Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Bentuk Transformasi Digital untuk Memberdayakan Petani Difabel

ilustrasi difabel
ilustrasi difabel (pixabay.com/stevepb)
Intinya sih...
  • Informasi akurat dalam berbagai format membantu petani difabel mengakses pengetahuan tanpa terkendala fisik.
  • Aplikasi dengan fitur navigasi suara memungkinkan petani difabel netra melakukan transaksi secara mandiri.
  • Pengembangan aplikasi inklusif mendorong kemandirian dan partisipasi aktif petani difabel dalam rantai nilai pertanian.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Asta Cita Pemerintahan Prabowo-Gibran pada poin keempat memiliki pendekatan menarik dalam memberikan perhatian kepada kelompok sasaran rentan dan minoritas yaitu difabel. Hal ini sangat relevan mengingat International Fund for Agricultural Development (IFAD) menyebut difabel sebagai salah satu kelompok minoritas terbesar di dunia. Kaum difabel diberi ruang untuk berkarya, bereksplorasi, dan mengasah bakatnya sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat luas. Namun, masih banyak tantangan yang dihadapi, seperti keterbatasan akses terhadap sumber daya, pendidikan, dan teknologi yang menghambat kontribusi maksimal mereka. Tanpa dukungan kebijakan dan infrastruktur yang inklusif, ruang tersebut bisa saja hanya bersifat simbolis tanpa memberikan dampak nyata bagi difabel.

Menurut World Health Organization (WHO), sekitar 1,3 miliar orang di dunia mengalami difabel dengan hambatan berat, sekitar 16 persen dari populasi global. Angka ini terus meningkat akibat bertambahnya penyakit tidak menular dan harapan hidup yang lebih panjang. Menariknya, 80 persen dari mereka tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah yang sangat bergantung pada sektor pertanian. Keterbatasan yang dialami membuat kesejahteraan mereka terhambat dan rentan terhadap perubahan iklim serta risiko lainnya. Transformasi digital di bidang pertanian membuka peluang besar untuk mengatasi kendala tersebut dengan memberikan akses yang lebih inklusif dan merata. Sayangnya, belum semua petani difabel dapat merasakan manfaatnya karena berbagai hambatan yang masih ada.

Petani difabel sering kali tertinggal akibat hambatan sistemis, sikap diskriminatif, dan kurangnya infrastruktur yang ramah difabel. Pada kesempatan ini, penulis akan membahas lima bentuk transformasi digital yang dapat memberdayakan petani difabel sekaligus menguraikan bagaimana teknologi dapat menjadi kunci dalam memperkuat peran mereka dalam sistem pangan global. Apa saja? Yuk, kita bahas bersama!

1. Layanan informasi pertanian multiformat dan mudah diakses

ilustrasi konten media sosial
ilustrasi konten media sosial (unsplash.com/Obi - @pixel8propix)

Informasi yang akurat dan tepat waktu sangat penting bagi keberhasilan usaha tani. Layanan digital yang menyajikan informasi dalam berbagai format, seperti audio, video, dan teks sederhana, dapat membantu petani difabel mengakses pengetahuan yang mereka butuhkan tanpa terkendala fisik maupun tingkat literasi. Sebagai contoh, program Bakhabar Kissan di Pakistan menyediakan konten yang mudah diakses oleh petani dengan beragam kebutuhan khusus sehingga mereka tidak lagi bergantung pada pihak lain untuk memperoleh informasi penting.

Selain itu, penyedia layanan digital perlu mengadopsi bahasa isyarat dan fitur pembaca layar agar dapat menjangkau petani difabel rungu dan netra. Melalui layanan informasi inklusif, petani difabel memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan produktivitas sekaligus memperluas akses pasar mereka. Pendekatan multiformat ini merupakan langkah awal efektif untuk menjembatani kesenjangan digital di sektor pertanian.

Salah satu contoh organisasi di Kenya, Kijiji Vision, fokus pada pemberdayaan petani difabel netra. Melalui aplikasi mobile bernama Kijiji Vision Ag, petani difabel netra dapat mengakses informasi penting tentang produksi tanaman, hama dan penyakit, serta harga pasar. Aplikasi ini menjadi sumber daya berharga bagi petani difabel netra, meningkatkan produktivitas pertanian, sekaligus mendukung pembangunan inklusif. Kijiji Vision Ag tersedia dalam bahasa Inggris dan Swahili, dapat diunduh gratis, diperbarui secara berkala, dan didukung oleh tim ahli pertanian yang siap menjawab pertanyaan petani.

Yang mengesankan, aplikasi ini dilengkapi fitur suara ke teks sehingga memudahkan akses informasi bagi pengguna difabel netra. Ini memperlihatkan bagaimana teknologi digital mampu memberdayakan individu di sektor pertanian. Lebih dari seribu unduhan yang diinisiasi oleh petani Kenya. Kijiji Vision Ag telah menerima penghargaan atas kemudahan akses dan kualitas informasi yang disediakan. Aplikasi semacam ini dapat dicontoh dan diaplikasikan pula di Indonesia.

2. Alat dan aplikasi pertanian digital yang dirancang inklusif

ilustrasi timbangan digital yang ada fitur tare
ilustrasi timbangan digital yang ada fitur tara (pexels.com/Gustavo Fring)

Perangkat lunak dan aplikasi ramah difabel harus dirancang demi kemudahan penggunaan bagi seluruh pengguna, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik maupun sensorik. Sebagai contoh, aplikasi yang mengintegrasikan fitur navigasi berbasis suara atau instruksi audio memungkinkan petani difabel netra melakukan transaksi dan mengelola kegiatan pertanian secara mandiri. Selain itu, teknologi seperti timbangan elektronik berumpan balik suara sangat membantu petani difabel dalam proses penjualan hasil panen tanpa harus bergantung pada orang lain.

