Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Fakta Menarik Budaya Kencan di Asia, Survey Lunch Actually 2025

ilustrasi berkencan (pexels.com/Criativa Pix Fotografia)
ilustrasi berkencan (pexels.com/Criativa Pix Fotografia)
Intinya sih...
  • Perempuan Indonesia memiliki pandangan rendah terhadap kesetaraan keuangan dalam hubungan, hanya 25% yang terbuka untuk pria berpenghasilan lebih rendah
  • Indonesia menempati posisi tertinggi dalam keterbukaan masalah ras dalam hubungan, sementara Thailand dan Hong Kong cenderung progresif
  • Tingkat penggunaan aplikasi kencan harian di Taiwan tinggi (25%), sementara di Singapura hanya 12% dan Indonesia 5%
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lunch Actually, platform layanan perjodohan terkemuka, mengungkap hasil survei yang mengidentifikasi berbagai kebiasaan dan preferensi kencan di enam negara Asia. Survei ini mengkaji pandangan terhadap aspek keuangan, hubungan antar ras, penggunaan aplikasi kencan, serta kriteria pasangan yang mengungkapkan perbedaan budaya signifikan.

Berikut adalah hasil survei mengenai budaya kencan di Asia, lengkap dengan prediksi tren kencan di 2025. Yuk, simak informasi selengkapnya di bawah ini!

1. Hasil survei Lunch Actually mengenai budaya kencan Asia

ilustrasi perempuan menggunakan tablet (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi perempuan menggunakan tablet (pexels.com/Pixabay)

Berdasarkan hasil survei, Luch Actually menemukan bahwa dalam segi keuangan, perempuan Indonesia menempati posisi terendah soal keterbukaan pandangan menangani kesetaraan keuangan dalam hubungan dengan hanya 25 persen. Sementara itu, Thailand dengan menempati posisi tertinggi dengan 97 persen pria menerima perempuan berpenghasilan lebih tinggi. Namun, hanya 36 persen perempuan terbuka untuk pria berpenghasilan lebih rendah.

Di sisi lain, 58 persen perempuan Hong Kong bersedia berkencan dengan pria yang berpenghasilan rendah, mencerminkan sikap progresif. Kemudian, 38 responden Malaysia bersikap terbuka terhadap pria yang memiliki penghasilan lebih rendah.

Selanjutnya, mengenai hubungan antar ras, Indonesia menempati posisi teratas dengan 84 persen lebih terbuka masalah ini, Malaysia dan Taiwan 81 persen. Di posisi sedang, Hong Kong dengan 70 persen dan Thailand 76 persen. Terakhir, responden Singapura hanya 60 persen yang terbuka soal masalah ras dalam hubungan.

Untuk preferensi dalam memilih pasangan, 73 persen responden Indonesia memprioritaskan seseorang dari segi stabilitas keuangannya dan 78 responden Taiwan melakukan hal serupa. Sementara itu Thailand (85 persen), Taiwan (75 persen), dan Indonesia (44 persen) mengutamakan bentuk tubuh.

Penggunaan aplikasi kencan di Asia menunjukkan perbedaan yang mencolok antar negara. Taiwan mencatatkan frekuensi penggunaan harian tertinggi (25 persen), sementara Singapura (12 persen), Malaysia (13 persen), dan Indonesia (5 persen). Dalam hal durasi penggunaan, Malaysia memiliki pengguna jangka panjang terbanyak (62 persen), sedangkan Hong Kong tercatat paling rendah (38 persen).

Alasan penggunaan aplikasi pun bervariasi; di Hong Kong, Thailand, dan Taiwan, banyak pengguna yang mencari kencan tanpa komitmen, sementara di Indonesia dan Singapura, fokus utama lebih pada hubungan serius (57 persen di Indonesia dan 53 persen di Singapura).

Namun, ada beberapa tantangan yang dihadapi, seperti rendahnya rasa penghargaan terhadap usaha yang dilakukan pengguna dengan angka terendah di Taiwan (0 persen) dan Indonesia (3 persen). Masalah lain yang sering dikeluhkan adalah profil palsu di Indonesia (43 persen) dan kurangnya koneksi nyata di Singapura (36 persen).

