Prof Stella Christie di International Symposium on Early Childhood Education and Development (ECED) 2025 oleh Tanoto Foundation Rabu (17/12/25). (IDN Times/Dina Salma)
Jika kita mengajukan pertanyaan, apa saja, ChatGPT dapat menjawabnya (meskipun kebenarannya mungkin masih perlu diuji). Sebagian pelajar bahkan memanfaatkan program kecerdasan buatan ini untuk membantu menyelesaikan tugas mereka.
Stella memaparkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh MIT kepada mahasiswa Harvard, Massachusetts Institute of Technology (MIT), dan Wellesley College. Para pelajar dibiarkan untuk menggunakan LLM atau program kecerdasan buatan dalam aktivotas akademik mereka.
Para peneliti tersebut mengambil sekelompok mahasiswa universitas dan membaginya menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama disebut sebagai kelompok LLM, kelompok ini diperbolehkan menggunakan LLM sebebas-bebasnya, baik itu DeepSeek, ChatGPT, dan sejenisnya.
Kelompok lainnya tidak diperbolehkan menggunakan LLM. Mereka hanya bisa menggunakan kemampuan mereka sendiri dalam menyelesaikan tugas kuliah.
Selama empat bulan, pengguna LLM secara konsisten menunjukkan performa yang lebih rendah pada level neurolinguistik dan perilaku. Hasil ini menimbulkan kekhawatiran terkait implikasi pendidikan jangka panjang dari ketergantungan pada LLM dan menegaskan perlunya kajian yang lebih mendalam mengenai peran AI dalam proses belajar.
Jadi, selama 4 bulan, ketika murid dari Harvard, MIT, dan Wellesley, mahasiswa-mahasiswa paling cerdas di Amerika Serikat dan dari seluruh dunia, diberikan pilihan hanya menggunakan LLM, kemudian dibandingkan dengan kelompok yang tidak boleh memakai LLM dan hanya menggunakan otaknya sendiri, hasilnya menunjukkan bahwa kelompok yang selama 4 bulan menggunakan LLM, memiliki kualitas tulisan esai yang lebih buruk. Pengukuran dilakukan baik dari sisi kualitas esai maupun fungsi otaknya, papar Stella.
"Hasilnya, kelompok yang menggunakan LLM dinilai lebih tidak baik performanya. Kelompok yang hanya menggunakan LLM menunjukkan hasil yang lebih rendah," ujar Stella, menegaskan bahwa penggunaan ChatGPT di ranah akademik memiliki tidak menunjukkan hasil yang baik untuk kemampuan berpikir mahasiswa.
"Anak-anak, sudah pasti, akan tergantikan oleh AI jika mereka hanya seperti AI, bahkan dengan kemampuan yang lebih buruk. Jadi satu-satunya kunci agar anda, atau anak anda, tidak tergantikan oleh AI adalah memiliki kemampuan yang berbeda dari kecerdasan buatan," lanjutnya.
Untuk memperjelas, saya berpikir bahwa bagi kita yang berusia 30 tahun ke atas, kita sebaiknya mempelajari AI. Karena kita perlu memahami teknologi tersebut agar kita tidak tergantikan oleh teknologi itu dalam pekerjaan kita saat ini. Namun bagi anak-anak, saya tidak berpikir demikian. Karena jika orangtua mengajarkan anak-anak untuk menjadi seperti AI, mereka tidak akan pernah bisa lebih baik dari AI. Dan karena itu, mereka akan tergantikan.