4 Cara Kelola Ekspektasi Sebelum Menikah, Marriage is Not Scary!

Pernikahan seringkali dipandang sebagai salah satu momen paling membahagiakan dalam hidup seseorang. Namun, tidak dapat dipungkiri juga bahwa banyak generasi muda yang masih merasa takut menghadapi fase ini. Ditambah lagi adanya tren yang sempat viral, yakni "marriage is scary", membuat anak muda termakan oleh hal negatif yang disebarkan.
Padahal pernikahan tidak semenyeramkan itu. Ketakutan orang untuk nikah sering berakar dari ekspektasi yang terlalu tinggi atau tidak realistis. Untuk membantu kamu mengatasi kekhawatiran tersebut, berikut ini empat cara kelola ekspektasi sebelum menikah biar tidak mudah kecewa.
1. Komunikasikan ekspektasi secara terbuka dengan calon pasangan

Komunikasi adalah akar dari setiap hubungan yang sehat. Dalam pernikahan, penting sekali untuk mendiskusikan harapan dan keinginan masing-masing pihak secara terbuka. Jangan berasumsi bahwa pasanganmu dapat membaca pikiranmu!
Diskusikan hal-hal seperti pembagian peran dalam rumah tangga, rencana keuangan jangka pendek dan jangka panjang, keinginan memiliki anak dan gaya pengasuhan, karir dan pengembangan diri masing-masing, hubungan dengan keluarga besar. Dengan membicarakan hal-hal ini sejak awal, kamu dan pasangan dapat menyamakan persepsi dan menghindari kesalahpahaman di kemudian hari.
2. Berhenti terpengaruh dengan standar pernikahan di media sosial

Di era digital ini, penting untuk memiliki pendirian yang kuat dan tidak terpengaruh dengan konten di media sosial. Perlu diingat bahwa hal yang ditampilkan di platform-platform tersebut seringkali hanya sebagian kecil, bukan sebagian besar dari kehidupan seseorang. Ada banyak hal yang perlu diperhatikan agar tidak terpengaruh.
Salah satu di antaranya, yakni tidak membandingkan pernikahanmu dengan pernikahan orang lain yang terlihat di media sosial. Sadari bahwa setiap pasangan memiliki tantangan mereka sendiri, terlepas dari apa yang mereka tampilkan secara online. Fokus saja pada realitas pernikahanmu sendiri, bukan standar yang tidak realistis di internet.
3. Utamakan koneksi dan interaksi di dunia nyata

Teknologi memang membuat kita tetap terhubung secara virtual, tetapi koneksi fisik tetap tidak boleh dilewatkan. Luangkan waktu untuk berinteraksi langsung dengan pasanganmu tanpa gangguan teknologi. Siapkan waktu spesial untuk menghabiskan waktu bersama.
Baik itu makan malam bersama tanpa ponsel di meja. Lalu, jalan-jalan santai di taman atau lingkungan sekitar setiap pagi. Bisa juga dengan melakukan hobi bersama. Diskusikan hal-hal ringan sampai serius, evaluasi, dan refleksi lagi tentang hubungan kalian agar menjadi lebih sehat.
4. Realistis dalam menghadapi perbedaan atau konflik

Setiap pasangan selalu memiliki perbedaan. Baik itu perbedaan dari kebiasaan kecil sampai cara mengambil keputusan besar. Tidak selamanya pemikiran harus selalu sejalan, yang terpenting kalian dapat menghadapinya dengan bijak. Lakukanlah diskusi tanpa emosi dan menyepakati keputusan bersama tanpa merasa harus menang sendiri.
Pernikahan bukan soal mencari pasangan yang "sempurna", tetapi yang siap belajar dan tumbuh bersama. Hidup dalam satu rumah selalu dihiasi dengan kerikil kecil. Singkirkan kerikil kecil itu bersama-sama agar tidak mengganggu kenyamanan rumah.
Pernikahan adalah proses untuk tumbuh, berkembang, dan belajar bersama. Dengan mengelola ekspektasi secara realistis dan komunikasi yang baik, semoga ketakutanmu terhadap pernikahan dapat berkurang ya!
Lalu, kamu dan pasangan bisa membangun rumah tangga yang harmonis dan bisa membuktikan bahwa pernikahan tidak semenyeramkan yang ada di media sosial.