Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrrasi mengumpulkan bukti kejahatan (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrrasi mengumpulkan bukti kejahatan (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Bukti lengkap dan valid sangat diperlukan agar laporanmu tidak menjadi bumerang. Simpan bukti asli di tempat rahasia setelah memberikan salinan saat melapor.

  • Prioritaskan keamanan diri dan keluarga setelah melapor, gunakan CCTV, perkuat kunci, dan siapkan alat perlindungan diri. Cari dukungan dari sesama whistleblower di tempat kerjamu.

  • Dibutuhkan perlindungan hukum untuk melawan ancaman fisik dan teror. Dokumentasikan ancaman yang diterima sebagai bukti untuk menuntut balik pihak yang meneror.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Orang bermoral tinggi pasti akan tetap berpegang teguh pada kejujuran dan anti dengan segala bentuk kejahatan. Tapi, di dunia yang tidak ideal ini, kita pasti akan selalu bertemu dengan orang-orang serakah yang hanya memikirkan kesenangan pribadi. Terutama di tempat kerja, pasti ada saja yang senang melanggar aturan.

Dari pemalsuan data pembukuan, pencucian uang, penipuan, hingga korupsi. Kalau sudah seperti itu, selama punya bukti yang valid, kamu tentunya berhak untuk melapor. Namun, status sebagai saksi pelapor atau whistleblower ini bisa juga mengancam nyawa loh. Karena itulah, biar hidupmu senantiasa aman, jangan asal melapor tanpa mempersiapkan lima hal berikut ini!

1. Bukti lengkap dan valid

ilustrasi mengumpulkan bukti kejahatan (pexels.com/cottonbro studio)

Pastikan bukti yang kamu punya benar-benar valid, kuat, dan berisi detail pelanggaran yang dilakukan. Karena bukti yang lemah, bisa menjadi boomerang bagimu. Meskipun kejahatan ini baru kamu laporkan ke bagian internal kantor dengan status anonim, bukan berarti identitasmu tidak akan terungkap.

Apalagi orang yang doyan melanggar, biasanya tidak sendirian. Mereka selalu berkelompok. Bisa saja orang-orang yang bekerja di bagian penerimaan pengaduan dari saksi ini, termasuk komplotan dari pihak yang kamu laporkan.

Mereka bisa dengan mudahnya menghilangkan bukti dan melaporkan balik kamu dengan tuduhan pencemaran nama baik. Karena itulah, amankan dulu bukti. Saat melapor, cukup berikan salinannya saja dan simpan bukti yang asli di tempat rahasia.

2. Keamanan diri dan keluarga

ilustrasi mengunci pintu (pexels.com/Jsme MILA)

Orang jahat dengan kekuasaan bisa melakukan apa saja saat keamanannya terusik. Mereka tidak akan berpikir dua kali untuk meneror, mengancam, hingga menghilangkan nyawa. Karena itulah, pastikan keamanan kamu dan keluarga menjadi prioritas usai melapor.

Gunakan CCTV dan perkuat kunci di rumah supaya tidak mudah dibobol. Siapkan juga alat perlindungan diri untuk berjaga-jaga kalau seandainya ada orang yang menerobos masuk rumah, entah itu untuk menyakiti kamu dan keluarga atau untuk memusnahkan bukti. Beri tahu keluargamu detail masalahnya supaya mereka juga ikut waspada.

Kalau dirasa sulit untuk menghadapi semuanya sendiri, coba cari dukungan dari sesama whistleblower di tempat kerjamu. Semakin banyak orang yang mendukung, maka semakin tinggi juga peluang untuk menang dari kasus yang kamu laporkan. Kamu pun tidak frustrasi sendirian.

3. Perlindungan hukum

ilustrasi bertemu pengacara (pexels.com/Sora Shimazaki)

Perlindungan hukum sangat dibutuhkan kalau pihak yang kamu laporkan sudah mulai mengancam dengan kekerasan fisik maupun teror yang merusak fasilitas pribadimu. Hubungi penegak hukum untuk melindungi hakmu sebagai saksi pelapor. Cari pengacara yang tidak terafiliasi dengan pihak yang kamu laporkan.

Jangan lupa dokumentasikan setiap ancaman yang kamu terima sebagai bukti untuk menuntut balik pihak yang meneror. Pahami juga undang-undang tentang perlindungan whistleblower yang berlaku di Indonesia. Dengan begitu, kamu bisa lebih paham bagaimana cara melindungi diri sendiri dan para pelapor lainnya.

4. Perasaan legawa jika kehilangan jabatan

ilustrasi mengemas barang usai dipecat (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Dunia ini bukan tempat ideal di mana pihak pelapor kejahatan akan selalu diapresiasi. Terlepas dari banyaknya ancaman yang diterima dan lamanya proses kasus berjalan hingga tersangka ditangkap, bukan berarti hidup kita akan semakin membaik. Tidak sedikit pelapor yang berujung kehilangan jabatan karena dianggap merusak citra perusahaan.

Karena itulah, kamu juga perlu realistis. Kuatkan diri untuk tetap legawa. Setidaknya kamu sudah melakukan hal benar dalam hidupmu, meskipun harus mempertaruhkan karir yang selama ini susah payah dibangun.

5. Mental yang kuat untuk menerima segala risiko

ilustrasi menelepon sambil tersenyum (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Whistleblower harus punya mental yang kuat supaya sanggup menerima segala risiko. Dari kehilangan nyawa, pekerjaan, hingga rusaknya nama baik akibat difitnah balik pihak yang diaporkan. Selain itu, kamu juga perlu mempersiapkan diri untuk merasa dongkol kalau seandainya laporanmu tidak diproses karena pihak yang dilaporkan punya kekuasaan tinggi dengan koneksi yang luas.

Intinya, saat melaporkan kejahatan berarti kamu sudah siap berperang sampai akhir dengan si penjahat di tempat kerjamu ini. Apapun yang terjadi kedepannya harus kamu hadapi dan tanggung dengan berani. Meskipun pada akhirnya kalah, setidaknya kamu sudah berusaha menegakkan keadilan dengan melawan kejahatan semampumu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team