Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Wabi-Sabi, Cara Lembut untuk Menerima Hidup yang Tak Selalu Mulus

Ilustrasi wabi-sabi (pexels.com/Satoshi Hirayama)

Dalam hidup, tidak semua hal berjalan sesuai rencana. Ada kalanya kita menghadapi ketidaksempurnaan, perubahan, dan kehilangan yang membuat hati merasa lelah. Namun, daripada terus mengejar kesempurnaan, bagaimana jika kita belajar menerima dan menemukan ketenangan dari apa adanya?

Wabi-sabi adalah filosofi asal Jepang yang mengajarkan kita untuk melihat keindahan dalam hal-hal yang sederhana dan tidak sempurna. Lewat pandangan ini, kita diajak untuk menghargai proses, menyambut perubahan, dan menemukan makna dari retakan kecil dalam hidup. Yuk, kenalan lebih dekat dengan wabi-sabi!

1. Apa itu Wabi-Sabi

Ilustrasi  wabi-sabi (pexels.com/Ryutaro Tsukata)
Ilustrasi wabi-sabi (pexels.com/Ryutaro Tsukata)

Wabi-sabi adalah filosofi asal Jepang yang mengajarkan untuk melihat keindahan dalam ketidaksempurnaan, ketidakkekalan, dan kesederhanaan. Konsep ini berakar dari prinsip Buddhisme Zen dan sudah diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari seni, arsitektur, hingga cara berpikir. Wabi berarti kesederhanaan yang bersahaja dan kedamaian batin, sedangkan sabi merujuk pada keindahan yang muncul dari waktu dan usia.

Dilansir dari National Geographic Indonesia, wabi-sabi mengajak kita untuk menyadari bahwa segala sesuatu tidak selalu harus sempurna atau mewah agar bisa bermakna. Justru, retakan, noda, atau hal-hal yang tidak utuh pun bisa menjadi simbol keindahan yang nyata. Dengan kata lain, wabi-sabi merayakan hal-hal yang tidak sempurna dengan penuh penghargaan.

2. Cara kerja Wabi-Sabi dalam hidup

Ilustrasi wabi-sabi (pexels.com/Satoshi Hirayama)

Wabi-sabi bukan sekadar konsep estetika, tapi juga filosofi hidup. Dalam praktiknya, wabi-sabi mendorong seseorang untuk menerima kenyataan bahwa hidup ini tidak selalu berjalan mulus dan tidak ada hal yang bisa bertahan selamanya. Kita diajak untuk tidak terus mengejar kesempurnaan, melainkan menerima dan menghargai segala sesuatu apa adanya.

Richard Powell, penulis buku Wabi Sabi Simple, mengatakan,

“Wabi-sabi memelihara semua yang autentik dengan mengakui tiga realitas sederhana: tidak ada yang abadi, tidak ada yang selesai, dan tidak ada yang sempurna,” tutur Richard R. Powell, penulis Wabi Sabi Simple, dilansir dari mindful-company.com

Dengan memahami ini, kita akan lebih mudah berdamai dengan perubahan, kegagalan, dan kekurangan dalam hidup. Wabi-sabi membantu kita memaknai proses, bukan hanya hasil akhir.

3. Kebaikan Wabi-Sabi untuk diri

Ilustrasi  wabi-sabi (pexels.com/Q. Hưng Phạm)
Ilustrasi wabi-sabi (pexels.com/Q. Hưng Phạm)

Mengadopsi prinsip wabi-sabi dapat memberikan banyak manfaat untuk kesehatan mental dan emosional. Saat kita berhenti memaksa segala sesuatu agar sempurna, beban hidup menjadi lebih ringan. Kita lebih mampu menerima diri sendiri, orang lain, dan keadaan sekitar tanpa penilaian yang keras.

Wabi-sabi juga mengajarkan kita untuk hidup lebih lambat dan sadar. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan, wabi-sabi adalah pengingat bahwa tidak mengapa jika segala sesuatu tidak berjalan ideal. Justru, dalam ketidakteraturan itulah kita bisa menemukan makna dan kedamaian sejati.

Jika kamu sedang mencari cara untuk lebih damai menjalani hidup, mungkin wabi-sabi bisa jadi jawabannya. Filosofi ini mengajak kita untuk hidup lebih ikhlas, jujur, dan penuh penghargaan terhadap setiap momen.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Maya Fahel
EditorMaya Fahel
Follow Us