6 Alasan Selingkuh Adalah Pilihan, Bukan Penyakit atau Khilaf

Selingkuh merupakan salah satu perbuatan yang kontroversial dalam sebuah hubungan. Banyak orang yang menganggapnya sebagai penyakit atau tindakan khilaf semata.
Namun, dalam realitasnya, selingkuh seringkali adalah sebuah pilihan sadar yang dibuat oleh individu. Dalam artikel ini, akan dijelaskan enam alasan mengapa selingkuh dapat dianggap sebagai pilihan, bukan sekadar penyakit atau khilaf yang tak terhindarkan.
1.Ketidakpuasan emosional
Salah satu alasan umum mengapa seseorang memilih untuk selingkuh adalah karena ketidakpuasan emosional dalam hubungan yang sedang ia jalani. Ketidakharmonisan, kekosongan emosional, atau kurangnya keintiman dengan pasangan seringkali memicu perasaan tidak bahagia dan tidak terpenuhi.
Dalam keadaan ini, seseorang mungkin mencari kehangatan dan perhatian dari orang lain sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya yang terabaikan.
2.Kecurangan seksual
Selain ketidakpuasan emosional, ketidakpuasan seksual juga bisa menjadi alasan mengapa seseorang memilih untuk berselingkuh. Jika seseorang merasa kurang puas secara seksual dalam hubungannya, mereka mungkin merasa tertarik untuk mencari kepuasan di luar hubungan tersebut.
Meskipun bukan alasan yang dapat dibenarkan, dorongan untuk memenuhi kebutuhan seksual bisa menjadi faktor penting yang mempengaruhi pilihan seseorang untuk berselingkuh.
3.Rasa kebebasan dan keinginan petualangan
Selingkuh juga seringkali dipandang sebagai pelarian dari rutinitas dan keterikatan dalam hubungan yang mapan. Beberapa orang mungkin merasa terkekang oleh kewajiban dan tanggung jawab dalam hubungan yang ada, dan merasa ingin mencari sensasi dan kebebasan dalam menjalani petualangan baru.
Dalam situasi seperti itu, selingkuh dianggap sebagai cara untuk mengeksplorasi dan mendapatkan pengalaman baru tanpa terikat oleh keterikatan yang ada.
4.Ketidaksetiaan dan ketidaktertarikan
Ada kalanya, seseorang memilih untuk selingkuh karena kurangnya ketidaktertarikan atau ketidaksetiaan terhadap pasangan mereka. Mungkin mereka telah kehilangan minat dan koneksi emosional dengan pasangan saat ini, dan menemukan diri mereka tergoda oleh orang lain yang menarik perhatian mereka.
Dalam kasus ini, selingkuh dipandang sebagai pelarian dari kebosanan atau ketidakbahagiaan dalam hubungan yang sudah ada. Padahal banyak orang lupa bahwa 5% yang mereka temukan pada diri orang lain membuat mereka kehilangan 95% dari apa yang mereka sudah miliki sebelumnya.
5.Rasa ingin diterima atau diinginkan
Selingkuh juga bisa menjadi pilihan seseorang karena mereka merasa kurang diterima atau diinginkan oleh pasangan mereka. Mereka mungkin mencari validasi dan perasaan dihargai dari orang lain sebagai cara untuk mengisi kekosongan tersebut.
Ketika seseorang merasa terabaikan atau tidak dihargai dalam hubungan, mereka cenderung mencari pengakuan dan perhatian dari orang lain, yang akhirnya bisa memunculkan godaan untuk berselingkuh.
6.Masalah komunikasi dan ketidaksepahaman
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi terjadinya selingkuh adalah masalah komunikasi dan ketidaksepahaman antara pasangan. Ketika saluran komunikasi terputus atau ketidaksepahaman muncul, seseorang mungkin merasa sulit untuk mengekspresikan kebutuhan dan keinginannya kepada pasangannya. Akibatnya, mereka mungkin mencari pemahaman dan kebersamaan di luar hubungan, yang pada akhirnya bisa mengarah pada selingkuh. Inilah mengapa selingkuh terjadi karena pilihan sebab, ada pilihan untuk mengkomunikasikan semuanya tapi malah memilih jalan lain yang gak semestinya.
Selingkuh seringkali merupakan pilihan sadar yang dibuat oleh individu, bukan sekadar penyakit atau khilaf yang tak terhindarkan. Penting untuk mencatat bahwa selingkuh tidak bisa dibenarkan dan dapat menyebabkan kerusakan yang serius dalam hubungan. Oleh karena itu, penting bagi pasangan untuk berkomunikasi dengan jujur, membangun kepercayaan, dan bekerja sama untuk mengatasi masalah yang mungkin muncul dalam hubungan, sehingga mengurangi risiko terjadinya selingkuh.