Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi keluarga (pexels.com/Arina Krasnikova)

Intinya sih...

  • Pasangan merasa sudah memenangkan kompetisi besar dengan menikahimu, membuatnya lebih selektif dalam memenuhi keinginanmu.
  • Beban finansial yang dipikulnya setelah menikah membuatnya harus menyokong keluarga besarnya dan berhemat sebanyak mungkin.
  • Suara-suara di sekitar pasangan juga memengaruhi sikapnya soal uang, membuatnya lebih hati-hati dalam pengeluaran untukmu setelah menikah.

Pernahkah kamu sedikit merasa menyesal setelah menikah? Dirimu mencintainya. Kalian menikah tanpa paksaan. Akan tetapi, ada perubahan yang cukup besar setelah kalian tak lagi berpacaran. Sikapnya memang gak menjadi kasar. Ia memperlakukanmu dengan cukup baik.

Perubahannya lebih tentang cara pasangan dalam memanjakanmu secara materi. Terasa sekali bahwa pasangan sekarang gak seroyal ketika kalian masih berpacaran. Jika dahulu dia selalu membayarimu ketika makan di luar, sekarang malah memintamu yang membayarnya.

Padahal, tidak seluruh uangnya ada di tanganmu. Atau, ia secara tegas menolak beberapa permintaanmu. Lain sekali dengan saat kalian belum menikah. Kamu tidak minta apa-apa saja, dia sudah menawarkan ini itu. Apa yang membuat perilakunya terkait uang berubah? Di bawah ini lima kemungkinannya. Cari tahu kapan dirimu perlu memahami keputusannya atau mengajaknya bicara secara terbuka.

1. Tidak lagi dalam usaha mendapatkan hatimu

ilustrasi pasangan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pasanganmu sekarang merasa sudah memenangkan sebuah kompetisi besar. Ketika kalian masih sebatas berpacaran, belum ada kepastian hubungan bakal sampai ke pernikahan. Targetnya jelas, yaitu ingin menikah denganmu. Maka segala cara dilakukannya untuk mendapatkan hatimu. 

Bersikap seroyal mungkin padamu menjadi salah satu bentuk pengorbanannya. Bukan berarti kamu materialistis dengan suka meminta berbagai hal darinya. Akan tetapi, dirimu juga tak menolak ketika ia memberikannya. Apalagi kalau saat itu pesaingnya banyak.

Dia gak mau kalah dalam usahanya menyediakan segala kebutuhan dan keinginanmu. Kini pernikahan membuatnya merasa sudah memilikimu. Ia tidak lagi khawatir tentang apa pun. Dia berpikir bahwa kemungkinan untukmu berpaling darinya jauh lebih kecil daripada ketika kalian masih sebatas berpacaran.

Apalagi dengan sudah adanya anak-anak. Kecenderungan kamu bakal bertahan dalam hubungan jauh lebih besar. Apakah sikapnya seperti menjebakmu dalam pernikahan? Bisa ya atau tidak. Apabila dia hanya lebih selektif dalam memenuhi keinginanmu dan semua kebutuhan keluarga masih aman sebaiknya gak usah terlalu dipermasalahkan.

2. Menyadari kebutuhan sudah berlipat-lipat dari saat berpacaran

ilustrasi keluarga (pexels.com/Anna Shvets)

Ia sebenarnya juga ingin memenuhi berbagai keinginanmu seperti dulu. Dia bahagia setiap melihatmu merasa senang. Bahkan jika itu mesti mengorbankan dirinya. Seperti ia selalu membelikanmu baju baru, sedangkan pakaiannya sendiri telah usang. Akan tetapi, keinginan ini terkendala kenyataan.

Beban finansial yang dipikulnya besar sekali selepas kalian menikah. Beberapa tahun yang lalu saat kalian masih berpacaran, ia hanya perlu mentraktir dan memberi hadiah padamu. Namun, setelah kalian menikah sangat terasa perubahannya. Dia sedikit banyak juga perlu memberikan sesuatu untuk keluarga besarmu.

Tujuannya buat memperkuat ikatan antara menantu dengan mertua serta dirinya dengan adik atau kakakmu. Bentuknya gak selalu uang. Terkadang juga berbagai macam barang. Belum lagi orang yang sudah menikah kerap dipandang telah mapan. Ia yang ketika masih sendiri gak dituntut macam-macam, kini juga mesti siap menyokong keluarga besarnya.

