Liputan MyndfulAct Event: "Your Future is Created NOW", Sabtu (27/11/2021). IDN Times/Tyas Hanina
Ungkapan "kita adalah apa yang kita makan" sudah sering digaungkan. Menurut Gobind, kata-kata mutiara itu gak bisa diartikan secara harfiah saja. Sebab, yang kita konsumsi bukan cuma makanan, tapi juga bisa berupa konten-konten yang kita terima setiap hari.
"Gimana kita bisa tenang dalam kehidupan kita? Kita perlu menyaring 'makanan' yang baik dan buruk. Dari mata dan telinga, kita dapat jatah begitu banyak. Itulah yang perlu disaring," jelasnya. Ia pun memberi contoh konten yang bisa kita atur, mulai dari lagu, film, hingga berita.
Selain itu, Gobind mengatakan bahwa banyaknya jumlah informasi yang kita terima setiap hari bisa meningkatkan rasa kecemasan dalam diri. Ini juga terjadi di tengah pandemik. Ia menyebut, "Karena setiap hari kita gak bergerak dan melahap berita yang sangat banyak. Dan, beritanya bukan berita yang sifatnya tenang."
Gobind pun menjelaskan tentang proses emosi yang bisa terbentuk dari dalam diri. Menurutnya, ada program-program yang sudah masuk ke dalam diri seseorang sejak kecil. "Ketika ada satu kejadian yang masuk ke dalam diri kita, posisinya kan selalu netral. Namun, setelah kena 'program' itu, kita baru bisa memaknai kejadian tersebut. Dari pemaknaan itu muncul emosi," tuturnya.
Karena setiap orang memiliki pengalaman hidup dan program yang berbeda, suatu kejadian yang sama bisa dimaknai seccara berbeda pula untuk setiap manusia. "Orang lain melihat saya itu sesuai dengan apa yang ada di dalam programnya. Kalau ada yang menghina, mereka mendefinisikan siapa dirinya, bukan mendefinisikan siapa saya," katanya.