Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
pasangan
ilustrasi pasangan (pexels.com/Timur Weber)

Intinya sih...

  • Perselingkuhan menciptakan rasa jijik dan trauma seksual

  • Kesetiaan adalah janji pernikahan yang dihormati

  • Memaafkan perselingkuhan dapat memperburuk keadaan dan menimbulkan trust issue

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di antara semua kesalahan dalam rumah tangga, satu yang paling sulit dimaafkan ialah perselingkuhan. Ini membuat orang yang diselingkuhi bisa marah hebat jika dinasihati untuk memaafkan perbuatan pasangannya. Beberapa istri bahkan merasa masih mending tidak diberi uang daripada diselingkuhi.

Uang masih dapat dicarinya sendiri dengan bekerja. Bukan buat pasangannya yang melalaikan nafkah keluarga. Namun, lebih untuk dirinya sendiri serta anak. Sementara kesetiaan tidak dapat dibeli di mana pun.

Jika kamu punya teman atau saudara yang marah besar pada pasangannya karena berselingkuh, pahami dari perspektifnya. Ada beberapa alasan orang tidak bisa memaafkan pasangan yang selingkuh. Luka yang ditorehkan bisa jadi terlalu dalam!

1. Jijik, perselingkuhan sudah sampai hubungan seks

ilustrasi pasangan (pexels.com/Gustavo Fring)

Siapa yang tidak jijik membayangkan suami atau istrinya telah berhubungan badan dengan orang lain? Orang yang boleh jadi juga berhubungan intim dengan lebih dari satu orang. Lingkaran setan seperti ini tentu dapat menyebabkan penyakit menular seksual.

Dua orang yang sudah pernah berhubungan suami istri juga akan terus terbayang-bayang. Bahkan ketika konon orang yang berselingkuh berjanji untuk bertobat. Tidak mungkin pula pasangan suami istri yang sah melanjutkan rumah tangganya tanpa hubungan seks. Ini sebabnya orang yang menolak memaafkan perselingkuhan pasangannya kerap berlanjut dengan keputusan bercerai.

2. Setia sehidup semati bagian dari janji pernikahan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Orang tak akan merasa terluka begitu hebat apabila tidak pernah dijanjikan apa-apa. Termasuk soal kesetiaan. Orang tahu bahwa mereka gak bisa menuntut atau sekadar berharap pada orang lain yang tak menjanjikan kesetiaan.

Namun, janji untuk setia sehidup semati jelas sudah diucapkan ketika pernikahan. Bahkan sebenarnya janji itu diulang-ulang sejak mereka masih berpacaran. Saat akhirnya janji itu dimentahkan begitu saja, sakitnya luar biasa.

3. Takut memaafkan hanya akan membuat kesalahan terulang

ilustrasi bersedih (pexels.com/Timur Weber)

Orang bilang, sifat yang paling sukar diubah ialah kesukaan berbuat serong. Ini seperti hobi yang mendatangkan kesenangan besar bagi pelakunya. Itu sebabnya, keputusan murah hati seseorang untuk memaafkan perselingkuhan pasangannya boleh jadi justru buruk baginya.

Alih-alih pasangannya sungguh-sungguh berhenti berselingkuh, malah menandai titik lemah itu. Dia bakal serong lagi untuk kemudian kembali minta dimaafkan. Begitu terus hingga mental istri atau suami sahnya hancur lebur.

4. Ternyata ini bukan perselingkuhan pertama atau baru terjadi

ilustrasi bersedih (pexels.com/Alex Green)

Saat perselingkuhan terbongkar, biasanya akan ada rahasia-rahasia gelap lain yang menyusul terkuak. Seperti ternyata ini bukan hubungan gelapnya yang pertama. Bahkan boleh jadi di waktu yang sama, dia menjalin cinta terlarang dengan sejumlah orang.

Atau, hubungan gelap itu telah terjalin jauh lebih lama. Dengan kata lain, istri atau suami sahnya sudah bertahun-tahun dibohongi. Ia diperlakukan seperti orang bodoh yang tak bakal tahu kalau pasangannya sedang bermain api dengan orang lain.

5. Punya trust issue terkait hubungan suami istri

ilustrasi bersedih (pexels.com/Liza Summer)

Perbuatan pasangan berselingkuh sama dengan membangkitkan rasa trauma seseorang. Pasangannya barangkali baru pertama kali ini berbuat serong. Perselingkuhannya juga tak sampai ke hubungan intim. Namun, dia punya trauma besar terkait ketidaksetiaan.

Seperti mantannya dulu juga berselingkuh. Atau, dia tumbuh dalam keluarga broken home karena ayahnya serong. Tindakan pasangannya sekarang membuatnya seakan-akan harus mengulangi masa lalu yang begitu buruk tersebut. Dia kembali terluka di titik yang sama meski oleh orang yang berbeda.

6. Perselingkuhan mempermalukan seluruh keluarga

ilustrasi bersedih (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Seharusnya memang pelaku perselingkuhan yang malu. Ia sudah berbuat tidak pantas sebagai orang yang telah menikah. Akan tetapi, realitasnya sekeluarga ikut malu. Malah mungkin pelaku perselingkuhan yang tidak tahu malu.

Pasangan resminya malu karena banyak orang barangkali mengetahui aksi pasangannya di luar rumah. Seperti gak cuma 1 atau 2 tetangga yang mengatakan pernah melihat pasangannya bermesraan dengan orang lain. Ia juga malu karena korban perselingkuhan kerap disalahkan.

Dia dianggap tidak bisa menyenangkan suami atau istrinya sehingga terjadi perselingkuhan itu. Orangtua korban maupun pelaku perselingkuhan pun menanggung malu bila mendapat laporan perilaku menantu atau anaknya. Ketika suatu kejadian sudah menjadi masa lalu, rasa malu bahkan masih bertahan.

7. Psikis anak sangat terpengaruh

ilustrasi bersedih (pexels.com/Keira Burton)

Ketika seseorang disakiti, dia akan berusaha melindungi diri. Namun, sikapnya dapat jauh lebih keras kalau dihadapkan dengan kondisi anak yang psikisnya kena. Perselingkuhan orangtua menghancurkan mentalnya. Anak menjadi tidak nyaman di rumahnya sendiri.

Ia tidak mau didekati atau mendekati orangtuanya yang berselingkuh. Anak bahkan dapat berubah menjadi pemurung, menarik diri dari pergaulan, sampai prestasinya di sekolah terus menurun. Keadaan anak bisa bertambah buruk seandainya ia menyaksikan perbuatan ayah atau ibunya yang tak senonoh dengan orang lain.

Perselingkuhan bukan kesalahan yang mudah untuk dimaafkan. Ini termasuk kesalahan fatal yang akan menghancurkan rumah tangga. Ada alasan orang tidak bisa memaafkan pasangan yang selingkuh dan hal tersebut bukanlah kesalahan dari korban. Kalau pasangannya ingin dimaafkan, jangan membuat kesalahan sebesar itu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team