Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sedang sibuk (pexels.com/Bestcaption_mph)
ilustrasi sedang sibuk (pexels.com/Bestcaption_mph)

Semua orang yang bekerja tentu sibuk. Setidaknya sepanjang hari kerja dan jam kerja mereka. Namun, ada saat ketika kesibukanmu terasa berlipat-lipat dari biasanya. Ada pertambahan frekuensi lembur.

Juga perjalanan ke luar kota menjadi lebih sering. Otomatis kelelahan fisik dan psikis pun bertambah. Di pikiranmu barangkali sampai cuma ada pekerjaan. Kamu tertidur oleh rasa capek akibat kesibukan tinggi.

Ketika dirimu bangun pun kesibukan telah kembali menanti. Tak ada yang salah dengan kesibukan. Akan tetapi, jangan bersikap seperti di bawah ini. Orang-orang di sekitarmu gak bakal menyukainya. Kelola baik tumpukan pekerjaan maupun hubunganmu dengan orang lain sebaik mungkin.

1. Sulit sekali dihubungi sekalipun oleh orang terdekat

ilustrasi melihat smartphone (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Walau kesibukanmu meningkat akhir-akhir ini, semua orang juga tahu kamu masih sempat pulang dan tidur. Juga makan setiap jam makan. Tidak masuk akal apabila dirimu sampai seperti lenyap ditelan bumi.

Kamu mengabaikan semua panggilan telepon sekalipun dari keluarga. Dirimu sama sekali tak berusaha gantian menghubungi mereka setelah agak luang. Jangankan telepon. Pesan teks pun diabaikan olehmu.

Sesibuk itukah kamu sampai seperti gak peduli sama sekali pada mereka? Padahal, responsmu atas sesuatu sedang ditunggu. Kemungkinan besar kesibukanmu gak sampai meniadakan waktumu sama sekali buat menerima telepon barang sebentar.

Apalagi sekadar membalas pesan meski singkat. Kamu cuma terlalu tak ingin diganggu. Sayangnya, keluarga pun sampai dianggap sebagai gangguan. Padahal, merekalah yang akan dan selalu ada buatmu dalam suka serta duka.

2. Main lempar tugas ke orang lain

ilustrasi menyerahkan tugas (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Kesibukanmu pada akhirnya selalu makan korban. Tugas-tugas yang seharusnya menjadi tanggung jawab penuhmu asal dioper ke orang lain. Bahkan bila dirimu memiliki anak buah, bukan lantas kamu boleh melakukan ini.

Mereka juga mempunyai tugas masing-masing. Bagaimana andai ada tugas mereka yang menjadi tidak selesai karena harus membantumu juga? Apakah dirimu dapat menoleransinya, mau gantian membantu, atau cuma bisa marah?

Lagi pula, tugasmu yang menumpuk memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi daripada tugas harian anak buah. Mereka bakal kewalahan menanganinya. Di lain pihak, kompetensimu sebagai atasan menjadi layak diragukan. Kemampuanmu dikira tak sesuai dengan jabatan sehingga kamu menugaskan orang lain buat mengerjakannya.

3. Mudah marah pada siapa saja

ilustrasi sedang sibuk (pexels.com/MART PRODUCTION)

Emosimu selalu menjadi tak stabil seiring peningkatan kesibukan. Pastinya karena kamu capek dan pikiran penuh. Dirimu menjadi tidak bisa memproses stimulus apa pun secara tepat dalam waktu singkat. Reaksi kemarahan lebih mudah keluar.

Termasuk untuk hal-hal remeh yang sebenarnya sama sekali tidak menambah beban kerjamu. Seperti kamu minta dibuatkan kopi oleh OB. Untuk memastikan gak salah bikin, ia bertanya dirimu menginginkan kopi hitam atau kopi susu.

Pertanyaan yang semestinya cukup dijawab singkat justru ditanggapi dengan kekesalan. Kamu menggertaknya seakan-akan kesalahan besar dia tidak tahu kopi kesukaanmu selama ini. Tunjukkan profesionalitasmu dalam bekerja dengan gak menjadi emosian saat kesibukan berlipat dari biasanya.

4. Meremehkan orang yang lagi bersantai

ilustrasi sedang sibuk (pexels.com/Polina Zimmerman)

Hanya karena kamu sedang sangat sibuk, hindari memandang negatif orang lain yang tengah bersantai. Mereka bukannya tidak punya kesibukan. Boleh jadi momen sibuk kalian berbeda. Kemarin-kemarin ketika dirimu belum sesibuk sekarang, mereka sudah sibuk duluan.

Dapat pula kesibukan kalian sebetulnya sama. Bedanya, mereka telah terbiasa sesibuk itu. Otomatis kemampuannya mengatur irama kerja sudah lebih baik. Mereka tetap tenang seolah-olah gak sibuk.

Kamu sebaiknya tak usah menyoroti kesan santai mereka. Biarkan orang lain menikmati waktu dengan caranya sendiri. Mencibir mereka juga sama sekali tidak membuat kesibukanmu lebih ringan dijalani. Malah kesannya dirimu cuma iri pada mereka karena terpaksa harus terus bekerja.

5. Sesumbar tentang kesibukanmu

ilustrasi sedang sibuk (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kamu memang tidak berdusta soal kesibukan. Apa yang dikatakan olehmu benar adanya. Seputar besarnya tanggung jawabmu di kantor, acara-acara yang harus dihadiri, banyaknya dokumen yang menunggu persetujuanmu, dan sebagainya.

Akan tetapi, seharusnya semua itu tak usah disebarkan ke mana-mana. Kesibukan apa pun hendaknya cukup dijalani. Batasi 1 atau 2 kali saja dirimu memberi tahu orang lain mengenai padatnya aktivitas kerjamu. Itu pun hanya orang terdekatmu.

Tidak usah informasi yang sama diulang-ulang bahkan seandainya kesibukanmu tinggi terus sepanjang tahun. Orang-orang yang mendengarnya tak lagi peduli kamu benar-benar sesibuk itu atau gak. Mereka lebih menangkap kesan dirimu hanya sedang menyombongkan pekerjaan.

Sesibuk-sibuknya kamu, berusahalah untuk tetap menjaga sikapmu. Peningkatan kesibukan memang bikin stres. Namun, dirimu tidak perlu menularkan rasa stres tersebut ke orang lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team