Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasar tradisional
ilustrasi pasar tradisional (pexels.com/Mark Dalton)

Ada banyak jenis tempat perbelanjaan yang bisa didatangi untuk membeli berbagai kebutuhan hidup sehari-hari, mulai dari toko kelontong dekat rumah, mall, sampai pasar tradisional, tinggal pilih mana yang dirasa paling nyaman dan tentunya cocok dengan dana yang tersedia. Nah, khusus bicara soal pasar tradisional, ada kelebihan tersendiri saat memutuskan untuk berburu belanjaan di sini. Selain menyediakan banyak hal yang dibutuhkan, harganya pun cenderung miring, bahkan masih bisa ditawar.

Namun demikian, ternyata urusan tawar-menawar ini bukanlah hal yang disukai semua orang. Pasalnya, ada orang-orang yang senang berbelanja di pasar tradisional dan membayar berapa pun harga sesuai yang pedagang mau. Lantas, kenapa, ya, mereka tolak tawar harga saat belanja di pasar tradisional? Cari tahu jawabannya di bawah ini, deh!

1. Berniat belanja sekaligus ingin membantu kehidupan pedagang kecil

ilustrasi seorang pedagang yang berjualan di teras toko (pexels.com/Quý Nguyễn)

Kebanyakan orang pergi ke pasar tradisional sekadar untuk belanja dan ini sangat wajar. Namun, ada orang-orang tertentu yang juga sama-sama suka mendatangi pasar tradisional, bukan hanya untuk mencari berbagai bahan makanan, tetapi juga sekaligus bersedekah. Caranya adalah dengan tidak menawar harga barang belanjaan mereka.

Orang-orang seperti ini merasa bahwa banyak pedagang di pasar tradisional yang berjualan hanya demi menyambung hidup, bukan untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya. Oleh sebab itu, sebisa mungkin berusaha untuk tidak menawar karena berharap uang yang diberikan dapat menghadirkan senyuman dan meringankan beban para pedagang kecil di sana. Wah, kalau hal semacam ini jelas patut untuk dicontoh, ya!

2. Merasa harga yang dipatok masih masuk akal

ilustrasi seorang pedagang telur (unsplash.com/Transly Translation Agency)

Tidak bisa dimungkiri bahwa belanja di pasar tradisional bisa sangat menyenangkan. Bagaimana tidak, sudah dapat bahan-bahan yang kondisinya sangat segar, harganya pun jauh lebih murah bila dibandingkan dengan yang ada di supermarket. Kalau dirasa masih kurang murah, opsi untuk menawar pun terbuka lebar, kok.

Kendati begitu, ternyata tidak semua orang mengeluarkan "jurus" menawar harga ini, lho. Ada juga yang langsung setuju berapa pun harga yang dipatok oleh pedagang. Alasannya sederhana, yaitu si pembeli berpikir bahwa harga itu sudah termasuk biaya waktu dan tenaga yang dikeluarkan si pedagang untuk melakukan banyak proses sampai akhirnya barang ada di lapak dan siap untuk dibeli. Tentu ini tetap jauh lebih murah dibanding mengusahakan semuanya sendiri, bukan begitu?

3. Malas buang energi hanya untuk menawar harga

ilustrasi suasana pasar tradisional (pexels.com/Cien Nguyen)

Kalau kamu penasaran kenapa ada orang yang menolak untuk menawar harga saat belanja di pasar tradisional, salah satu alasannya adalah malas. Ya, sebagaimana yang telah diketahui, proses tawar-menawar harga ini terkadang tidak mudah. Baik pedagang dan pembeli sama-sama keras kepala, tidak mau menuruti permintaan "lawan". Akibatnya, alih-alih lekas sepakat, justru yang ada semakin emosi. Belum tentu dapat barangnya, tapi sudah jelas capeknya, nih!

Belajar dari adanya kejadian semacam ini, akhirnya sebagian orang memilih untuk tidak lagi menawar saat membeli barang di pasar tradisional selama memang harganya masih masuk akal. Prioritasnya kini adalah segera mendapatkan apa yang dibutuhkan. Dengan begini, suasana hati jauh lebih nyaman, kan?

Orang-orang yang tolak tawar harga saat belanja di pasar tradisional bukannya sombong atau merasa paling kaya. Mereka punya tujuan tertentu yang ternyata cukup positif, seperti yang telah dijelaskan dalam artikel. Kalau kamu tim langsung bayar atau berjuang menawar dulu, nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team