TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Sebab Orang Memilih Tutup Mata tentang Perselingkuhan Pasangannya

Sebagai orang terdekat, kamu cuma bisa gemas

ilustrasi perselingkuhan (pexels.com/ArtHouse Studio)

Pernahkah terlintas di benakmu, bahwa hubungan asmara terkadang hanyalah drama yang penuh kepalsuan? Kamu dibuat gemas oleh sahabat atau saudara yang tidak mengambil sikap tegas atas perselingkuhan pasangannya.

Bukannya bertindak, ia malah seperti menutup mata. Ia berpura-pura tidak mengetahuinya apalagi memedulikannya, sekalipun semua orang di sekitarnya telah memberi tahu. Sampai-sampai kalian merasa seperti sedang bicara dengan batu, alih-alih manusia yang punya perasaan. Inilah lima sebab, mengapa orang memilih untuk tutup mata tentang perselingkuhan pasangannya.

1. Sejak sebelum menikah, ia sudah tahu sifat pasangannya yang suka selingkuh

ilustrasi perselingkuhan (pexels.com/Marcelo Chagas)

Dia gak kaget dengan kabar perselingkuhan pasangan. Rekam jejak pasangan memang tidak bersih dari perbuatan serong atau menggoda lawan jenis. Ia tahu itu semenjak mereka masih berpacaran.

Bisa dibilang, keputusannya untuk tetap menikah sama dengan membeli seluruh risiko yang mungkin timbul di kemudian hari. Sekalipun dia berharap pasangannya sudah berubah, ia telah lebih siap bila perselingkuhan terjadi juga. Dia mau meributkannya sekarang pun tak berguna.

Dulu mungkin banyak orang sudah mengingatkannya. Akan tetapi, ia berkeras menikah dengan tukang selingkuh. Maka dari itu, kini dia lebih suka menampilkan ketenangan daripada panen komentar yang menyalahkan keputusannya dahulu.

2. Berpikir bahwa dengan pura-pura tidak tahu, ia terhindar dari perasaan terluka yang lebih hebat

ilustrasi terluka (pexels.com/Elina Sazonova)

Baginya, selama kebenaran tidak diakui, itu bukan kebenaran. Ini seperti usaha membohongi diri atas kenyataan yang ada. Seseorang tidak cukup berani dan sanggup menghadapinya secara langsung sehingga memilih menghindarinya sebisa mungkin.

Apakah sekarang dia sama sekali tak bersedih? Tentu saja ia tetap terluka. Namun menurutnya, luka yang sekarang dirasakannya masih jauh lebih ringan ketimbang kalau dia mengakui ada yang bermain api dalam rumah tangganya.

Baca Juga: 6 Ciri-ciri Pasangan Selingkuh, Kenali Tanda-tanda si Doi Serong!

3. Menghindari konflik terbuka dengan pasangan

Ilustrasi pasangan bertengkar. (pexels.com/RODNAE Productions)

Sekarang pun ia pasti sudah mengalami konflik batin. Namun, konflik batin ditambah konflik terbuka dengan pasangan akan membuat keadaannya makin buruk. Jadi, ia bertahan dalam satu jenis konflik saja.

Dia bergelut dengan perasaan kecewa dan terluka. Dalam diam, ia sesungguhnya merasakan pergulatan batin yang tak kunjung berakhir. Dia cuma tidak mau ada pertengkaran dengan pasangannya. Pertengkaran yang sekali terjadi tidak bisa dihentikan.

4. Petunjuk ke arah perselingkuhan ada, tapi tak punya bukti yang kuat

ilustrasi stalking media sosial (pixabay.com/Eric_Lucatero)

Sebanyak apa pun petunjuk yang mengindikasikan pasangannya tidak setia, ini tak dapat meyakinkannya. Harus ada bukti dulu sebelum ia akan menanyakannya pada pasangan. Dia gak mau main tuduh yang jika keliru, barangkali telanjur meretakkan hubungannya dengan pasangan.

Bagaimana seandainya bukti itu tak pernah ada? Boleh jadi ia juga akan menganggap perselingkuhan itu tidak nyata. Bahkan, meski hatinya sendiri mengatakan berbeda. Ini keputusan yang praktis biar dia berhenti memikirkan kemungkinan perselingkuhan tersebut.

5. Tidak peduli tentang perselingkuhannya, terpenting siapa yang diakui sebagai suami atau istri sah

ilustrasi cincin nikah (pexels.com/Laura Garcia)

Untuk sebagian orang, apa yang tertera di atas kertaslah yang terpenting. Termasuk dalam menyikapi perselingkuhan pasangan. Ibaratnya, pasangannya boleh berselingkuh dengan siapa saja. Asalkan pasangan hanya mengakui dirinya sebagai suami atau istri yang sah, ini sudah cukup.

Terserah hatinya sebetulnya dikuasai oleh siapa. Terpenting dia menang di mata hukum. Hak-haknya beserta anak tetap terjamin, termasuk kelak dalam urusan pembagian warisan. 

6. Perselingkuhan masih dalam batas toleransinya

ilustrasi melirik perempuan lain (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Mungkin terdengar aneh bagimu, ada orang yang masih mampu menoleransi perselingkuhan pasangannya. Namun, kompromi seperti ini memang ada dalam sejumlah rumah tangga. Tujuannya semata-mata untuk menghindari perkawinan mudah bubar.

Contohnya, ia masih bisa menoleransi perselingkuhan pasangan asalkan selingkuhannya tidak sampai dibawa ke rumah. Bisa jadi juga perselingkuhan itu jangan sampai menghasilkan keturunan dan ia beserta anak-anak tidak telantar kebutuhannya. Toleransi atas perselingkuhan pasangan dapat pula dikarenakan dia cuma hobi mengirim pesan mesra dan menggoda di media sosial, tak lebih dari itu.

Baca Juga: 5 Sisi Positif Bisa Diambil dari Perselingkuhan, Tak Melulu Buruk 

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya