Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi wanita (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi wanita (pexels.com/Pixabay)

Intinya sih...

  • Terlalu sering menonjolkan pencapaian diri, mencari validasi eksternal secara berlebihan.

  • Sulit memberi ruang pada cerita orang lain, fokus pada diri sendiri dan membuat orang lain merasa tidak didengar.

  • Terlalu sensitif terhadap pujian dan kritik, menunjukkan ketergantungan pada penilaian orang lain.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Keinginan untuk dihargai dan diakui adalah hal yang manusiawi. Setiap orang tentu ingin merasa dilihat, diapresiasi, dan dianggap berarti oleh lingkungannya. Namun, ketika kebutuhan akan pengakuan muncul secara berlebihan, sikap yang ditunjukkan justru bisa menimbulkan kesan negatif.

Tanpa disadari, ada perilaku-perilaku tertentu yang membuat seseorang dinilai haus pengakuan. Bukan karena niatnya buruk, melainkan karena cara mengekspresikan diri yang kurang seimbang. Berikut lima sikap yang sering membuat seseorang terlihat terlalu mencari pengakuan.

1. Terlalu sering menonjolkan pencapaian diri

ilustrasi diskusi (pexels.com/Christina Morillo)

Menceritakan keberhasilan memang wajar, apalagi jika diminta atau relevan dengan situasi. Namun jika hampir setiap percakapan selalu diarahkan pada prestasi pribadi, orang lain bisa merasa lelah mendengarnya.

Sikap ini memberi kesan bahwa validasi dari luar sangat dibutuhkan. Tanpa sadar, pencapaian yang seharusnya membanggakan justru terasa seperti alat untuk mencari pengakuan.

2. Sulit memberi ruang pada cerita orang lain

Ilustrasi diskusi (pexels.com/fauxels)

Orang yang haus pengakuan cenderung ingin menjadi pusat perhatian. Saat orang lain bercerita, fokusnya cepat beralih untuk membandingkan atau mengembalikan topik pada dirinya sendiri.

Akibatnya, percakapan terasa tidak seimbang. Orang lain bisa merasa tidak didengar dan menilai bahwa perhatian hanya dicari untuk kepuasan pribadi.

3. Terlalu sensitif terhadap pujian dan kritik

Ilustrasi diskusi (pexels.com/Julia Larson)

Pujian menjadi sumber semangat utama, sementara kritik kecil bisa terasa sangat menyakitkan. Reaksi yang berlebihan ini sering menunjukkan ketergantungan pada penilaian orang lain.

Ketika suasana hati sangat dipengaruhi oleh respon eksternal, orang sekitar bisa melihat adanya kebutuhan pengakuan yang terlalu besar.

4. Sering membandingkan diri dengan orang lain

Ilustrasi diskusi (pexels.com/William Fortunato)

Membandingkan diri secara terus-menerus, baik untuk merasa lebih unggul atau justru lebih rendah, menunjukkan bahwa nilai diri diukur dari luar.

Sikap ini membuat seseorang tampak tidak pernah puas. Pengakuan orang lain menjadi tolok ukur utama untuk merasa cukup dan berarti.

5. Merasa tidak nyaman saat tidak diperhatikan

ilustrasi diskusi (pexels.com/Sora Shimazaki)

Ketika perhatian tidak datang, muncul rasa gelisah, cemburu, atau merasa tersisih. Kondisi ini membuat seseorang berusaha keras untuk kembali terlihat.

Upaya mencari sorotan ini bisa tampak berlebihan. Orang lain pun menangkap sinyal bahwa perhatian eksternal sangat dibutuhkan untuk merasa aman.

Dinilai haus pengakuan bukan berarti seseorang lemah atau tidak berharga. Sering kali, sikap ini muncul dari kebutuhan emosional yang belum terpenuhi atau rasa tidak aman terhadap diri sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team