2. Lunch Actually memprediksi akan banyak perjodohan berbasis teknologi di 2025

ilustrasi mengetik pesan singkat (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)
ilustrasi mengetik pesan singkat (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Dengan tingginya tingkat penggunaan aplikasi kencan harian di negara seperti Taiwan, diperkirakan layanan perjodohan berbasis teknologi akan semakin berkembang pada tahun 2025. Platform kencan diprediksi akan mengadopsi fitur-fitur canggih, seperti pencocokan kompatibilitas berbasis AI dan pengalaman kencan melalui virtual reality, menawarkan cara yang lebih personal dan inovatif bagi pengguna untuk saling terhubung.

Sementara itu, di Singapura, aplikasi kencan akan lebih memprioritaskan dalam mencari koneksi yang lebih bermakna dengan hubungan jangka panjang. Aplikasi kencan diperkirakan akan beradaptasi dengan menghadirkan fitur-fitur yang mendukung perjodohan untuk hubungan serius.

Fitur ini mungkin mencakup opsi penilaian kepribadian yang lebih mendalam, alat komunikasi yang fokus pada hubungan, serta opsi khusus bagi pengguna yang mencari pasangan jangka panjang, bukan sekadar hubungan kasual.

3. Stabilitas finansial jadi aspek lain yang gak kalah penting

ilustrasi pasangan memegang uang (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi pasangan memegang uang (pexels.com/Mikhail Nilov)

Di Taiwan dan Indonesia, keamanan finansial dianggap sebagai faktor penting dalam memilih pasangan. Ini menjadikan aplikasi kencan kemungkinan akan semakin beradaptasi dengan menawarkan fitur yang memungkinkan pengguna bisa berbagi informasi lebih mendalam terkait stabilitas keuangan atau pencapaian karier mereka.

Mengingat peran besar faktor ekonomi dalam proses kencan di kedua negara ini, platform kencan bisa saja menyediakan filter atau opsi pencarian khusus yang memungkinkan pengguna untuk menemukan pasangan yang kompatibel secara finansial. Hal tersebut akan memberikan pengalaman kencan yang lebih terarah bagi mereka yang memprioritaskan kestabilan finansial sebagai bagian dari kriteria pasangan hidup.

4. Peningkatan keragaman dan keaslian dalam aplikasi kencan

ilustrasi perempuan mengirim pesan (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi perempuan mengirim pesan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Seiring dengan meningkatnya penerimaan terhadap hubungan antar ras di negara-negara seperti Indonesia, Hong Kong, dan Taiwan, platform kencan diperkirakan akan semakin melayani preferensi yang lebih beragam. Akan ada penekanan pada inklusivitas dengan fitur-fitur yang mendukung perbedaan latar belakang budaya dan orientasi.

Selain itu, untuk mengatasi kekhawatiran tentang profil palsu dan masalah kepercayaan yang sering muncul, aplikasi kencan diperkirakan akan memperkenalkan proses verifikasi yang lebih ketat. Langkah ini akan memberikan rasa aman dan kepercayaan lebih bagi pengguna, sehingga mereka dapat merasa yakin bahwa koneksi yang mereka bangun adalah asli dan dapat diandalkan. 

CEO Violet Lim menyimpulkan, “Meskipun teknologi mempermudah cara untuk berkencan, para lajang tetap mencari hubungan yang lebih mendalam. Kami di Lunch Actually berkomitmen membantu mereka menemukan pasangan yang tepat dengan layanan perjodohan yang lebih personal”.

Itu dia gambaran mengenai perkembangan budaya kencan di Asia. Hal ini sekaligus menggambarkan mengenai tantangan dan peluang bagi layanan kencan konvensional di era digital.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kori
EditorKori
Follow Us

Latest in Life

See More

11 Inspirasi Makeup Look MTV VMA 2025, Soft hingga Dramatis!

26 Sep 2025, 00:23 WIBLife