Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pantai Baron, Gunungkidul, Yogyakarta
Pantai Baron, Gunungkidul, Yogyakarta (dok. pribadi/Fatma Roisatin N)

Intinya sih...

  • Pantai Baron memiliki karakteristik geomorfologi yang unik.

  • Pantai Baron tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga wisata budaya, kuliner, dan edukasi.

  • Pantai Baron termasuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan memerlukan pengelolaan yang berkelanjutan serta pemberdayaan masyarakat untuk menjaga lingkungan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Gunungkidul, sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), berkembang pesat di bidang pariwisata. Kondisi alamnya unik karena sebagian besar berupa daerah karst. Perbukitan kapur, sungai bawah tanah, dan pantai yang beragam menjadi ciri khasnya.

Adapun, Pantai Baron jadi salah satu objek wisata yang berkembang pesat di Gunungkidul. Pantai ini berlokasi di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, terletak di sisi paling barat sekaligus menjadi pintu gerbang masuk kawasan pantai lainnya. Pengembangan pantai tersebut sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi DIY 2012–2025. Kawasan Pantai Baron dikembangkan sebagai destinasi wisata rekreasi keluarga, pendidikan, dan kuliner hasil laut.

Pengelolaan wisata alam, terutama daerah pesisir, bukan hal mudah dengan hanya mengandalkan panorama alam yang memukau. Sebab, daerah pesisir rentan terdampak perubahan iklim maupun aktivitas manusia. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk membuat sektor pariwisata, sosial, ekonomi, dan lingkungan alam tetap berjalan selaras agar terwujud pariwisata berkelanjutan di kawasan Pantai Baron. Berikut analisisnya.

1. Keunikan karakteristik geomorfologi menjadi daya tarik utama Pantai Baron

Pantai Baron, Gunungkidul (dok. pribadi/Fatma Roisatin N)

Pantai Baron memiliki karakteristik yang berbeda dari pantai lain di sekitarnya. Pantai ini berupa teluk yang dikelilingi perbukitan karst. Selain itu, terdapat muara sungai dari Kali Suci yang memengaruhi karakteristik sedimen pasir di pantai tersebut.

Jika diamati lebih lanjut, tampak pasir Pantai Baron berwarna cokelat muda hingga sedikit kehitaman. Kondisi tersebut berbeda dengan pasir putih yang bercampur dengan sisa biota laut, seperti kulit kerang dan terumbu karang, di Pantai Krakal hingga Drini yang berada di sisi timur. Hal itu membuktikan bahwa Pantai Baron mengalami beragam proses pembentukan lahan, mulai dari marin maupun aluvial.

Penelitian yang dipublikasikan melalui jurnal "Rencana Pengelolaan Objek Wisata Pantai Baron untuk Meningkatkan Daya Tarik Pengunjung" menunjukkan bahwa topografi Pantai Baron memiliki kemiringan lereng datar bergelombang. Ini membuat morfologinya memiliki dinamika yang cukup tinggi. Keberadaan sungai kecil atau muara sungai dapat memengaruhi ombak sehingga membuat pantai itu mudah terlerai dengan tenaga lebih kecil dibandingkan pantai lain di sekitarnya.

Kondisi fisik pantai yang unik membuat langkah pengembangannya juga berbeda. Pengunjung yang datang ke Pantai Baron harus menyeberang sungai menggunakan perahu nelayan agar bisa mengakses gisik atau area berpasir yang dikenai tarif pulang pergi Rp10 ribu. Aktivitas ini turut memberdayakan para nelayan ketika tidak melaut.

2. Wisata budaya, kuliner, dan edukasi menjadi pelengkapnya

ilustrasi tradisi sedekah laut (commons.wikimedia.org/Duduhsadarachmat)

Pantai Baron tidak hanya menyuguhkan keindahan alamnya, tapi juga kekayaan budaya, kuliner, dan wisata edukasi. Pantai ini menjadi lokasi digelarnya sedekah laut sebagai wujud rasa syukur sekaligus pelestarian budaya yang dilakukan masyarakat pesisir selatan Gunungkidul. Biasanya, prosesi ini berlangsung antara Juni dan Juli setiap tahunnya.

