Ilustrasi warna liturgi gereja (pexels.com/Photo by Anuja Tilj)
Menurut Rm. Triyudo Prastowo, SJ dalam laman Katedral Jakarta, dalam liturgi warna melambangkan beberapa hal. Di antaranya adalah sifat dasar misteri iman yang kita rayakan. Lalu juga menegaskan perjalanan hidup Kristiani sepanjang tahun liturgi. Untuk lebih jelasnya, berikut makna setiap warna liturgi.
Dalam liturgi, warna hijau dipahami sebagai simbol ketenangan dan suasana yang membantu umat merenung. Karena itu, hijau digunakan pada masa biasa sepanjang tahun gerejawi untuk mengingatkan umat agar menjalani aktivitas harian dengan damai, sambil merenungkan karya dan firman Allah dalam kesederhanaan hidup sehari-hari. Warna ini juga mengajak umat untuk tetap memelihara harapan di tengah rutinitas.
Dalam tradisi liturgi, putih dan kuning dianggap memiliki makna simbolis yang serupa, yaitu melambangkan kemuliaan kekal, kemenangan, kesucian, dan kebenaran. Kedua warna ini dapat dipakai secara bersamaan maupun terpisah.
Warna merah identik dengan api dan darah, sehingga sering dikaitkan dengan keberanian para martir yang mengorbankan hidup sebagai saksi iman. Warna ini juga mengingatkan pada darah Kristus yang tertumpah demi keselamatan umat manusia serta menandai makna kemenangan.
Ungu menggambarkan sikap bijaksana, kewaspadaan, introspeksi, dan kehati-hatian. Ungu juga digunakan dalam ibadat tobat. Dalam liturgi arwah, warna ungu umumnya menggantikan hitam dan menjadi simbol penyerahan diri, permohonan ampun, serta harapan akan belas kasih Tuhan bagi mereka yang telah berpulang.
Merah muda menandakan kegembiraan dan sukacita. Warna ini hanya dipakai pada kesempatan khusus, yaitu Minggu Adven III (Gaudete) dan Minggu Prapaskah IV (Laetare), sebagai tanda penghiburan di tengah masa pertobatan yang bernuansa tobat.
Hitam, sebagai kebalikan dari putih, mengandung simbol kegelapan, keheningan, pengorbanan, kematian, serta dunia orang mati. Warna ini mencerminkan suasana duka yang paling mendalam. Hitam dapat digunakan dalam liturgi arwah, meskipun kini penggunaannya bersifat opsional dan semakin jarang, terutama di negara-negara beriklim tropis.