Jika kita menilik konsep yang diusung dalam Kurikulum Merdeka yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, kelihatannya memang sangat menjanjikan keluaran siswa yang berkompetensi tinggi. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, kurikulum ini memberikan kebebasan belajar bagi siswa untuk mendalami minatnya.
Untuk mengimplementasikannya secara utuh, tentu perlu ada kerja sama dari guru dan sekolah. Tak lepas juga dengan fasilitas pendukungnya agar siswa dapat belajar secara maksimal. Sayangnya, kurikulum ini masih dirasa kurang ramah terhadap siswa-siswa di daerah 3T. Sebab, fokus pembelajaran Kurikulum Merdeka masih terlalu Java centris sehingga ada nilai-nilai yang kurang cocok diterapkan di daerah lain.
Atas kesadaran ini, Bhrisco Jordy Dudi Padatu atau akrab disapa Jordy, salah satu anak muda yang lahir dan besar di Papua membuat gerakan pengajar sukarela melalui Papua Future Project. Bersama para relawan, ia mengajak anak-anak sekolah di Papua, khususnya di Pulau Mansinam, untuk mempelajari hal-hal yang mereka butuhkan dan mendukung minat mereka sebagai putra-putri daerah untuk menjaga budayanya.
Program belajar yang diinisiasinya ini rutin dilaksanakan setiap hari Minggu, pukul 10.00--12.00 di sebuah pendopo di Pulau Mansinam. Konsep belajarnya dibuat menyenangkan dan menyesuaikan dengan budaya di Papua. Semangatnya meningkatkan pendidikan anak-anak Papua ini pun membuatnya mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards 2022 oleh Astra Indonesia di bidang pendidikan.