Prosesi tersebut dimulai sejak pagi hari, umumnya diawali dengan kirab budaya dari pendopo Pantai Baron menuju bibir pantai. Setelah itu, sesaji dan gunungan hasil bumi diarak serta dilarung ke tengah laut. Tradisi ini melibatkan masyarakat setempat, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Baron Indah, dan pemimpin daerah Kabupaten Gunungkidul.

Berkaitan dengan Rencana Induk dan Detail Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Karst Gunungkidul dan sekitarnya, Pantai Baron dikembangkan sebagai kawasan wisata pantai berbasis pendaratan ikan dan kuliner hasil laut. Selaras dengan rencana tersebut, wisatawan dapat membeli langsung hasil tangkapan di tempat pelelangan ikan (TPI) Pantai Baron. Tersedia juga makanan laut yang sudah siap disantap maupun dikemas untuk oleh-oleh.

Area tepi pantai yang cukup luas dimanfaatkan untuk fasilitas toilet, musala, dan tentunya tempat makan. Sebagian besar menjajakan hasil tangkapan laut, seperti udang goreng dan cumi-cumi untuk dibawa pulang. Sebagian lagi berupa pedagang suvenir dan buah-buahan.

Masih di kawasan Pantai Baron, tepatnya di atas bukit yang berada di sebelah barat pantai, terdapat Baron Technopark. Wisata edukasi ini menjadi model pengembangan energi baru terbarukan (EBT) sekaligus pelengkap kawasan wisata Pantai Baron sebagai destinasi andalan di Gunungkidul. Mereka memanfaatkan sumber daya berupa biomassa, sinar Matahari, angin, dan gelombang laut.

Baron Technopark juga dirancang sebagai tempat pelatihan dan diseminasi teknologi pemanfaatan EBT yang bersifat dinamis serta pusat penelitian dan pengembangan. Daya tarik lainnya berupa jam matahari yang dapat menjadi media pembelajaran bagi wisatawan maupun pelajar. Keberadaannya tidak hanya mengajak wisatawan untuk menikmati keindahan alam, tapi juga budaya dan pemanfaatan EBT.

Sebuah menara suar milik Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, yang berada di sisi timur pantai, menjadi daya tarik lainnya. Menara suar tersebut memiliki fungsi utama sebagai bagian dari transportasi laut di selatan Pulau Jawa. Namun, ia dapat diakses oleh wisatawan dengan izin kepada petugas menara suar.

3. Masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

Angkutan KSPN di area parkir Pantai Baron. (dok. pribadi/Fatma Roisatin N)

Upaya pengelolaan Pantai Baron sebagai pariwisata berkelanjutan tampak dari pemanfaatan potensi wisata yang ada. Upaya tersebut mulai dari menghormati budaya dan lingkungan hingga memberdayakan komunitas lokal. Tidak lupa ada aktivitas pariwisata yang dapat meningkatkan kualitas hidup dan memastikan keberlanjutan ekonomi.

Pada 2019, deretan pantai di selatan DIY sampai Purworejo dan ke arah Kebumen dianggap memiliki posisi strategis serta punya potensi besar, termasuk Pantai Baron. Kemudian, pantai yang termasuk dalam daerah karst Gunungkidul itu telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Wajar saja jika ia mendapat perhatian khusus dari pemerintah dalam pengembangan kawasan. 

Kini, Pantai Baron lebih mudah diakses menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Pantai yang berjarak sekitar 40 km dari pusat kota Yogyakarta tersebut dapat ditempuh sekitar 90 menit menggunakan kendaraan bermotor. Saat ini, sudah tersedia transportasi umum berupa Angkutan KSPN dengan jadwal keberangkatan tiga kali pergi dan pulang untuk rute Titik Nol Kilometer Yogyakarta–Pantai Baron.

Meski transportasi sudah lebih mudah dan fasilitas memadai, Pantai Baron belum memiliki sarana prasarana yang ramah difabel. Wisata edukasi nelayan dan atraksi wisata ramah lingkungan belum dikembangkan secara optimal. Akomodasi di kawasan pantai pun masih terbatas.