Pengembangan aplikasi inklusif juga perlu memperhatikan antarmuka sederhana dan fitur personalisasi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. Pendekatan ini tidak hanya mendorong kemandirian, tetapi juga memberdayakan petani difabel untuk berperan aktif dalam rantai nilai pertanian. Melalui implementasi alat digital yang tepat, berbagai hambatan yang selama ini membatasi akses mereka dapat diatasi sehingga potensi mereka dapat dimaksimalkan secara optimal.

3. Pelatihan digital dan peningkatan literasi teknologi

ilustrasi menggunakan smartphone
ilustrasi menggunakan smartphone (pexels.com/Mary Taylor)

Penguasaan teknologi digital merupakan fondasi penting agar petani difabel dapat memanfaatkan layanan digital secara optimal. Pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus mereka, termasuk penggunaan metode pembelajaran fleksibel dan dukungan pendampingan, sangat dibutuhkan. Tanpa pelatihan yang memadai, keberadaan teknologi canggih sekalipun tidak akan memberikan dampak signifikan bagi petani yang memiliki keterbatasan tertentu.

Pelatihan digital juga harus melibatkan aspek literasi dasar, seperti cara menggunakan smartphone dan aplikasi pertanian serta keamanan data pribadi. Pendekatan ini tidak hanya memperluas akses, tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri petani difabel dalam beradaptasi dengan teknologi baru. Peningkatan literasi digital menjadi kunci untuk membuka pintu inklusi dan pemberdayaan yang lebih luas pada sektor pertanian.

4. Penggunaan teknologi IoT dan smart farming yang adaptif

penerapan AI di bidang pertanian
penerapan AI di bidang pertanian (unsplash.com/Waqar Mujahid)

Teknologi internet of things (IoT) dan smart farming membawa revolusi besar dalam cara petani mengelola lahan mereka. Berkat peranan sensor tanah, sistem irigasi otomatis, dan aplikasi monitoring tanaman, petani difabel dapat mengelola pertanian tanpa harus melakukan banyak pekerjaan fisik berat. Teknologi ini memberikan kemudahan kontrol jarak jauh sehingga mereka tetap dapat mengawasi dan mengoptimalkan produksi secara efisien.

Adopsi teknologi adaptif ini memungkinkan petani difabel untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi ketergantungan pada tenaga tambahan. Selain itu, smart farming yang dirancang dengan fitur inklusif dapat memberikan akses data real-time yang mudah dimengerti. Dengan begitu, keputusan pertanian dapat dibuat berdasarkan informasi yang akurat. Teknologi tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga memicu kemandirian dan inovasi bagi petani difabel.

5. Kolaborasi digital dengan organisasi difabel

ilustrasi difabel
ilustrasi difabel (pixabay.com/stevepb)

Kerja sama antara perusahaan teknologi, pemerintah, dan organisasi difabel menjadi kunci keberhasilan inklusi digital di sektor pertanian. Melibatkan organisasi difabel dalam proses perancangan dan pengujian solusi digital memastikan produk yang dihasilkan benar-benar sesuai kebutuhan dan tantangan yang dihadapi petani difabel. Sebagai contoh, beberapa perusahaan telekomunikasi telah menunjuk petani difabel sebagai duta atau brand champion untuk memberikan masukan langsung terkait pengalaman pengguna.

Kolaborasi semacam ini juga memperkuat jaringan sosial dan ekonomi petani difabel dengan membuka akses mereka pada pelatihan, pendanaan, dan pasar yang selama ini sulit dijangkau. Melalui kemitraan inklusif, berbagai inovasi digital dapat diterapkan secara lebih efektif dan berdampak luas. Sinergi antara pelaku industri, masyarakat, dan kelompok difabel merupakan fondasi utama menuju sistem pertanian yang adil dan berkelanjutan.

Mendorong inklusi petani difabel dalam transformasi digital pertanian bukan sekadar isu keadilan sosial, melainkan juga strategi penting untuk memperkuat ketahanan pangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi global. Dengan mengatasi hambatan sistemis, diskriminasi, dan keterbatasan lingkungan melalui teknologi inklusif, kita dapat memastikan semua petani memiliki kesempatan setara untuk berkembang dan berkontribusi. Langkah ini akan mempercepat terwujudnya sistem pangan yang tangguh dan berkelanjutan.

Pentingnya kolaborasi lintas sektor dan komitmen pemerintah dan pelaku usaha dalam mengintegrasikan inklusi difabel ke dalam kebijakan dan program tidak boleh diabaikan. Pelibatan aktif petani difabel pada setiap tahap perencanaan dan implementasi teknologi digital akan memastikan solusi yang tepat guna dan berdampak positif. Namun, di Indonesia, pertanian ramah difabel belum sepenuhnya diimplementasikan karena masih terbatasnya kesadaran dan pemahaman tentang kebutuhan khusus petani difabel di kalangan pembuat kebijakan dan pelaku industri. Selain itu, infrastruktur dan teknologi yang ramah difabel belum merata dan kurang didukung oleh regulasi yang kuat. Oleh karena itu, mari, bersama-sama kita mewujudkan pertanian yang lebih berdaya, inklusif, produktif, dan berkelanjutan bagi semua.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us