Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi wanita (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi wanita (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Intinya sih...

  • Tidak mengemis cinta dan perhatian pada mantan

  • Tidak mengirim pesan panjang saat sedang emosional

  • Menolak manipulasi emosi, bahkan dari orang yang dicintai

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Fase pemulihan paska putus dengan seseorang pasti tidaklah mudah. Satu hari kamu merasa baik-baik saja, esoknya kamu kembali membaca ulang pesan lama kalian. Healing tidak selalu linear, terkadang kamu merasa ups and downs, dan itu hal yang lumrah.

Namun, agar kamu bisa cepat move on dari mantanmu, perlu ada batasan yang dibangun secara sengaja. Tujuannya, agar kamu bisa lepas dari masa lalumu. Agar tidak terjebak di situ-situ saja, ini empat batasan yang perlu kamu tetapkan paska putus dengan seseorang.

1. Tidak mengemis cinta dan perhatian pada mantan

ilustrasi wanita (pexels.com/Timur Weber)

Batasan ini berakar dari harga diri. Pada tahap awal putus cinta, banyak dari kita yang ingin mendapat hubungan itu lagi. Kebanyakan karena, kamu sudah terbiasa dengan kehadrian doi. Ketika keadaan emosional tidak stabil dan kamu masih belum bisa menetapkan batasan yang tegas untuk dirimu, mudah untukmu datang pada mantan dan “mengemis” cinta pada mereka.

Tapi coba tanya dirimu satu pertanyaan penting ini: apa kembali pada mantan memang jalan yang terbaik? Apa itu akan menyelesaikan kekacauan batin, atau malah memperparah? Kamu harus menyelesaikan rasa sakit itu sendiri, bukan mengejar kelegaan dari orang yang menyebabkannya.

2. Tidak mengirim pesan panjang saat sedang emosional

ilustrasi wanita (pexels.com/Sam Lion)

Kedua, kamu harus bisa menetapkan batasan untuk mengatur emosi. Mungkin dalam relasi itu, kamu merasa diperlakukan tidak adil, tidak mendapat penjelasan yang cukup, atau merasa tidak dihargai. Maka setelah putus, kamu menuntut penjelasan mantan.

Padahal, apa yang sekarang terlihat penting dan terdesak, bisa memudar seiring terbentuknya jarak emosional. Kalau kamu terus mengikuti keinginan hatimu, akan sulit untukmu benar-benar beranjak dari kenangan lama.

Alih-alih, itu akan memberi lebih banyak kebingungan, miskomunikasi, bahkan tidak menutup kemungkinan menerbitkan konflik baru. Bukan membuatmu merasa lebih lega, melainkan perasaan malu dan bersalah.

3. Menolak manipulasi emosi, bahkan dari orang yang dicintai

ilustrasi pasangan (pexels.com/SHVETS production)

Salah satu bagian tersulit untuk sembuh dari perpisahan, terutama dalam relasi yang tidak sehat, menerima fakta bahwa orang yang kamu cintai bisa melukaimu lagi dan lagi. Bukan karena kamu tidak berharga, simply karena memang ia bisa melakukannya.

Relasi tidak selamanya mulus. Ada kalanya, entah disengaja atau tidak, kalian saling “menggesek” dan melukai satu sama lain.

Saat kamu sadar dinamikanya sudah tidak sehat, pergi dan menjauh adalah keputusan yang tepat. Batasan ini mengingatkanmu bahwa dirimu pun berharga dan layak diperlakukan dengan baik.

4. Berhenti mengasihani diri sendiri

ilustrasi wanita (pexels.com/Jansel Ferma)

Saat terjebak dalam situasi yang tidak enak, sangat mudah bagi kita untuk terjebak dalam kebiasaan mengasihani diri sendiri. Kamu terus mengulang memori bersama mantan, yang pada akhirnya membuatmu tidak bisa maju.

Batasan terakhir yang harus kamu miliki dengan dirimu adalah, tahu kapan waktu untuk menangisi kepergian mantan, kapan waktu untuk beranjak dan move on. Sibukkan diri dengan kegiatan atau hobi baru. Fokus pada pengembangan diri, bukan rasa sakit masa lalu.

Empat batasan di atas akan membantu kita untuk semakin teguh menetapkan hati beranjak dari masa lalu. Move on bukan perkara mudah, karena kamu harus bisa lepas dari keterikatan emosional dan kebiasaan lama yang berkaitan dengan mantan. Itulah mengapa, kamu harus bisa tegas dengan dirimu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team