4. Kondisi pesisir yang dinamis hingga perubahan garis pantai

perbandingan aliran sungai bawah tanah di Pantai Baron pada 2019 (kiri) dan 2025 (kanan) (commons.wikimedia.org/Nurul_Khafi | dok. pribadi/Fatma Roisatin N)

Perkembangan pesat Pantai Baron sebagai tempat wisata memang berdampak positif pada perekonomian warga setempat. Namun, daya dukung lingkungan tetap harus diperhatikan untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Selain itu, agar tercapai Sustainable Development Goals (SDGs) tentang ekosistem laut, perlu adanya perlindungan dan pengelolaan ekosistem laut yang berkelanjutan.

Karakteristik Pantai Baron dan faktor alam menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Seperti yang dijelaskan dalam jurnal "Perubahan Garis Pantai Pada Morfologi Gisik Kantung di Pantai Baron, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta", permasalahan utama di Pantai Baron ialah terjadinya perubahan garis pantai dalam kurun waktu tahunan. Ia memiliki perubahan garis pantai yang cukup dinamis, walau panjang garis pantai hanya 60 meter, karena karakteristiknya yang menyerupai teluk. 

Perubahan terhadap garis pantai merupakan proses tanpa henti melalui berbagai pengikisan (abrasi) atau penambahan (akresi). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan citra satelit dari Google Earth pada 2010, 2013, 2016, dan 2018, diperoleh hasil total luasan akresi pada 2010–2018, yaitu 1,07 ha dan abrasi 2,75 ha. Adanya perubahan bentuk garis pantai yang cukup dinamis tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan karakteristik pantai, gelombang, pasang surut, dan angin.

Selain perubahan garis pantai, menurut jurnal "Strategi Pengembangan Sumber Daya Hayati Sebagai Potensi Destinasi Wisata Edukasi di Pantai Baron Gunungkidul, Yogyakarta", Pantai Baron memiliki dua jenis air: air asin dan air tawar yang berasal dari aliran sungai bawah tanah. Aliran sungai tersebut berubah arah setiap 5 tahun. Sungai yang dulunya mengalir dari barat ke timur laut dapat memecah pasir pantai sebelum mengalir ke laut.

Ketika hujan lebat dalam durasi lama, aliran sungai akan menjadi cokelat dan keruh. Kondisi tersebut disebabkan oleh sungai bawah tanah yang meluap dan membawa material lumpur. Kendati saat intensitas hujan rendah dan warna air sungai maupun laut akan kembali normal, material yang terangkut akan terakumulasi serta berdampak pada garis pantai maupun gisik.

5. Sampah menjadi masalah dari aktivitas pariwisata dan perikanan

ilustrasi orang membersihkan sampah di tepi pantai (pexels.com/ron-lach)

Aktivitas pariwisata maupun perikanan di Pantai Baron menimbulkan masalah lain: sampah. Sebuah penelitian tentang Evaluasi Pengelolaan Sampah di Kawasan Pantai Baron dan Pantai Kukup Kabupaten Gunungkidul, D.I. Yogyakarta menunjukkan sumber sampah di Pantai Baron berasal dari aktivitas pengunjung serta pedagang. Para pengunjung biasanya membawa sampah kemasan minuman dan makanan. Sementara itu, pedagang atau penduduk di pantai cenderung menghasilkan sampah kemasan dan sampah organik, seperti sisa makanan, tempurung kelapa, sisa ikan, serta sampah lain dari pasar maupun warung makan.

Jumlah rata-rata timbunan sampah di Pantai Baron sebanyak 60,64 kg per hari. Komposisi sampah paling banyak ialah sampah dapur sejumlah 45 persen, sampah batok kelapa 19 persen, sampah kebun 9 persen, dan sampah lain-lain 6 persen. Pengelolaan sampah tersebut telah dilakukan, tapi perwadahannya banyak yang sudah tidak layak. Pengangkutan sampah menuju tempat pembuangan sementara reduce, reuse, recycle (TPS 3R) juga sudah rutin dilakukan.

