5 Tips Menjalani Rumah Tangga dengan Pasangan Beda Frekuensi

Kamu bisa menganalogikan perjalanan kehidupan pernikahan seperti sebuah kendaraan. Tidak harus memiliki selera yang sama, memiliki sudut pandang dan kebiasaan yang sama untuk duduk dalam kendaraan yang sama. Namun, kamu harus memiliki tujuan yang sama agar bisa duduk dalam kendaraan yang sama sehingga bisa mencapai arah dan tujuan yang sama.

Artinya, walaupun pasanganmu berbeda denganmu, tapi jangan jadikan perbedaan itu sebagai masalah yang menghalangi kebersamaan. Asalkan keduanya memiliki tujuan yang sama dalam menjalani pernikahan, maka perbedaan frekuensi tidak menjadi masalah. Oleh karena itu penting untuk menyamakan tujuan pernikahan dengan pasangan.

Perbedaan frekuensi antar individu biasanya terjadi karena perbedaan kebiasaan, lingkungan keluarga, dan pola asuh orangtua di masa lalu. Hal ini membuat informasi yang disampaikan oleh satu orang bisa diartikan berbeda oleh orang lain.

Dalam kehidupan rumah tangga, perbedaan frekuensi bisa menimbulkan masalah, jika tidak di atasi dengan baik. Salah satu contohnya adalah masalah kesalahpahaman. Perbedaan frekuensi juga membuat pasangan seolah tidak peka dengan keadaanmu.

Supaya tidak menimbulkan masalah, sebaiknya lakukan komunikasi secara intens dengan pasanganmu. Pastikan bahwa maksud atau pesan yang ingin kamu sampaikan benar-benar dipahami dengan baik oleh pasangan. Alhasil, itu dapat meminimalkan kesalahpahaman antara kamu dan si dia nantinya.

Perbedaan adalah hal yang sangat wajar terjadi dalam sebuah pernikahan. Perbedaan frekuensi akan menimbulkan banyak perbedaan lainya, misalnya, perbedaan sudut pandang, selera humor, hingga gaya komunikasi.

Terimalah pasanganmu seutuhnya dengan segala kelebihan dan kekurangannya, termasuk segala hal yang membuat ia terlihat berbeda denganmu. Jadikan perbedaan frekuensi antara suami dan istri menjadi suatu pelajaran yang membuatmu jadi pribadi yang lebih baik. Misalnya, kamu jadi belajar bagaimana memahami orang lain.

Memiliki pasangan berbeda frekuensi biasanya diikuti dengan perbedaan dalam hal lain. Biasanya pasangan juga memiliki selera yang berbeda denganmu. Tentu, akan banyak konflik terhadap hal-hal sepele, jika tidak diantisipasi dengan baik.

Misalnya, saat istri memiliki kesukaan terhadap genre film romantis. Sementara itu, suami lebih menyukai film action. Contoh lainnya adalah saat istri ingin makan soto ayam, sementara suami lebih suka nasi goreng.

Kamu tak bisa memaksakan dia untuk menyukai apa yang disukai, begitu pun sebaliknya. Akan lebih baik, jika saling memberikan kebebasan untuk menikmati apa yang menjadi kesenangan masing-masing. Namun, harus diingat bahwa selalu ada batasan dalam menikmati kebebasan yang diberikan oleh pasangan. Jangan sampai kebebasan yang diberikan menodai komitmen pernikahan dan perasaan pasangan.

Dalam menjalani pernikahan, idealisme hampir tidak pernah menjadi kenyataan kecuali dalam cerita dongeng. Semua manusia mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sehingga kamu pun harus bisa menerima itu. Terlalu berharap memiliki kehidupan pernikahan yang sempurna akan semakin membuatmu menderita, apalagi jika harapan itu tidak menjadi kenyataan.

Akan lebih baik, jika kamu bisa mulai melupakan soal idealisme dalam pernikahan. Terima kenyataan yang ada, bahwa kamu berbeda frekuensi dengan pasangan. Selama tidak ada hal-hal yang menodai prinsip dan komitmen dalam pernikahan, jadikan perbedaan frekuensi sebagai warna tersendiri dalam menjalani pernikahan.

Pada prinsipnya pernikahan adalah penyatuan dua manusia berbeda untuk mencapai tujuan yang sama. Walaupun kamu memiliki pasangan yang sefrekuensi sekalipun, perbedaan akan tetap ada. Apalagi, jika kamu jelas-jelas memiliki pasangan yang beda frekuensi. Ada kalanya, kamu bisa tetap bersama walaupun beda selera, kok.