas juga dengan fasilitas pendukungnya agar siswa dapat belajar secara maksimal. Sayangnya, kurikulum ini masih dirasa kurang ramah terhadap siswa-siswa di daerah 3T. Sebab, fokus pembelajaran Kurikulum Merdeka masih terlalu Java centris sehingga ada nilai-nilai yang kurang cocok diterapkan di daerah lain.
Atas kesadaran ini, Bhrisco Jordy Dudi Padatu atau akrab disapa Jordy, salah satu anak muda yang lahir dan besar di Papua membuat gerakan pengajar sukarela melalui Papua Future Project. Bersama para relawan, ia mengajak anak-anak sekolah di Papua, khususnya di Pulau Mansinam, untuk mempelajari hal-hal yang mereka butuhkan dan mendukung minat mereka sebagai putra-putri daerah untuk menjaga budayanya.
Program belajar yang diinisiasinya ini rutin dilaksanakan setiap hari Minggu, pukul 10.00--12.00 di sebuah pendopo di Pulau Mansinam. Konsep belajarnya dibuat menyenangkan dan menyesuaikan dengan budaya di Papua. Semangatnya meningkatkan pendidikan anak-anak Papua ini pun membuatnya mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards 2022 oleh Astra Indonesia di bidang pendidikan.
1. Bermula pada 2020 ketika pandemik melanda, pendidikan di Papua makin tersendat akibat lockdown
Kegundahan Jordy akan pendidikan di Papua sendiri bukan berdasarkan pada pandangan selintasnya. Lahir di Jayapura, 9 September 2000 dan tumbuh besar di Manokwari sampai sekarang, Jordy sudah mengalami dan menyaksikan sendiri bagaimana kondisi pendidikan di tanah kelahirannya tersebut.
"Selama 22 tahun saya hidup di Papua memang bukan hal yang mudah. (Di bidang pendidikan) mulai dari keterbatasan fasilitas pendidikan, profesionalitas guru, dan akses pendidikan yang kurang baik dan itu menggetarkan hati saya, harus menunggu sampai kapan lagi kalau hanya berharap pada pemerintah untuk mengubah keadaan ini," begitu Jordy memulai ceritanya membentuk Papua Future Project ini dalam bincang bersama IDN Times, Sabtu (3/12/2022).
Jordy sendiri beberapa waktu lalu sudah menyelesaikan pendidikan sarjananya di President University dan kini tengah mempersiapkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Menurutnya, anak-anak Papua sebenarnya juga punya hak untuk mengenyam pendidikan yang setara seperti dirinya. Sayangnya, memang kondisi sosial dan lingkungannya kurang mendukung.
Akhirnya, ia pun berinisiatif membentuk gerakan Papua Future Project pada 2020 yang kala itu bertepatan dengan pandemik COVID-19.
"Saya mikir sebelum Covid saja pendidikan di Papua memprihatinkan apalagi ketika pandemik. Ketika lockdown anak-anak tidak belajar, biasanya mereka tergantung gurunya datang atau tidak. Jadi, saya mengnisiasi mengajar bersama teman-teman saya," kisahnya.