Namun, pengelolaan sampah di TPS 3R belum dilaksanakan dengan baik karena keterbatasan sumber daya manusia dan ketersediaan alat. Kesadaran dan peran serta pedagang maupun masyarakat perlu ditingkatkan dalam menjaga lingkungan, khususnya dalam memilah sampah. Tidak hanya itu, perlu dilakukan pengecekan berkala terhadap kondisi perwadahan sampah untuk  memastikan bahwa fasilitas tersebut dalam kondisi layak pakai.

6. Pemberdayaan masyarakat untuk menjaga lingkungan

pedagang oleh-oleh olahan hasil laut di Pantai Baron (dok. pribadi/Fatma Roisatin N)

Partisipasi masyarakat tentu diperlukan untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan di Pantai Baron. Caranya dengan dibentuknya Pokdarwis Baron Indah untuk mewadahi masyarakat dengan mata pencaharian di kawasan tersebut. Kelompok tersebut sudah berdiri sejak 1997. Awalnya beranggotakan 106 orang, kemudian bertambah menjadi 547 orang pada 2018.

Pokdarwis Baron Indah dibagi menjadi lima kelompok unit berbeda, yaitu Unit Sedyo Manunggal, Ngudi Rejeki, Artha Mandiri, Mitra Bahari, dan Guyub Rukun. Partisipasi aktif mereka pun mendapatkan apresiasi dan memiliki banyak prestasi. Pokdarwis Baron Indah menjadi juara 1 Stand Terbaik pada ajang Gunungkidul Expo 2017, juara 3 pada Geopark Festival, juara 3 Pokdarwis tingkat nasional, dan mendapatkan Abdi Bakti Mina Bahari dari Kementerian Perikanan dan Kelautan.

Berdasarkan penelitian Hubungan Tingkat Partisipasi dalam Pengembangan Wisata Pesisir dengan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat yang melaksanakan partisipasi aktif dalam pengembangan dan pembangunan pada kawasan wisata akan mendapatkan dampak positif bagi kehidupan. Dampak positif tersebut dapat memengaruhi besaran pendapatan masyarakat yang ditentukan dari jumlah kunjungan para wisatawan hingga kesejahteraan hidup mereka. Sebagian besar anggota Pokdarwis Baron Indah yang melakukan kegiatan usaha di bidang pariwisata telah mampu meningkatkan pendapatannya secara akumulatif sehingga mereka dapat menabung.

Di balik masyarakat yang merasakan dampak positif dari sektor pariwisata, terdapat tanggung jawab untuk tetap menjaga lingkungan. Masyarakat perlu menjaga kebersihan, sarana dan prasarana, serta melakukan pengelolaan sampah. Adapun, salah satu aktivitas rutin mereka ialah membersihkan area pantai.

Seperti yang pernyataan Bapak Budi, penjaga Menara Suar Baron, “Setiap hari Senin para pedagang di Pantai Baron dan sekitarnya akan tutup sementara. Mereka akan membersihkan kawasan pantai.”

Gerakan Cinta Laut atau Gita Laut juga sempat digencarkan oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul sejak 2021. Bapak Budi juga menambahkan bahwa aktivitas membersihkan Pantai Baron pada waktu tertentu turut melibatkan para mahasiswa. Hal ini mengingat bahwa Yogyakarta merupakan kota pendidikan dan menjadi rumah bagi sejumlah perguruan tinggi.

Pantai Baron memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai pariwisata berkelanjutan karena mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat lokal, lingkungan, dan industri pariwisata. Namun, karakteristik pantai yang dinamis, kondisi alam, dan aktivitas pariwisata menjadi tantangan tersendiri. Jadi, diperlukan peran aktif masyarakat untuk mewujudkannya. 

Hal ini selaras dengan tujuan pembangunan yang mampu mewujudkan kesejahteraan. Hal ini dapat dicapai bila keseimbangan ekonomi, sosial, dan lingkungan dapat dipelihara dengan baik. Adapun, mewujudkan pariwisata berkelanjutan juga merupakan bentuk menjaga keseimbangan alam. Ada sebuah kalimat bijak Aristoteles, “Alam tidak melakukan apa pun secara sia-sia." Semua yang ada di alam punya fungsi, jadi manusia harus menjaganya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