Pernah gak, kamu ketemu seseorang yang fokus hidupnya hanya ke diri sendiri? Tiap kamu curhat, cerita ini-itu dengan harapan mendapat respons, si lawan bicara malah membandingkan dengan pengalaman diri. Tiap hari, yang dikeluhkan dan diceritakan hanya tentang ia dan dirinya.
Karakter demikian disebut self-absorbed, di mana seseorang terlalu fokus hanya pada pengalaman dan perasaannya sendiri, hingga tahap kurang perhatian pada orang lain. Terlepas dari banyaknya penyebab yang memicu munculnya karakter ini, tetap self-absorbed tidak bisa dinormalisasikan.
Terlalu egois dan self-centered, gak heran kehadiran mereka bisa menyedot energi orang di sekitarnya. Mengapa demikian? Simak tiga alasan logis di bawah.