Pun orangtuanya beberapa tahun yang lalu jelas belum setua sekarang. Dahulu mereka masih dapat membiayai diri sendiri, sementara kini mengandalkan pemberian anak. Ditambah dengan kehadiran buah hati dalam rumah tangga kalian, pasangan masih bisa memastikan semua kebutuhan tercukupi saja sudah baik sekali. Meski itu artinya, dia harus berhemat sebanyak mungkin sehingga terlihat pelit di matamu.

3. Masalah dalam pekerjaan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Gary Barnes)

Ini termasuk ujian dalam pernikahan. Bukannya selepas kalian menikah rezekinya tambah lancar, justru mulai muncul berbagai persoalan dalam pekerjaan. Dia belum tentu menceritakan semuanya padamu. Kamu boleh jadi hanya tahu bahwa akhir-akhir ini ia lebih stres dalam bekerja.

Namun, dia tidak sampai memberitahumu bahwa masalahnya berdampak pada pendapatan bulanannya. Atau, penghasilannya sejauh ini masih aman. Akan tetapi, entah dengan besok dan seterusnya. Pasangan melihat tanda bahaya yang gak bisa dipandang remeh.

Ketika dirimu mulai menilainya berubah pelit, boleh jadi dia sedang berusaha keras menyiapkan dana cadangan. Kalau-kalau sesuatu yang amat buruk terjadi dalam pekerjaan, setidaknya ia masih dapat menafkahi atau patungan uang bakal kebutuhan sehari-hari. Jika pasangan kurang terbuka terkait masalahnya dan kamu merasa curiga, tanyakan saja dengan penuh empati terkait pendapatannya.

4. Pengaruh orang-orang di sekitarnya

ilustrasi pasangan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Suara-suara di sekitar pasangan juga memengaruhi sikapnya soal uang. Ketika kalian masih berpacaran, orang-orang terdekatnya gak banyak berkomentar. Mayoritas dari mereka berpandangan bahwa masa pacaran wajar untuk bersenang-senang. Dia mengeluarkan banyak uang buatmu juga dibiarkan saja.

Malah mereka mungkin kerap memberinya ide berbagai hadiah yang cocok buat macam-macam momen. Akan tetapi setelah kalian menikah, pandangan mereka berubah. Jika kamu cewek, pasanganmu mungkin cukup sering dinasihati orang agar tak terlalu memanjakan istri. Takutnya nanti keinginanmu bertambah banyak seiring waktu dan menyulitkannya dalam menafkahi.

Anak-anak juga harus lebih diutamakan. Demikian pula bila dirimu cowok, istrimu diberi tahu teman-temannya agar berhenti memberimu berbagai hadiah. Alasan mereka, suami bertanggung jawab penuh atas nafkah istri. Maka hadiah biar datang hanya dari suami padamu dan bukan sebaliknya. Lain dengan saat kalian masih berpacaran, dia belum perlu menafkahimu. 

5. Berkurangnya rasa cinta

ilustrasi pasangan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Penyebab yang satu ini pantas membuatmu cemas. Namun, tetaplah bersikap bijak dan jangan tergesa-gesa menuduh pasangan punya kekasih lain. Saat cinta membara, kecenderungan manusia memang menjadi lebih royal. Jangankan memberikan berbagai bentuk materi, ibaratnya nyawa pun siap dipertaruhkan. 

Ketika cinta mulai surut, pengorbanan yang dilakukan pun makin rasional. Dia gak mau lagi memberikan segalanya untukmu. Mulai timbul perasaan harus tetap mengutamakan diri. Buat mengecek cinta pasangan terhadapmu berkurang atau tidak, lihat perbedaan sikapnya padamu dengan ke diri sendiri terkait uang.

Kalau ia berubah pelit padamu dan makin sering bersenang-senang sendiri, kamu pantas kecewa. Rasa cintanya terhadap diri jauh lebih besar ketimbang untukmu. Namun apabila ia juga menahan keinginan pribadinya, artinya dia cuma sedang berhemat. Pandangannya terkait prioritas keuangan sudah berubah.

Perubahan dalam cara pasangan membelanjakan uangnya untukmu gak boleh langsung dicap pelit. Boleh jadi dia punya pertimbangan untuk kebaikan kalian di masa depan. Jika ada sesuatu yang terasa mengganggumu, ajak dia berkomunikasi baik-baik guna menghindari kesalahpahaman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team