TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Cara Kontrol Rasionalitas Cinta Buta Menurut Sosiologi

Sayang boleh, tapi tetap harus rasional, ya!

ilustrasi pasangan (pixabay.com/StockSnap)

Intinya Sih...

  • Rasionalitas cinta bisa diatur dengan tindakan rasional instrumental
  • Pengelolaan tindakan afektif dapat membantu mengendalikan cinta buta
  • Berinteraksi dengan dunia luar dan membangun kebiasaan baru juga diperlukan untuk mengendalikan rasa cinta yang buta

Jatuh cinta memang berjuta rasanya, tak jarang rasionalitas jadi dibutakan oleh rasa yang satu ini, ya. Sebenarnya, sayang dengan pasangan memang tak ada salahnya. Hanya saja, sesuatu yang terlalu berlebihan itu tidak baik, lho. Kalau rasionalitas sudah tidak main lagi, besar kemungkinan rasa cinta itu bisa menghacurkan kamu sendiri.

Tenang, ilmu sosiologi yang mempelajari terkait hubungan manusia dengan aktivitasnya ini bisa membantu kamu lewat konsep-konsepnya yang terkait. Simak ulasan berikut untuk mengetahui cara mengendalikan rasionalitas rasa cinta yang buta menurut sosiologi di bawah ini.

1. Terapkan tindakan rasional instrumental

ilustrasi berpikir rasional (pexels.com/Andrea Piacquadi

Sesuai dengan namanya, tindakan rasional instrumental ini dalam ilmu sosiologi menjadi tindakan yang berbasis rasionalitas. Ya, tindakan yang diambil selalu memperhitungkan keuntungan dan kerugian yang ada, nih.

Dengan begitu, maka untuk mengendalikan rasa cintamu yang buta itu bisa dengan menerapkan tindakan rasional instrumental. Jadi, jangan hanya dilihat indahnya cinta, tetapi juga kerugiannya jika kamu buta. 

Sederhananya, ketika kamu lagi cinta-cintanya, kamu jadi buta dengan memberikan gajimu sebulan penuh untuk memberikan kado ulang tahun kekasihmu. Memang, di satu sisi tindakan ini menunjukkan betapa spesial orang dan momennya, terlebih bukti cintamu.

Namun, coba lihat juga dari sisi kerugiannya? Bagaimana kehidupanmu selama sebulan ke depan? Apa kamu sanggup puasa makan dan minum? Apa kamu enggak malu kalau berhutang? Terlebih malu dengan pasanganmu karena tak bisa mengelola keuangan dan sudah tak ada dana untuk kencan selanjutnya. Jadi, merayakan boleh, tapi over budget jangan, ya!

2. Hindari tindakan afektif yang berlebihan

pixabay.com/pixel2013

Dalam ilmu sosiologi dikenal tindakan afektif yang bermakna bertindak atas emosional yang ada. Emosional apa yang dimaksud? Ya semuanya, mulai kebahagiaan, kesedihan, kekecewaan, kemarahan, dan sejenisnya.

Nah, dalam urusan pengendalian rasa cintamu yang buta, maka kamu perlu mengelola tindakan afektif yang kamu lakukan. Yang mana kamu harus mengerem emosional cintamu yang membara itu, ya.

Tapi, saat sedang sayang-sayangnya rasanya susah untuk enggak mengiyakan semua keinginan pasangan yang sangat dicintai? Iya memang berat. Tapi, kalau sudah niat ingin mengendalikan diri, ya harus dilatih, bisa karena terbiasa, dan bisa berakhir jadi kebiasaan.

3. Banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar

ilustrasi persahabatan (pixabay.com/CaiHuuThanh)

Garis besar ilmu sosiologi ya terkait dengan interaksi sosial. Yang mana terjadi interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok lainnya, ya.

Jadi, kalau kamu mau mengendalikan diri dari sosokmu yang sedang jadi budak cinta, maka lakukan interaksi dengan individu atau kelompok lain. Meski sudah berpasangan, hidupmu ya jangan di lingkungan asamara terus.

Coba diingat, kapan terakhir kamu pergi bersama keluargamu? Hangout bareng sahabatmu? Atau tidakkah kamu ingin mengikuti suatu organisasi atau kegiatan yang bisa membangun dirimu? Coba pikirkan. Dengan berinteraksi dengan dunia luar, maka kamu bisa menetralisir rasa cintaku yang buta itu, lho.

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Mengalami Cinta Buta, Bisa Sengsara!

4. Bangun kebiasaan yang baik

ilustrasi kehidupan sosial (pixabay.com/sasint)

Dalam ilmu sosiologi terdapat sebuah teori yang bernama praktik sosial. Yang mana salah satu komponen dari teori tersebut yaitu habitus. Habitus sendiri bermakna sosialiasi dalam jangka waktu panjang yang akhirnya melahirkan suatu kebiasaan yang melekat pada orang terkait.

Dengan begitu, kamu bisa membangun kebiasaan untuk tidak selalu bergantung dan menggantungkan diri ke pasanganmu. Terlebih lagi, kemana-mana enggak harus dijemput hingga ditemani olehnya, lho. Dengan pembiasaan tersebut, maka kamu bisa terbiasa untuk mencintai dengan membutuhkan kehadiran pasanganmu dengan sewajarnya saja, ya.

Verified Writer

Melinda Fujiana

Have a nice day!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya